Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Polemik Patung Dewi Kencana di Puncak Bogor Direspon Anggota DPRD Bogor, Perancang Angkat Bicara

Putra daerah Puncak Bogor ini juga menyarankan agar kawasan wisata Pakis Hills memilih antara berjualan patung atau membuka kafe

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Polemik Patung Dewi Kencana di Puncak Bogor Direspon Anggota DPRD Bogor, Perancang Angkat Bicara
TribunnewsBogor.com/Wahyu Topami
Patung Raksasa Dewi Kencana di Pakis Hills Puncak Bogor yang Tua Polemik, Jumat (19/4/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Bogor, Wahyu Topami

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor Wawan Hikal Kurdi turut memberikan sorotan terhadap berdirinya Patung Dewi Kencana yang menjadi polemik di kawasan wisata Pakis Hills.

Menurutnya, pengelola Pakis Hills seharusnya memperhatikan keinginan para ulama Puncak Bogor, khususnya dari Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

"Soal patung yang berada di Pakis Hills, yang notabene terletak di kampung saya, Desa Tugu Selatan, saya pikir pengelola perlu mempertimbangkan saran dari para ulama.

Bagi saya, apakah patung itu dianggap sebagai unsur seni budaya atau ikon Puncak, yang terpenting adalah mendengarkan pendapat ulama-ulama setempat.

Menurut hemat saya, apapun alasannya, jika ulama-ulama tidak mengizinkan, maka patung tersebut perlu dipertimbangkan ulang," kata Wawan Hikal Kurdi, Jumat (26/4/2024).

Baca juga: Polemik Patung Raksasa Dewi Kencana di Bogor, Pendapat Camat Cisarua hingga Tanggapan Pakis Hills

Putra daerah Puncak Bogor ini juga menyarankan agar kawasan wisata Pakis Hills memilih antara berjualan patung atau membuka kafe.

Berita Rekomendasi

“Pakis Hills dapat memilih antara menjual menu restoran (kafe) atau menjual patung.

Jika ingin membuka kafe, maka patung perlu dipertimbangkan untuk dihapus, begitu pula sebaliknya.

"Jadi, pilihan ada pada pengelola," tambahnya.

Camat Cisarua, Heri Risnandar, mengungkapkan bahwa pihaknya bersama Polsek, Koramil, Satpol PP, dan beberapa tokoh ulama setempat akan segera mengunjungi lokasi Pakis Hills.

“Kami akan melakukan kunjungan ke Pakis Hills pada hari Sabtu, 27 April, untuk melakukan survei.


Terkait aspek perizinan, saya sudah mengonfirmasi, namun rencana masih dalam proses revisi.

Kami akan melihat kondisinya secara langsung saat kunjungan besok,” pungkasnya.

Kurangnya Komunikasi 

Camat Cisarua Heri Risnandar menanggapi terkait polemik Patung raksasa Dewi Kencana di kawasan wisata Pakis Hills, Puncak Bogor, menjadi polemik di antara masyarakat, khususnya Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Heri Risnandar menyebut, masalah ini muncul karena kurangnya komunikasi antara pihak Pakis Hills dan masyarakat sebelum pembangunan patung Dewi Kencana.

Heri Risnandar juga menegaskan bahwa keberatan terhadap patung Dewi Kencana disebabkan oleh ketidaksesuaian dengan kearifan lokal masyarakat Puncak Bogor yang mayoritas adalah suku Sunda.

Dewi Kencana sebenarnya adalah Ratu Kencono Wungu, seorang pemimpin perempuan dari Kerajaan Majapahit dengan nama asli Dyah Suhita.

Sejarah mencatat hubungan kelam antara Kerajaan Pajajaran dan Majapahit pada masa Perang Bubat.

"Informasi yang diberikan mungkin tidak utuh, fasilitas lain tidak masalah, yang jadi masalah soal patung ini yang mungkin bisa jadi enggak sejalan dengan kearifan lokal, kita tahu Bogor merupakan bagian dari Jawa Barat dengan sejarah Pajajarannya. Sedangkan Dewi Kencana merupakan petinggi dari Kerajaan Majapahit yang itu mungkin sejak awal dikomunikasikan dengan publik, dikonsultasikan dengan dinas terkait," ujarnya pada TribunnewsBogor.com, Selasa (23/4/2024).

Pihak Kecamatan Cisarua menyarankan agar Pakis Hills membangun komunikasi dengan masyarakat Tugu Selatan mencari solusi terbaik terkait patung Dewi Kencana.

"Karena sekarang sudah kadung terbangun ya sekarang bagaimana pihak pakis hills ini memberikan pemahaman ketika memang itu tidak sepaham itu dari aspek teknisnya apakah mungkin dibongkar atau diganti," ungkapnya.

Perwakilan dari Pakis Hills, Jatnika, mengklaim bahwa mereka telah berkoordinasi dengan masyarakat terkait pembangunan patung.

Mereka juga telah melakukan mediasi dan penjelasan kepada masyarakat untuk menghindari kesalahpahaman.

"Tidak seperti narasi-narasi di luar, dan tim kami sudah ke lapangan untuk mediasi, silaturahmi, dan menerangkan supaya tidak terjadi salah paham, sebagian alhamdulillah mengerti dan kondusif," kata Jatnika.

Pihak Pakis Hills menegaskan bahwa patung tersebut hanya dibangun sebagai ikon wisata yang mengadopsi nuansa Bali, bukanmerepresentasikan tokoh perempuan dari Kerajaan Majapahit.

Patung tersebut juga terbuat dari bambu dengan tangan kirinya mengacungkan pucuk teh, yang merupakan ikon Puncak Bogor sendiri.

"Tidak semestinya dibawa ke arah sana. Kami minta didukung, sebagai pengusaha lokal, seharusnya orang lokal bangga jadi pengusaha di Puncak, itu tidak ada hubungannya dengan Majapahit," tandasnya.

Tanpa Asosiasi Unsur Agama dan Budaya

Perancang Pakis Hills dan patung raksasa Dewi Kencana, Doddy Priyatno angkat bicara terkait karya yang dibuatnya.

Doddy menegaskan, patung raksasa Dewi Kencana dibuat tanpa asosiasi dengan unsur agama atau budaya yang menyimpang dari adat Sunda.

Doddy mengatakan, patung raksasa Dewi Kencana yang dibuat itu merupakan hasil kolaborasi antara dirinya dan seniman asal Gianyar, Bali, yaitu Dalem Ramadi.

"Saya menciptakan sesuatu jangan sampai menyimpang juga dari adat-adat lokal, kebetulan saya sama teman yang dari Bali dia memang pengrajin bambu.

Kebetulan konsep ini pas karena ecopark inikan berhubungan dengan lingkungan, yang ramah lingkungan," ujarnya pada TribunnewsBogor.com, Kamis (25/4/2024).

Doddy menjelaskan bahwa patung tersebut tidak permanen dan memiliki filosofi yang mendalam, mengacu pada namanya Dewi yang bermakna 'perempuan cantik dan agung' dalam bahasa Sansekerta serta Kencana yang berarti 'emas' sebagai simbol kekayaan alam murni, seperti kemuliaan, kemakmuran, dan kemegahan.

"Jadi kita buat patunglah dari bahan yang terbuat dari ramah lingkungan, bukan yang sifatnya permanen.

Tapi ya menciptakan sesuatu ini juga kita berusaha supaya ada filosofinya juga, nggak menyimpang. Makanya kita tidak ada yang berhubungan dengan politik, apalagi agaisme itu tidak ada hubungannya sama sekali.

Jadi ini bukan hanya bikin patung, berdiri dan kita buatkan juga filosofinya, jadi emang patungnya ini filosofinya juga berhubungan dengan alam. Semua berhubungan dengan alam," jelasnya.

Doddy juga mengungkapkan bahwa tujuan pembuatan patung tersebut adalah untuk menarik minat wisatawan agar terus berkunjung ke Puncak Bogor.

"Puncak ini kan jalur pariwisata dan saya sebagai seniman, putra daerah ingin berkarya mengekspresikan tapi untuk menarik semua wisatawan itu bukan hanya lokal, karena kita itu semua keterbatasan turis paling timur tengah, jadi saya harus berbuat sesuatu agar dapat menarik semua wisatawan tanah air jadi bukan hanya lokal dan arab tapi semua," katanya.

Patung Dewi Kencana di Pakis Hills Puncak Bogor menggunakan empat atribut dengan makna yang berbeda:

1. Mahkota, melambangkan kekuasaan, legitimasi, keabadian, kejayaan, dan kemakmuran.

2. Pucuk teh, sebagai simbol memuliakan dan kesuburan perkebunan teh di wilayah Puncak Bogor.

3. Kendi air, dimaknai sebagai harapan dan sumber kehidupan, dalam filosofi Jawa.

4. Atribut yang dikenakan pada patung Dewi Kencana ini dengan motif yang terinspirasi dari banyaknya pohon pakis di tempat ini yang distilasi menjadi sebuah bentuk ornamen yang sangat unik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas