Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jalan Panjang UMKM Batik Namburan, Bangkit Berkat YDBA, Punya Visi Go Global 2030

UMKM Batik Namburan berhasil bangkit dari pandemi berkat kontribusi Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Ini kisahnya.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Jalan Panjang UMKM Batik Namburan, Bangkit Berkat YDBA, Punya Visi Go Global 2030
Tribunnews.com/Sri Juliati
Pemilik Batik Namburan, Evi Rosalina Widyayanti menunjukkan sejumlah produk batik tulis karya Batik Namburan. UMKM Batik Namburan merupakan satu di antara UMKM yang dibina Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). 

TRIBUNNEWS.COM - Puluhan lembar kain batik tulis dengan berbagai motif tertata rapi di sebuah rak yang terpajang di galeri Batik Namburan.

Namun, ada satu motif batik yang keberadaannya menarik perhatian. Batik dengan dominasi warna hijau-merah itu dihiasi corak bunga dan dedaunan.

Ya, inilah batik motif Kembang Ayu yang merupakan salah satu karya cipta Batik Namburan, UMKM asal Yogyakarta yang bergerak di bidang kerajinan fashion batik.

Pemilik Batik Namburan, Evi Rosalina Widyayanti mengatakan, ada filosofi tersendiri di balik motif ciptaannya tersebut.

"Filosofinya seorang perempuan yang kuat, tangguh, dan cantik, ibaratnya bunga yang elegan. Cantik, tapi kokoh karena ada batang, ranting, dan daun di sekelilingnya."

"Ada pendukung-pendukung yang menguatkan dia. Jadi, kekuatan itu muncul tidak dari dirinya sendiri, tapi ada yang ikut menopang, ada dukungan dari sekitarnya."

"Bunga itu akan cantik jika dia juga bersinergi," jelas Evi saat ditemui Tribunnews.com, Senin (2/9/2024).

BERITA REKOMENDASI

Selain Kembang Ayu, motif batik lain yang tak kalah menarik perhatian adalah motif Kontemporer Batik Namburan dengan ciri khas berupa goresan garis, melingkar, bulatan, titik, cipratan, dan lengkung.

Motif Kontemporer Batik Namburan menggambarkan sebuah ekspresi yang tak pernah habis dan ditelan banyak perubahan.

"Seperti dunia yang terus berubah, kita nggak boleh habis, kita harus melebur, mengikuti dengan perubahan tersebut," tambah Evi.

Yang istimewa dari dua motif tersebut, kata Evi, telah terdaftar pada Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Dengan demikian, ia tak perlu khawatir, dua motif buah karyanya itu akan diklaim oleh orang lain.

Jalan Panjang Evi Besarkan Batik Namburan

Batik Namburan 1
Pemilik Batik Namburan, Evi Rosalina Widyayanti menunjukkan sejumlah produk batik tulis karya Batik Namburan. UMKM Batik Namburan merupakan satu di antara UMKM yang dibina Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Evi yang juga berprofesi sebagai Dosen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta ini menempuh jalan panjang dalam membesarkan usahanya tersebut.

Ia menjelaskan, UMKM Batik Namburan bermula dari keinginan sang suami, Bagus Yuni Prabowo bersama kakak iparnya membantu orang lain yang membutuhkan pekerjaan dengan keahlian membatik.

Dibantu teman sang kakak ipar, usaha batik dengan nama Batik Namburan itu berdiri pada 2015. Sementara Evi saat itu masih fokus pada kegiatannya sebagai dosen.

"Saat itu, lokasi usahanya masih di Jalan Namburan Lor nomor 1. Makanya diberi nama Batik Namburan," ujar Evi.

Setahun berjalan, sang kakak ipar dan temannya memiliki kesibukan masing-masing. Evi dan suaminya pun 'dipasrahi' untuk terus menjalankan usaha ini hingga sekarang.

Di awal menjalankan Batik Namburan, Evi harus bolak-balik dari kediamannya yang beralamat di Jalan Sadewa No.12, Wirobrajan ke Jalan Namburan, Kalurahan Panembahan, Kapanewon Kraton atau sekira 10 Km.

Dirasa tak efektif, akhirnya ia memboyong seluruh kegiatan produksi Batik Namburan ke rumahnya. Termasuk dengan kegiatan penjualan.

Evi lantas menyulap ruang tamunya sebagai galeri Batik Namburan. Sementara proses produksi dilakukan di halaman belakang.

Total, ada 10 karyawan termasuk para pembatik yang bekerja pada dirinya, dengan rata-rata usia pembatik sekira 50 tahun.

Dalam sebulan, kata wanita kelahiran tahun 1974 itu, Batik Namburan dapat memproduksi sebanyak 60 lembar kain sembari sesekali memproduksi setelan baju.

"Yang menjadi ciri khas dari Batik Namburan adalah motif kontemporer dengan menggabungkan beberapa motif klasik seperti parang, kawung, dan truntum dalam satu kain. Jadi nuansa batik Jogjanya tetap ada," bebernya.

Selain itu, Batik Namburan juga kerap menciptakan desain batik yang unik sebagai bagian inovasi produk. Evi ingin pemakai batik karyanya merasa beda dan unik.

"Memang kadang ada yang bilang, 'modelnya kok aneh-aneh'. Lha, justru ini ciri khasnya Batik Namburan, biar kalau dipakai kesannya beda," tambah Evi.

Pemasaran produk Batik Namburan pun tak main-main. Kain dengan berbagai motif menarik telah sampai ke sejumlah konsumen yang berada di Yogyakarta, Solo, Bandung, Jakarta, Lombok, Sumatra, Papua, Jepang, Dubai, hingga Belanda.

Bahkan ada sejumlah konsumen yang melakukan repeat order hingga meminta dibuatkan busana dari selembar kain Batik Namburan.

Saat ini, kata Evi, Batik Namburan membidik pasangan dengan usia sekira 25-40 tahun sebagai pangsa pasar terbaru.

Rutin Ikuti Perlombaan

Batik Namburan 2
Seorang pengunjung melihat hasil karya UMKM Batik Namburan. Usaha ini merupakan salah satu UMKM yang dibina Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)

UMKM Batik Namburan kian dikenal khalayak setelah rutin memenangkan sejumlah kompetisi serta mengikuti event seperti Jogja Fashion Show dan sejumlah pameran yang berskala lokal hingga nasional.

Misalnya pada 2017, Batik Namburan meraih juara 1 Pencatatan Transaksi Keuangan dengan Aplikasi SIAPIK dari Bank Indonesia (BI).

Dua tahun kemudian, ia meraih juara 1 kategori Manajemen/Pembukuan dalam Dekoya Award 2019.

Termasuk saat pandemi, Batik Namburan mendapat juara harapan 1 dalam lomba Cipta Masker tingkat nasional yang digelar Dekranasda Yogyakarta.

Wanita yang kini tengah menempuh pendidikan S-3 ini juga mengungkapkan, batik ciptaannya juga telah dinyatakan sebagai batik asli Indonesia oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta.

"Produksi Batik Namburan juga telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pembatiknya telah mendapat sertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)," jelasnya.

Terbaru, Batik Namburan tengah berusaha mendapatkan sertifikasi halal batik dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kontribusi YDBA

Batik Namburan 3
Pemilik Batik Namburan, Evi Rosalina Widyayanti berada di depan galerinya. Batik Namburan merupakan salah satu UMKM dibina Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)

Tak berhenti sampai di situ, Batik Namburan juga bergabung bersama dengan sejumlah UMKM lain di bawah Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

YDBA merupakan salah satu pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra International Tbk.

Didirikan founder Astra, William Soeryadjaya pada 2 Mei 1980, YDBA merupakan perwujudan cita-cita Astra 'Sejahtera Bersama Bangsa'.

YDBA juga sebagai bentuk komitmen Astra untuk berperan serta secara aktif dalam membangun bangsa dan berfokus pada program kewirausahaan.

Evi tak menampik, perjalanannya membesarkan Batik Namburan tak lepas dari kontribusi YDBA.

Sejak bergabung pada 2020, Batik Namburan mendapat pendampingan dari YDBA seperti pelatihan 5R dan pemasaran.

Hal ini sangat membantu Evi dalam melewati badai pandemi yang membuat penjualan Batik Namburan turun tajam.

Bahkan berkat sejumlah pendampingan yang didapat, Evi mengubah strategi penjualan yang tadinya lebih fokus offline menjadi online.

"Oleh YDBA, kami benar-benar dibimbing bagaimana melakukan promosi via digital di media sosial. Hingga yang tadinya terpuruk karena pandemi, perlahan mulai bangkit," ungkapnya.

Saat ini, lanjutnya, penjualan paling tinggi di Batik Namburan justru dilakukan melalui katalog di Instagram dan langsung terhubung ke nomor WhatsApp.

Dalam menjalankan Batik Namburan, Evi juga menerapkan sejumlah hal yang sejalan dengan prinsip 5R sejak dari proses produksi untuk mendukung sustainable fashion atau mode berkelanjutan.

Sustainable fashion mengacu pada praktik-praktik dalam industri mode yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial.

5R merupakan singkatan dari Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Program ini diadopsi dari teori Kaizen yaitu 5S.

Dalam membatik, Evi menggunakan teknik mencolet yaitu teknik pewarnaan kain batik dengan cara menorehkan warna secara langsung menggunakan kuas.

Melalui teknik colet, pembatik mengoleskan pewarna kain dengan kuas, lalu melukis motif di atas kain mori.

"Tujuan utamanya sebenarnya untuk mengurangi limbah air. Kalaupun ada limbah air, hanya saat terakhir pencucian dan perebusan kain untuk menghilangkan malam."

"Itu pun air sisa perebusan masih disaring untuk mendapatkan malam yang kemudian dipakai lagi dalam proses membatik selanjutnya," papar Evi.

Ia juga mengatakan, proses pewarnaan Batik Namburan masih menggunakan bahan sintetis lantaran belum bisa mendapatkan hasil warna alam yang cerah.

"Tapi kami berusaha ke depannya bisa menemukan warna alam yang bisa cerah seperti ini, nanti menggunakan apa, bisa didapat dari riset dan biaya riset cukup tinggi. Setidaknya, kami sudah berusaha untuk mengurangi limbah dengan cara menggunakan teknik mencolet," tegasnya.

Evi juga berusaha tidak membuang hasil jahitan yang tersisa. Sisa-sisa atau kain perca akan disulapnya menjadi dompet, obe, masker, bros, hingga gantungan kunci.

Atas usaha Evi tersebut, YDBA menganugerahinya juara 3 dalam lomba 5R yang digelar pada 2022. Pada tahun yang sama, Batik Namburan telah lulus asesmen sebagai UKM Mandiri dari YDBA.

Berkat YDBA pula, Batik Namburan berhasil mengikuti Indonesia Marketing Association (IMA) UMKM Award 2024 dan lolos 20 besar. 

Selain itu, Batik Namburan juga mendapat fasilitas untuk pembayaran berupa QRIS AstraPay.

Dengan QRIS AstraPay, Batik Namburan dapat menerima pembayaran melalui aplikasi e-wallet dan m-banking apa saja.

Oleh karena itu, bagi Evi, YDBA memiliki arti yang sangat penting bagi kelanjutan usahanya. 

Sejak bergabung bersama YDBA, Batik Namburan merasakan banyak manfaat dan pertumbuhan yang signifikan.

Ia pun berharap, Batik Namburan bisa terus memperoleh pendampingan yang semakin kuat dari YDBA.

"Sehingga pertumbuhan usaha terus meningkat menjadi usaha besar yang akhirnya bisa mengikuti jejak YDBA untuk berbagi dan bermanfaat bagi masyarakat lebih luas," kata dia.

Menilik sejumlah usaha yang telah dijalani, Evi berharap, Batik Namburan bisa go internasional. 

"Kami punya visi go global tahun 2030 dan bisa punya stand sampai ke luar negeri," harapnya.

Evi percaya, visi tersebut akan dapat dicapai Batik Namburan lewat sejumlah pendampingan yang dilakukan YDBA

"Batik Namburan memiliki rasa percaya yang tinggi terhadap komitmen YDBA. Sehingga sangat penting bagi Batik Namburan untuk terus bersama YDBA sehingga visi goal go global 2030 dapat terwujud," pungkasnya

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas