Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Murid SD di Indramayu Dibully Teman, Pengamat Singgung Screening Kesehatan Jiwa saat Masuk Sekolah

Murid SD di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat jadi korban bullying atau perundungan yang dilakukan oleh teman sekelasnya sendiri.

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Murid SD di Indramayu Dibully Teman, Pengamat Singgung Screening Kesehatan Jiwa saat Masuk Sekolah
freepik
Ilustrasi bullying - Murid SD di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat jadi korban bullying atau perundungan yang dilakukan oleh teman sekelasnya sendiri. 

TRIBUNNEWS.COM - Murid SD di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat jadi korban bullying atau perundungan oleh teman sekelasnya.

Video perundungan pun beredar di media sosial.

Korban dirundung dengan ditelanjangi lalu ditendang pelaku.

Baju korban yang berinisial HA (12) juga dibasahi oleh para pelaku.

Pelaku perundungan terhadap HA diketahui ada dua orang.

Kepala Program Studi Profesi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Elvie Gunawan, turut menanggapi kasus yang menimpa HA.

Menurutnya, kasus bullying di Indramayu merupakan imbas dari orang tua dan guru yang tak berperan dalam melakukan pencegahan.

Berita Rekomendasi

Ia menilai guru beserta orang tua harusnya berperan dalam pencegahan, supaya anak-anak tak melakukan perbuatan di luar norma masyarakat.

"Sebenarnya, orang yang berperan melakukan pencegahannya, tidak mau berperan."

"Bullying itu kan, tidak akan terjadi kalau lingkungan tempat anak-anaknya tumbuh dan berkembang itu aman," ujar Elvine Gunawan, Rabu (6/3/2024), dikutip dari TribunJabar.id.

Sementara itu, lanjut Elvine, lingkungan sekolah juga harus memberikan proteksi.

Baca juga: Murid Kelas 5 SD di Indramayu Ditendang dan Ditelanjangi Temannya, Guru: Korban Awalnya Ejek Pelaku

Ia mengatakan keseimbangan antara jumlah anak dan guru juga harus ideal.

"Sekarang kalau di sekolah itu kan satu banding berapa, guru satu siswanya bisa sampai 40 orang kan. Itu pola konvensional," jelasnya.

Tak hanya itu, di lingkungan sekolah, menurutnya, tak pernah ada pemeriksaan terhadap anak-anak yang akan masuk sekolah.

"Screening kesehatan jiwa waktu mau masuk SD, kan tidak diperiksa. Apakah anaknya punya gangguan disorder atau gangguan perilaku menentang atau dia anak ADHD, kan kita tidak punya tuh screening itu," ucapnya.

Ia berpandapat orang tua juga harus dilakukan screening, guna mengetahui apakah orang tua yang menumbuhkembangkan anaknya punya masalah dengan mental dan emosional atau tidak.

Sementara itu, ia juga menyoroti beberapa kasus bullying yang hanya selesai dengan permintaan maaf dan membuat video klarifikasi.

Padahal, menurut Elvine, perlu juga dilakukan pembinaan terhadap anak, orang tua, dan guru.

Pembinaan tersebut dilakukan supaya hal serupa tak terjadi lagi.

"Kasus-kasus sebelumnya juga tidak pernah di-up, apa yang terjadi setelahnya, kita tidak pernah tahu apa hukumnya untuk para pelaku. Padahal, orang tua dan gurunya harus diobati, bukan hanya anaknya saja," ucapnya.

"Konkretnya adalah satu, orang tua harus siap dalam proses pendidikan anak, jadi bukan cuma menitipkan saja, kedua orang harus terbuka kalau anaknya bermasalah siap dibina, kalau boleh mencegah," tambahnya.

Kata Dinas Pendidikan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Indramayu pun turun tangan dan memberikan atensi pada kasus perundungan ini.

Bersama Polres Indramayu dan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DisdukP3A) Indramayu, para petugas mendatangi SD tempat korban bersekolah,

Petugas datang untuk meminta keterangan hingga kronologi perundungan.

Baca juga: Viral Siswa SMP di Balikpapan Jadi Korban Bullying saat Jam Istirahat, Dipicu karena Kirim Gambar

Orang tua korban dan pelaku juga dimintai keterangan petugas.

Plt Disdikbud Indramayu, Ahmad Syadali, mengaku prihatin.

"Dengan kondisi ini kita tugaskan kepala sekolah dan pengawasnya memperketat lagi pengawasan. Jangan sampai lalai terutama di jam-jam KBM karena itu tanggungjawabnya di sekolah," ujar dia di sekolah korban, Rabu.

Ia beserta jajarannya juga sering melakukan inspeksi mendadak ke sekolah-sekolah untuk melihat kondisi anak di kelas.

Namun, kejadian yang terjadi di luar sekolah maupun jam istirahat kerap luput dari pengawasan.

"Dan memang sekolah ini lingkungan tidak tertutup jadi kita susah," ujar dia.

Ahmad Syadali pun mengaku, kejadian perundungan di wilayah Indramayu ini membuat upaya pencegahan bullying yang dilakukan belum berhasil.

Syadali menegaskan, kejadian ini akan jadi evaluasi.

Pihaknya juga tak memberikan sanksi kepada pihak sekolah.

"Sebetulnya bukan sanksi tapi kami minta pola pengawasan ditingkatkan lagi. Ini jadi bahan evaluasi," ujar dia.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Kasus Murid SD Dibully Teman di Indramayu, Pengamat: Kita Tak Pernah Tahu Hukuman untuk Para Pelaku

(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Handhika Rahman/Nazmi Abdurrahman)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas