Perkara Bisnis Berujung Maut, Agung & Sunaryo Ditemukan Tinggal Kerangka, Dibunuh Pakai Racun Potas
Kedua korban dieksekusi pelaku dengan mencampurkan es teh menggunakan racun potas.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, WONOGIRI - Teka-teki terkait penemuan dua kerangka manusia di dua lokasi wilayah Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada Kamis (7/12/2023) lalu terungkap.
Kerangka manusia tersebut ternyata Agung Santosa dan Sunaryo.
Keduanya dibunuh oleh Sarmo pada waktu berbeda.
Agung Santosa dieksekusi di tahun 2021, sementara Sunaryo dibunuh Sarmo di tahun 2022.
Baca juga: Kasus Penemuan 2 Kerangka Manusia di Wonogiri Terungkap, Korban Dibunuh Sarmo Pakai Racun Potas
Meski dibunuh dalam waktu berbeda, namun cara korban pelaku membunuh kedua korban nyaris sama.
Kedua korban dieksekusi pelaku dengan mencampurkan es teh menggunakan racun potas.
Bagaimana awal kasus pembunuhan yang terjadi 2 tahun lalu ini hingga kasusnya terungkap?
Mengutip TribunJogja, terkuaknya kasus pembunuhan ini berawal dari kasus pencurian gergaji mesin di Ngadirojo, Wonogiri yang diungkap polisi.
Dari pengembangan kasus pencurian itu, terungkap lah kasus pembunuhan dua korban.
Kerangka manusia itu sebelumnya ditemukan di Dusun Ciman, Desa Semagar, Kecamatan Girimarto pada Kamis (7/12/2023).
Berdasarkan keterangan warga sekitar, Sugeng, salah satu kerangka manusia ditemukan di tempat pemotongan kayu.
Sementara, kerangka manusia lainnya ditemukan di tengah hutan.
Baca juga: Kondisi Ibu di Jagakarsa yang 4 Anaknya Tewas Dibunuh Suami, LPSK akan Beri Perlindungan
"Ada 2 lokasi, yang pertama di alas sekitar 400 meter dari sini, lumayan jauh," kata Sugeng, Jumat (8/12/2023).
"Kemudian yang kedua digali di tempat pemotongan kayu," sambungnya.
Polisi kemudian bergerak cepat untuk mengungkap kasus penemuan dua kerangka manusia ini.
Setelah melakukan penyelidikan dan pengembangan, polisi akhirnya mendapat petunjuk.
Dari situlah polisi kemudian mendatangi rumah pelaku lengkap dengan anjing pelacak.
Namun ternyata Sarmo coba menghilangkan jejak, salah satunya dengan menumbuk potongan tulang milik korban.
"Kalau tulangnya saya tumbuk pakai potongan kayu jati. Tumbuk bakar, tumbuk bakar terus sampai habis. Sekitar lima jam," kata Sarmo yang dihadirkan polisi di Mapolres Wonogiri.
Selain itu, Sarmo juga sempat menyiram sekitar lokasi mengubur korban dengan solar.
Ini dilakukannya supaya anjing pelacak tidak bisa menemukan keberadaan lokasi itu.
Baca juga: Sosok Pasutri di Jagakarsa yang 4 Anaknya Tewas Dibunuh, Kondisi Ekonomi Sulit dan Sering Bertengkar
Bagaimana Cara Sarmo Membunuh Kedua Korban?
Pelaku Sarmo saat dihadirkan di Mapolres Wonogiri menjelaskan bagaimana cara dia membunuh kedua korbannya.
Sarmo mengaku melakukan pembunuhan terhadap Agung Santosa di tahun 2021 dan Sunaryo di tahun 2022.
Korban Sunaryo dibunuh Sarmo pada 27 April 2022.
Sarmo mengakui sempat tidur di atas jasad Sunaryo hingga tiga bulan lamanya usai korban dibunuh dengan mencampurkan es teh dengan racun potas.
Korban lalu dikubur di area kamar pelaku, berada di bawah dipan atau kasur yang biasa dipakai pelaku.
"Korban dikubur persis di bawah dipan atau kasur," kata Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra, Minggu(10/12/2023).
Jasad korban kemudian dikubur dengan diberi serbuk kayu sisa penggergajian kayu.
Serbuk didapatkannya dari lokasi usaha penggergajian miliknya di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri.
Sarmo mengaku jasad korban telah dikuburkan selama tiga bulan.
"Saya sudah biasa kalau seperti itu. Maksudnya sudah biasa tidur sendiri di tempat angker," jelasnya.
Sakit Hati Selalu Ditekan
Sarmo nekat menghabisi dua korban lantaran terpojok terkait hubungan bisnis dengan kedua korban.
Korban Agung merupakan rekan bisnis, sementara korban Sunaryo adalah penggadai mobil milik Sarmo.
Terhadap dua korban, pelaku memiliki hubungan utang piutang.
Menurut pelaku, kedua korban dihabisi dengan menggunakan racun apotas.
"Alasannya utang piutang sama bisnis kerja. Pakai apotas, dua-duanya. Dimasukkan ke es teh terus dikasihkan Pak Sunaryo. Pak Agung saya kasih botol air mineral yang kecil," kata Sarmo, di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).
Sarmo mengatakan dirinya ditekan oleh kedua korban.
Perkataan korban membuatnya emosi sehingga memutuskan untuk menghabisi nyawa keduanya.
"Tega membunuh karena tekanan, yang pertama (korban Agung) saya selalu dipojokkan. Intinya tidak bisa menerima kalau penggergajian sepi. Dia juga ingin penggergajian dipindah ke Klaten," ujarnya.
"Bagi hasilnya kalau pas ramai bisa penuh, karena sepi berkurang dia tidak bisa menerima, mintanya penuh terus. Dikira saya korupsi, saya tidak becus," imbuh Sarmo.
Sarmo mengelabui korban pertama Agung dengan lari ke sebuah gubung.
Di situ ia menaruh apotas yang telah dibawa sebelumnya di jok motor ke dalam minuman yang kemudian diminum oleh Agung.
"Itu tidak mengajak, karena saya sudah terlalu banyak ditekan sama Agung, saya tidak sanggup akhirnya saya lari ke gubug, akhirnya Agung nusul lewat jalan berbeda," ujarnya.
Setelah korban meregang nyawa, Sarmo berusaha menghilangkan barang bukti dengan menguburkan jasad korban.
"Dikubur di Alas Dorog, sama gubug lumayan jauh, saya gotong sendiri," jelasnya.
Sementara itu, terhadap korban Sunaryo, Sarmo mengakui mempunyai urusan utang piutang.
Sarmo menggadaikan mobil Grandmax ke Sunaryo sebesar Rp 48 juta.
"Seharusnya saya kan sudah mengambil, karena sudah tempo saya belum bisa, akhirnya dia (Sunaryo) terus menekan saya. Telatnya dua bulan," jelasnya.
Sarmo mengatakan korban Sunaryo selalu menekannya dengan kata kasar.
Menurutnya korban menyebutnya tidak bisa dipercaya, hal itu yang membuatnya emosi.
"Korban bilang sudah dibantu tapi tidak bisa mengerti, pokoknya mencaci-maki saya," kata Sarmo.
Ia pun menghabisi nyawa Sunaryo dengan sebotol air putih yang juga dicampur apotas.
Tak jauh beda, ia mengubur jasad korban di bawah dipan yang berada di tempat penggergajian kayu miliknya.
Sarmo mengakui bahwa dirinya takut usai melakukan pembunuhan itu.
Berbagai cara dia lakukan untuk menghilangkan barang bukti. Salah satunya dengan membakar jasad Sunaryo.
"Saya kubur dulu tiga bulan. Kemudian ada Polisi naik ke atas (tempat penggergajian) saya panik. Dari kepanikan muncul inisiatif untuk menghilangkan jejak dengan membakar," jelasnya.
Ia pun sempat tidak mengakui perbuatan kejinya ini. Berbagai upaya ia lakukan untuk menghilangkan barang bukti.
"Setiap diinterogasi saya tidak mengaku. Sekecil apapun barang bukti selalu berusaha saya hilangkan," ujarnya.
Sumber: (TribunJogja) (TribunSolo.com)
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kasus Dua Warga Klaten Hilang Sejak 2021 dan 2022, Ditemukan Jadi Kerangka di Wonogiri
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.