Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Inovasi Siswa SMK Obati Rindu pada Kuliner Lokal  

Siswa SMKN 6 Yogyakarta bertekad untuk memberikan sentuhan baru pada usaha soto orang tuanya.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Inovasi Siswa SMK Obati Rindu pada Kuliner Lokal  
istimewa
Siswa SMKN 6 Yogyakarta pada  pameran Inabuyer 2024. (IST) 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lahir dari keluarga yang berbisnis di bidang kuliner mendorong Meirisa untuk mengembangkan bisnis dengan sejumlah inovasi.

Siswa SMKN 6 Yogyakarta bertekad untuk memberikan sentuhan baru pada usaha soto orang tuanya.

Dorongan ini yang membuat Meiriska memilih jurusan kuliner pada SMKN 6 Yogyakarta.

Dirinya ingin mengembangkan hingga menambah usaha kuliner orang tuanya.

"Saya ingin mengembangkan yang sudah ada. Kemudian saya juga ingin mungkin menambah usaha di luar usaha orang tua saya," ujar Meiriska.

Pilihannya memilih pendidikan vokasi, rupanya tepat dengan keinginannya mengembangkan usaha dan melakukan inovasi di bidang kuliner.

BERITA REKOMENDASI

Pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mampu melahirkan lulusan kelak mampu membuka lapangan pekerjaan.

Meiriska dan teman-temanya mampu melahirkan inovasi produk bumbu masakan khas Yogyakarta. Dalam pameran Inabuyer 2024, para siswa SMKN 6 Yogyakarta memamerkan produk hasil inovasi para siswa.

Bumbu-bumbu tersebut, adalah bumbu sambal goreng krecek, oseng-oseng marcon, gulai, ada teri lombok hijau, dan brongkos.

Para siswa bermimpi ingin mengenalkan kuliner khas Yogyakarta melalui bumbu masakan. Sasaran para siswa, adalah para warga perantau Yogyakarta di luar kota, hingga orang-orang yang pernah merasakan nikmatnya kuliner khas Yogyakarta.

"Nah, itu kayak kita itu pengen banget mengenalkan bumbu dari Jogja ke orang-orang di luar Jogja agar nanti itu kalau misal orang kangen sama Jogja, nggak sempet pulang ke Jogja bisa banget masak di rumah menggunakan bumbu dari kita," tutur Meiriska.

Meiriska mengungkapkan para siswa terinspirasi dari orang-orang di luar Yogyakarta yang menggemari kuliner Kota Pelajar itu.

Melalui inovasi bumbu masakan ini, para pelancong dapat merasakan nikmatnya kuliner Yogyakarta tanpa harus menyambanginya.

"Kami mengeluarkan bumbunya itu agar memudahkan. Biar memudahkan orang-orang yang di luar Jogja ingin mencicipi itu biar mudah biar bisa masak sendiri juga secara mudah," ucapnya.

Para siswa ini berharap produk bumbu ini bisa dikenal dan mendapatkan pembeli dari dalam dan luar Yogyakarta. Mereka berharap ada pembeli maupun pihak lain yang mau bekerjasama dalam jangka panjang.

Pembelajaran di SMK, kata Meiriska, sangat mendorong para siswa untuk berinovasi di bidang kuliner. Proses pembelajaran dengan konsep Teaching Factory juga membantu siswa cepat menguasai bidang yang dipelajari.

"Kami dari kelas 10 sudah dikenalkan dengan bumbu-bumbu dasar, kayak bumbu dasar putih, merah, orange, kuning, dan juga hitam. Itu juga sudah kami kenal dari kelas 10. Jadi sejauh ini kita bisa memvariasi bumbu tersebut hingga kami jadikan seperti itu, bumbu siap saji. Terus kemudian kalau di sekolah kami ada beberapa kegiatan teaching factory," pungkas Meiriska.

Senada dengan yang dilakukan para siswa SMKN 6 Yogyakarta, siswa dari SMK Gula Rajawali Madiun turut melakukan inovasi. Para siswa mampu melakukan program link and match dengan industri.

Program link and match yang dilakukan SMK Gula Rajawali Madiun dilakukan dengan industri gula PT PG Rajawali I Surabaya, PT PG Rajawali II Cirebon, dan Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo).

Sekolah ini berhasil memproduksi gula merah tebu bermerek `Gendhis Laris` yang dipasarkan ke masyarakat lokal. Seluruh tahapan produksi dilakukan oleh para siswa dari tiga jurusan berbeda.

Baca juga: Pemerintah akan Buka Penerbangan Langsung dari Thailand ke Yogyakarta

Ketiga jurusan tersebut ialah, Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan, yang bertugas membudidayakan tanaman tebu mulai dari bibit hingga tebang.

Lalu Jurusan Kimia Industri yang membantu mengolah dari nira tebu menjadi gula merah. Lalu jurusan ketiga yakni Teknik Mekanik Industri yang bertugas membuat mesin giling yang dibutuhkan untuk memerah nira tebu.

"Prosesnya diikuti seluruh siswa. Artinya semuanya terlibat dalam proses produkdi. Semuanya, tiga jurusan terlibat semua," ujar Wakabid Humas SMK Gula Rajawali Madiun, Puspita Weni.

Hasil olahan gula ini, kata Puspita, juga mampu dimanfaatkan sebagai oleh-oleh khas Madiun. Gula produksi para siswa SMK ini diolah menjadi sambal pecel.

"Nah sehingga ini gula merah juga digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan sambal pecel. Jadi memang kita membaca peluang lah kalau dianalisis suotnya kita sudah membaca peluang seperti itu," katanya.

Saat ini SMK Gula Rajawali Madiun berupaya untuk memperkenalkan produk Gendhis Laris.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas