Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bullying yang Dilakukan Siswa SMA di Langkat Disebut Dilakukan Sejak SMP, Kacabdis: Tidak Terkontrol

Siswa SMAN 1 Stabat, Langkat, Sumatera Utara yang melakukan bullying ke temannya disebut sudah terjadi sejak keduanya duduk di bangku SMP.

Penulis: Linda Nur Dewi R
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Bullying yang Dilakukan Siswa SMA di Langkat Disebut Dilakukan Sejak SMP, Kacabdis: Tidak Terkontrol
Instagram @seputaran.binjai
Tangkapan layar aksi siswi SMAN di Langkat, Sumatera Utara lakukan bullying ke temannya sendiri dengan cara menarik jilbabnya berulang kali pada Jumat (13/10/2023). 

TRIBUNNEWS.COM – Aksi bullying yang terjadi di SMAN 1 Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara disebut-sebut sudah terjadi sejak pelaku, BNQ, dan korban, A, duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sebab, baik korban dan juga pelaku rupanya telah berteman sejak SMP.

Kepala Cabang Dinas (Kacabdis) Pendidikan Wilayah II Binjai-Langkat, Syaiful Bahri, mengatakan aksi yang dilakukan oleh BNQ terhadap A itu merupakan candaan lama yang diduga sering dilakukan sejak dahulu.

"Pelaku dan korban satu kelas, dan mereka ini bukan murid yang baru tapi sebenarnya mereka dari SMP udah berteman, sama-sama satu SMP, mereka kawan lama."

"Sehingga hal-hal yang dilakukan seperti yang ada di dalam video viral itu, lebih bersifat candaan teman lama," ujar Syaiful Bahri, Selasa (17/10/2023), dikutip dari TribunMedan.

Meski begitu, Syaiful Bahri menegaskan candaan yang dilakukan BNQ terhadap A sudah di luar batas.

Sebab, dalam video yang beredar di media sosial, BNQ tak hanya mengolok-olok A, namun juga melepas jilbab hingga memegang area sensitif korban.

Baca juga: Keluarga Korban Bullying di Langkat Minta Pelaku Dikeluarkan dari Sekolah, Kepsek: Tetap di Sini

Berita Rekomendasi

Meski begitu, usai kasus bullying itu viral, kini A telah mendapat pendampingan dari psikolog.

Bahkan, Dinas Pendidikan Wilayah II Binjai-Langkat akan melakukan terus memantau korban serta pelaku.

Sehingga, tidak akan ada lagi yang menjadi korban dan merugikan masa depan setiap siswa-siswi. 

"Karena dari SMP 5 mereka sudah satu sekolah. Dan satu hal lagi, di SMA ini satu kelas. Mungkin ini candaan yang sangat tidak terkontrol."

"Sehingga menjadi viral di tengah-tengah masyarakat, yang merugikan anak kita sendiri dan orangtuanya," ujar Syaiful. 


"Jadi kesimpulannya, bahwa anak kita yang menjadi korban, akan dilakukan pendampingan oleh psikolog, sampai korban tidak lagi mendapatkan trauma."

"Menurut keterangan orang tua korban, anaknya mau masuk sekolah. Tapi korban masih merasa takut atau rasa malu jumpa dengan teman-temannya. Sehingga korban tidak masuk sekolah," sambungnya. 

Pihak Sekolah Adakan Pertemuan antara Keluarga Korban dan Pelaku

SMAN 1 Stabat saat mengelar pertemuan soal kasus bullying yang menimpa seorang siswi berinisial A.
SMAN 1 Stabat saat mengelar pertemuan soal kasus bullying yang menimpa seorang siswi berinisial A. (Tangkap layar kanal YouTube Tribun MedanTV)

Usai, aksi bullying itu viral, pihak sekolah lantas memanggil orang tua korban dan pelaku di ruang perpustakaan SMAN 1 Stabat, Senin (16/10/2023).

dalam pertemuan tersebut juga dihadiri orang tua salah satu pelaku lain yang berinisial FDM yang disebut-sebut seorang anggota Polri yang bertugas di Polres Langkat.

Pertemuan tersebut pun berjalan alot, sebab keluarga korban menginginkan agar para pelaku dikelaurkan dari sekolah.

Sementara, Kepala Sekolah SMP N 1 Stabat, Nano Prihatin, mengatakan ketiga pelaku akan tetap bersekolah di SMA N 1 Stabat. Meski keluarga dan orangtua korban meminta ketiganya dikeluarkan dari sekolah.

"Kita sudah mengambil keputusan, pelaku tetap di sekolah, toh dia punya cita-cita. Jadi orang tua sepakat, pelaku tetap sekolah di sini, yang penting korban diberikan pendampingan psikolog untuk memperbaiki mental," ujar Nano. 

Terkait hal tersebut, pria berinisial H yang merupakan keluarga dari A mengaku tak puas dengan keputusan pihak sekolah yang tetap mempertahankan para terduga pelaku.

Sebab, keinginan keluarga A yakni agar para terduga pelaku mendapat hukuman yang setimpal.

Meski begitu, H tetap menghargai pertemuan antara pihak terduga pelaku dengan keluarga A.

"Dibilang puas tak puas lah, ya bagaimana lagi. Kita dengan adanya pertemuan ini, proses lah sampai waktu minimal dua minggu menerima psikologi yang datang ke rumah," kata pria berinisial H yang mewakili keluarga korban di sekolah, Senin, dikutip dari TribunMedan. 

"Dibilang ngambang gak, karena di sekolah, tidak di luar sekolah, harus dihargai," serunya. 

Diberitakan sebelumnya, aksi bullying yang dilakukan BNQ dan dua temannya terhadap A viral di media sosial. 

Dalam video yang beredar, para pelaku mengolok-olok korban yang saat itu duduk di bangkunya. 

Bahkan, terduga pelaku juga melepas jilbab dan juga memegang area sensitif korban. 

Saat dibully, terlihat korban hanya terdiam dan tidak melakukan perlawanan apapun. 

(Tribunnews.com/Linda) (TribunMedan.com/Muhammad Anil Rasyid)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas