Ibu dan Bayi 3 Bulan di Demak Bertahan 18 Jam Tanpa Makanan saat Banjir Melanda
Kisah menyentuh dialami Siti Solikhah, seorang ibu muda berusia 22 tahun yang memiliki bayi berusia 3 bulan.
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Ribuan warga Demak, Jawa Tengah jadi korban banjir.
Mereka yang jadi korban banjir pun mengungsi di posko pengungsian hingga ke wilayah Kabupaten Kudus.
Diketahui, banjir tersebut terjadi lantaran tiba-tiba tanggul Sungai Wulan jebol.
Sejumlah warga pun harus berjuang untuk bisa selamat dari air yang menenggelamkan tempat tinggalnya.
Kisah menyentuh dialami Siti Solikhah, seorang ibu muda berusia 22 tahun yang memiliki bayi berusia 3 bulan.
Saat banjir datang pada 8 Februari 2024 pagi hari, Solikhah bersama bayinya, dan kedua orangtuanya Sutomo (65) dan Sulipah (60) berada di dalam rumah.
Tempat tinggal keluarga Solikhah berada di Dukuh Babatan, Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.
Dia beserta anak dan orangtuanya berhasil dievakuasi relawan ke Balai Desa Jati Wetan Kudus, pada Jumat (9/2/2024) pagi, sehari setelah banjir melanda.
Di balik terselamatkannya keluarga Solikhah tersimpan kisah haru ketika bertahan di tengah kepungan banjir.
Dia menceritakan, perkampungannya mulai dimasuki banjir pada Kamis pagi menjelang siang.
Kala itu keluarganya mendengar kabar bahwa tanggul Sungai Wulan ada yang jebol membanjiri lahan persawahan dan masuk ke perkampungan.
Baca juga: Pemilu 2024 Diundur di Satu Kecamatan di Demak, Ini Alasan hingga Kata Ketua KPU Jawa Tengah
Kala itu Solikhah bergegas menyiapkan perlengkapan anaknya yang masih berusia 3 bulan.
Mulai dari pakaian, alat mandi, susu, hingga roti untuk bekal mengungsi.
Namun, debit air seketika bergerak cepat masuk ke rumahnya, sedangkan perlengkapan yang sudah disiapkan tidak sempat untuk dibawa semua.
"Aliran airnya deras sekali. Saya sudah persiapan untuk anak saya, ya mandi, ya baju, ada minuman dan roti juga. Tapi aliran (banjir) masuk dari dapur ke kamar sampai ke luar sudah penuh semua. Saya bergegas bersama keluarga naik ke tanggul," terangnya, Minggu (11/2/2024).
Solikhah dan keluarga menyaksikan perkampungannya mulai terendam banjir hingga ketinggian air seatap rumah.
Dia pun tidak sempat menyelamatkan barang-barang berharga seperti surat-surat penting, hingga bekal makanan ketika mengungsi ke tanggul sungai.
Ibu muda 22 tahun tersebut hanya bisa membawa beberapa potong baju anaknya, satu botol air minum untuk membuatkan susu bagi anaknya.
"Saya naik tanggul itu siang hari, kira-kira setelah jam 12.00 siang. Baru sore hari banjirnya sudah tinggi sekali. Banyak warga yang naik ke tanggul menyelamatkan keluarganya," ujar dia.
Saat banjir tiba, Solikhah hanya memikirkan anaknya yang masih bayi. Segala macam kebutuhan lain tidak sempat disiapkan, kecuali beberapa perlengkapan penting bagi anaknya.
Bahkan untuk kebutuhan minum air bersih hingga makanan pun tidak sempat dibawa ke tanggul.
Keadaan tersebut bertahan kurang lebih 18 jam sejak keluarganya mengamankan diri dari banjir di atas tanggul sungai.
"Sama sekali tidak bawa kebutuhan apapun. Baju ganti, makanan, minuman, sampai surat-surat saya sama sekali tidak terpikirkan," ucapnya.
Solikhah bersama bayi dan orang tuanya bertahan di tanggul sungai sejak Kamis siang hingga Jumat pagi.
Selama belasan jam keluarganya bertahan tanpa makan dan minum.
Mereka hanya membawa sedikit air minum dan susu untuk mencukupi kebutuhan bayinya.
Sementara doa terus terucap agar segera dievakuasi oleh tim SAR ke tempat yang lebih aman.
"Di tanggul hanya mengandalkan tikar, tidak ada atap, beruntungnya tidak hujan. Baru pagi harinya sekitar pukul 06.00 tim SAR datang,"
"Kami dibawa ke Desa Jati Wetan, warga lain yang senasib dengan saya dibawa ke tempat pengungsian lainnya," jelasnya.
Setelah berhasil dievakuasi, bayi Solikhah menjadi prioritas utama untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Lantaran sudah belasan jam bertahan hidup di luar rumah beratap langit.
Beruntung relawan cepat menemukan keluarga Solikhah dan segera dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
"Kondisi anak saat ini sudah stabil. Sempat badan panas ketika dibawa ke pengungsian, saya konsultasi ke dokter di pengungsian, sekarang sudah baikan," tuturnya.
Selama bertahan di tanggul sungai, Solikhah menyaksikan langsung banjir merendam permukiman dengan cepat.
Termasuk kejadian rumah roboh, hewan tenak hingga sepeda motor terseret arus banjir.
Bahkan motor Solikhah yang sebelumnya diparkirkan di depan rumah hilang tak terselamatakan.
Kini keluarganya hanya bisa bersyukur bisa terselamatkan dari bencana banjir.
Mereka menjalani rutinitas sehari-hari di pengungsian sembari menunggu air surut untuk mengecek kondisi rumah beserta barang-barang berharga.
"Sekarang fokusnya jalani kehidupan sementara di pengungsian. Soal rumah nanti dipikirkan. Yang penting semua selamat, semua dalam keadaan sehat," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Kisah Siti Solikhah, Korban Banjir Demak Bertahan 18 Jam di Tanggul Bersama Bayi Tanpa Makanan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.