Update Erupsi Gunung Lewotobi: 1.772 Warga Mengungsi di Perbatasan Kabupaten Flores Timur-Sikka NTT
Sebagian besar warga terdampak letusan Gunung Lewotobi memilih mengungsi di beberapa desa di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Hingga Selasa (5/11/2024) sore, jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT mencapai 1.772 orang.
Berdasarkan data Tim BPBD Flores Timur, sebanyak 1.772 pengungsi tersebut tersebar di tiga titik yakni Desa Timutawa, Kringa dan Hikong, Kecamatan Talibura.
Baca juga: Update Pasca Erupsi Gunung Lewotobi: Rumah Diterjang Material Panas hingga Perkampungan Memutih
Pengungsi tersebut berasal dari Desa Bokang Wulumatang 673, Konga 787 dan Desa Lewolaga 312 Orang.
Untuk data pengungsi di Kabupaten Sikka sebagian besar warga memilih mengungsi di beberapa desa di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka.
Tiga desa yang menjadi tempat pengungsian berada di perbatasan Kabupaten Flores Timur dan Sikka.
Di Desa Tiwutawa, ada 8 KK dan 27 jiwa terdiri dari 8 laki-laki dan 19 perempuan.
Desa Kringa ada 119 KK, 419 jiwa yang terdiri dari laki-laki 198 dan perempuan 221 dan bayi 7 orang serta balita 12 orang.
Ada juga ibu hamil 3 orang, lansia 37 dan disabilitas 2 orang.
Sementara itu, Desa Hikong ada 111 KK, 387 jiwa, lansia 48, bayi balita 33 dan bumil 3 orang.
Baca juga: Menko PMK: Warga Dievakuasi 7 Km dari Lokasi Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki NTT
Seorang Pengungsi Meninggal
Seorang pengungsi di Dusun Mudin, Desa Watu Omok, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Rofinus Beda Tour (55) dilaporkan meninggal dunia.
Rofinus adalah salah satu warga yang mengungsi akibat letusan Gunung Lewotobi pada Minggu (3/11/2024) lalu.
Warga Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, itu dilaporkan meninggal di tempat pengungsian, Senin (4/11/2024) sekitar pukul 21.00 Wita.
Informasi meninggalnya Rofinis diperoleh dari Arnoldus Marten, salah satu warga Desa Watu Omok yang rumahnya menjadi tempat korban mengungsi.