Mengenang Tragedi Paiton, Kecelakaan Bus Pariwisata yang Menewaskan 51 Pelajar SMK Yapemda Sleman
Sebanyak 54 orang tewas yang terdiri dari 51 pelajar, 2 guru dan seorang pemandu wisata tak bisa menyelamatkan diri dan terpanggang hidup-hidup
Penulis: Eko Sutriyanto
Kebakaran dipicu dari kebocoran tangki bahan bakar truk bernomor polisi L 8493 F yang mengenai sekering bus.
Percikan api kemudian muncul di bagian depan bus yang ditabrak.
Kebakaran begitu cepat terjadi, ditengarai karena adanya bahan-bahan yang mudah terbakar di dalam bus seperti tas dan karpet yang ditaruh di kursi.
Korban Berlarian ke Belakang
Sebenarnya para korban berupaya untuk menyelamatkan diri dengan menuju bagian belakang bus di dekat pintu namun pintu tersebut justru tak dapat dibuka.
Celakanya bus tak dilengkapi alat pemecah kaca sehingga penumpang tak dapat menyelamatkan diri ketika bus terbakar.
Sang sopir bisa selamat setelah melompat dari bus, sedangkan kernetnya memecah kaca bagian depan.
Saat kebakaran terjadi, warga sekitar lokasi melihat adanya kobaran api dan letupan-letupan kecil.
Petugas pemadam kebakaran juga datang untuk membantu memadamkan api.
Setelah jenazah berhasil dievakuasi, mayat korban disekat dengan balok es.
Baca juga: Menhub Budi Karya Minta Seluruh Bus Pariwisata Dilakukan Ramp Check Jelang Angkutan Lebaran 2024
Banyaknya jumlah korban meninggal memaksa pihak RSUD Situbondo untuk mengawetkan jenazah menggunakan balok es.
Jenazah juga hanya ditempatkan di lorong, karena ruang kamar mayat tidak terlalu besar karena kebanyakan jenazah mengalami luka bakar serius.
Ada bagian tubuhnya yang hilang dan beberapa sulit dikenali.
Bahkan, tim forensik mengalami kesulitan mengindetifikasi 54 jenazah korban karena sebagian besar jenazah rusak akibat luka bakar yang sangat parah.
Bahkan, sidik jari korban yang kebanyakan siswa Sekolah Menengah Kejuruan I Yapemda, Tanjungtirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, ini sudah tak bisa dikenali lagi.