Paman Saksi Korban Carok Maut di Madura Tegaskan Tak Bakal Balas Dendam: Kami Berpendidikan
Meski keponakannya menjadi korban carok maut, paman Jimmy Sugito Putra enggan balas dendam. Apa alasannya?
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.com - Abdul Sidik, paman dari Jimmy Sugito Putra korban carok maut di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, menegaskan tak akan membalas dendam atas tewasnya sang keponakan.
Ia hanya ingin ketiga pelaku carok dihukum setimpal.
Sebab, apa yang dilakukan para pelaku, telah menghilangkan nyawa Jimmy.
"Saya sebagai keluarga, minta yang seadil-adilnya untuk penegak hukum, karena ini masalah nyawa."
"Kalau dari keluarga saya tidak akan mengadakan balas dendam, karena kami orang berpendidikan," ungkap Abdul kepada TribunMadura.co, Senin (18/11/2024).
Diketahui, tiga pelaku carok terhadap Jimmy telah diamankan anggota Polda Jatim. Mereka adalah FS, AR, dan MS.
Baca juga: Kasus Carok Maut di Madura, Jimmy Sejak Awal Tak Berniat Melawan, Datang Tanpa Bawa Senjata
Menurut keterangan Direktur Ditreskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Farman, aksi carok terjadi lantaran ada kesalahpahaman dan hasutan hoaks.
Kubu pelaku terpengaruh hoaks yang mengatakan kubu Jimmy melakukan pemukulan terhadap kiai mereka, Kiai Hamduddin.
Atas dasar itu, ketiga pelaku langsung menyerang Jimmy dan membacok korban menggunakan celurit.
"Nah, tersangka ini memang termasuk santrinya Kiai Hamduddin."
"Ketika mereka dengar kiainya dipukul, sehingga mereka spontan mengejar Jimmy, yang diduga melakukan pemukulan. Sudah ada (celurit). Iya (celurit disiapkan)" jelas Farman, Kamis (21/11/2024), dilansir TribunJatim.com.
Sebagai informasi, Jimmy merupakan saksi Pilkada Sampang 2024 untuk pasangan calon (paslon) Slamet Junaidi-Achmad Mahfudz (Jimad Sakteh).
Kronologi Kejadian
Aksi carok terhadap Jimmy Sugito Putra berawal saat cabup Slamet Junaidi berkunjung ke salah satu tokoh di Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, Minggu (17/11/2024).
Maksud dari kunjungan itu adalah untuk bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Babussalam dan bertemu pengasuh ponpes bernama Kiai Mualif.
Untuk menyambut Slamet, Kiai Mualif meminta santrinya, Asrofi, untuk mengumpulkan jemaah zikir.
Kedatangan Slamet itu turut diketahui tokoh lain di Desa Ketapang Laok, Kiai Hamduddin.
Kebetulan, rombongan Slamet melewati depan rumah Kiai Hamduddin saat hendak menuju Ponpes Babussalam.
Kiai Hamuddin disebut tak senang atas kunjungan itu lantaran Slamet tidak meminta izin kepadanya.
Terlebih, Kiai Mualif yang merupakan menantu Kiai Hamduddin, dianggap tidak layak bertemu Slamet karena usianya dinilai masih muda.
Karena hal tersebut, kubu Kiai Hamduddin melakukan blokade akses jalan yang akan dilewati rombongan kendaraan kubu Slamet.
Baca juga: Tampang 2 dari 5 Pelaku Carok Terhadap Saksi Paslon di Pilkada Sampang, Diringkus Tim Polda Jatim
Upaya itu malah memicu percekcokan antara kubu Kiai Mualif yang terdiri dari Jimmy Sugito, Muadi, Mat Yasid, dan Abdussalam, melawan kubu Kiai Hamduddin.
Meski Slamet memilih jalan lain untuk memutar, percekcokan antara kubu Kiai Mualif dan Kiai Hamduddin masih berlanjut.
Jimmy yang berada di lokasi kejadian, bersama Kiai Muhtar, berusaha melerai percekcokan tersebut.
Nahas, ia menjadi korban carok dari kubu Kiai Hamduddin yang termakan hoaks.
Jimmy yang terluka parah kemudian dibawa ke RSUD Ketapang, tapi nyawanya tak tertolong.
"Kejadian pemukulan itu sendiri tidak ada, hanya saja kelompok ini itu terpisah, sehingga tidak mengetahui secara pasti isu tersebut."
"Tapi, pada saat mereka merapat mendekati Kiai Hamduddin ada omongan-omongan mulut itu seolah-olah ada pemukulan terhadap Kiai Hamduddin makanya mereka spontan bereaksi melakukan pengejaran terhadap kelompok Jimmy korban," jelas Kombes Farman.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Anak Saksi Paslon Korban Carok Sampang Dijanjikan Sekolah Gratis hingga Kuliah, Jimad Sakteh: Bangga
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunMadura.co/Ani Susanti, TribunJatim.com/Luhur Pambudi)