Derita Siswi SMP di Sumbar Sebulan Hidup dengan Kondisi Proyektil Bersarang di Perutnya
Kondisi siswi SMP korban peluru nyasar memprihatinkan, sudah sebulan ini proyektil tak bisa dikeluarkan sehingga masih bersarang di perutnya.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siswi SMP di Pariawan, Sumatera Barat mengalami musibah jadi korban peluru nyasar.
Kondisinya pun memprihatinkan, sudah sebulan ini proyektil tak bisa dikeluarkan sehingga masih bersarang di perutnya.
Kini Bela Cintia (14) terus terbaring di tempat tidurnya dan bolak balik ke rumah sakit untuk kontrol, sekolahnya pun terbengkalai.
Kejadian peluru nyasar pun sudah dilaporkan keluarga korban kepada pihak Polisi pada Kamis (25/2/2024) kemarin.
Kasat Reskrim Polres Pariaman AKP Muhamad Arvi membenarkan kejadian tersebut.
Ia mengatakan, kasus tersebut dilaporkan oleh keluarga korban ke Polsek Sungai Geringging.
"Pelapor bernama Ali Mukminin (35), warga Katiduran Anggang Korong Kubu Pinjauan Nagari Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau. Sedangkan terlapor masih dalam lidik," terang Arvi.
Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap pelaku penembakan tersebut.
Kronologi Korban Kena Peluru Nyasar saat Pulang Sekolah
Peristiwa ini terjadi di wilayah Pariawan, Sumatera Barat, yang menimpa korban saat pulang sekolah
Saat itu Bela pulang sekolah berjalan kaki bersama tujuh orang rekannya.
Saat sampai di kawasan Sungai Lawai Korong Balekok, Nagari Kuranji Hulu, korban mendengar suara dentuman di atas atap rumah milik warga bernama Samar.
Secara bersamaan, korban merasakan sakit di bagian perut sebelah kiri.
Ia pun terjatuh dengan kondisi berdarah.
Pihak keluarga kemudian membawa anak kelima dari enam bersaudara itu ke Puskesmas Sungai Limau, lalu ia dievakuasi ke RSUD Pariaman.
Pada Jumat (26/2/2024), Bela menjalani operasi, tetapi proyektil yang bersarang di perutnya gagal dikeluarkan.
"Kata dokter, posisinya (peluru) berpindah-pindah. Sehingga tidak bisa dikeluarkan," ujar Leni, ibu Bela.
Dokter sempat meminta persetujuan pada Lena untuk melanjutkan operasi dengan risiko akan terjadi pendarahan pada Bela.
Persetujuan itu tak diaminkan oleh Leni dan meminta saran dokter agar anak gadisnya selamat.
Dokter pun memilih tak melanjutkan operasi dan luka tembak di perut bagian kiri Bela ditutup kembali.
Sudah Sebulan Peluru Masih Bersarang di Perut, Bela Trauma, Terus Kesakitan
Selama lima hari pertama dengan peluru di perut, Bela tak bisa bergerak sedikit pun dan hanya berbaring di atas kasur.
Semua aktivitas makan, minum, buang air besar dan buang air kecil dilakukan dalam kondisi terlentang.
Setelah enam hari lebih, Bela memberanikan diri untuk bangun, walau masih belum bisa beraktivitas normal.
"Beberapa hari masih menahan sakit, sebelum akhirnya ia bisa beradaptasi dan beraktivitas, meski hanya aktivitas ringan," jelas Leni.
Selama di rumah sakit, menurut Leni, anaknya terus mengeluh demam dan pusing.
Hanya saja ia tak tahu apakah keluhan itu dampak dari proyektil yang ada di perutnya. Meski sudah pulang ke rumah, dua minggu sekali Bela tetap harus kontrol ke RSUD Pariaman ditemani ibu dan pamannya.
Sekali kontrol, Leni harus mengeluarkan uang Rp 100.000 untuk biaya transportasi.
Kondisi keuangan yang pas-pasan membuat ibu rumah tangga itu harus meminjam ke tetangga dan sanak saudara.
"Saya mau anak saya lekas sembuh, meski harus minjam sana sini tidak masalah yang penting sembuh," ujar ibu rumah tangga itu.
Dalam kondisi puasa, keduanya berangkat ke rumah sakit menggunakan ojek, dilanjutkan dengan angkutan umum dan kembali naik ojek untuk sampai ke RSUD Pariamann.
Rencana operasi dua bulan lagi Setelah kontrol kedua, Bela masih harus menjalani empat kali kontrol lagi hingga luka bekas operasinya yang gagal mengering.
"Berdasarkan anjuran dokter, Bela baru bisa menjalani operasi lagi dua bulan ke depan," katanya sembari menunggu di ruang tunggu pengambilan obat RSUD Pariaman, Kamis (21/3/2024).
Ia mengaku biaya berobat bela selama di rumah sakit memang ditanggung BPJS kesehatan, tapi untuk biaya transportasi tidak.
Walau berasal dari keluarga menengah ke bawah, Leni mengaku tak mendapatkan bantuan terkait kasus yang dialami anaknya.
"Harapan saya operasi pengeluaran peluru bisa berjalan lebih cepat dari yang ditentukan dokter," ungkap dia.
Menurut Leni, anaknya mengalami trauma dan masih kesakitan dan sekolahnya terbengkalai.
Tak hanya berharap operasi pengangkatan proyektil segera dilakukan, Leni pun ingin pelaku penembakan serta motifnya bisa segera diungkap.
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul Cerita Pilu Gadis SMP Terkena Peluru Nyasar Saat Pulang Sekolah, Proyektil Bersarang Sampai Sebulan,