Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar Sudah Ditandai Komisi III
Selasa pekan depan Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar dipanggil DPR evaluasi soal komunikasi hingga senjata di kasus polisi tembak siswa SMK.
Penulis: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Siap-siap, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar bakal berhadapan dengan Komisi III DPR RI.
Selasa (3/12/2024) pekan depan, Komisi III DPR RI memanggil Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar ke Kompleks Senayan untuk menjelaskan kasus polisi tembak siswa SMK hingga tewas.
Benarkah Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar sudah dibidik Komisi III DPR?
Pasalnya sedari awal banyak kejanggalan di kasus ini seperti menyebut korban anggota gangster namun dibantah oleh keluarga, satpam sekolah hingga teman-teman korban.
Ditambah lagi Kombes Irwan Anwar tak menjawab panggilan telepon dari Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman.
Kasus ini viral menggegerkan Semarang, makam korban inisial GRO siswa SMKN 4 Semarang di Sragen dibongkar.
Aipda Robig Zaenudin (Aipda RZ) polisi yang menembak GRO tanpa tembakan peringatan kini ditempatkan di penahanan khusus.
Meski mengakui menembak korban, hingga kini Aipda Robig belum ditetapkan sebagai tersangka.
Selasa Depan, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar Vs Anggota Komisi III DPR
Komisi III DPR RI berencana memanggil Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar buntut peristiwa anggota polisi menembak siswa SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah.
Hal itu diungkapkan Ketua Komisi III DPR RI Habiburokhman dalam konferensi pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (29/11/2024).
"Kami akan memanggil khusus si Kapolres ini pada kesempatan yang secepat-cepatnya," kata Habiburokhman.
Baca juga: Mawar Putih untuk Gamma Siswa SMK Tewas Ditembak Polisi hingga Aksi Kamisan di Polda Jateng
Habiburokhman menyebut peristiwa tersebut harus menjadi atensi Komisi III DPR.
Pasalnya, kejadian tersebut bisa merusak citra Polri secara keseluruhan.
Selain itu, masyarakat juga meminta agar Komisi III DPR memberi atensi khusus terhadap peristiwa penembakan tersebut.
"Kenapa perlu kami angkat, karena ini bisa mempengaruhi citra Polri secara keseluruhan, seolah-olah Polri tidak bisa menjaga situasi kondusif padahal kejadiannya itu di Semarang," ucapnya.
Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar Dibidik?
Lebih lanjut, Habiburokhman menyoroti kinerja Kapolrestabes Semarang yang perlu dievaluasi.
Sebab seusai peristiwa penembakan tersebut, Kapolrestabes Semarang tidak bisa dihubungi.
"Banyak sekali masyarakat yang mengatakan Kapolresnya harus mendapatkan evaluasi khusus. Kami sependapat juga karena Kapolresnya ini setelah kejadian saya telepon saja enggak angkat telepon," ujarnya.
Adapun, pemanggilan tersebut rencananya akan dilakukan pada Selasa (3/12/2024) pekan depan.
Nantinya rapat digelar bersamaan pemanggilan Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) dan Kadiv Propam Mabes Polri, untuk membahas soal polisi tembak polisi di Solok Selatan.
Kapolres Sebut Siswa SMK yang Ditembak Polisi Anggota Gangster, Keluarga: Di Rumah Mainnya Bareng Kucing
Keluarga membantah bahwa GRO (17), siswa SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah yang mati ditembak polisi disebut sebagai anggota gangster.
Budhe GRO, Diah Pitasari, mengaku sangat mengenal sosok keponakannya itu.
Pasalnya, dirinya tinggal tak jauh dari rumah korban, hanya berjarak beberapa meter saja.
Selain itu, Diah juga ikut merawat GRO sejak ibu korban meninggal dunia.
"Saya budenya, rumahnya kita kan berdekatan, ya, tidak begitu jauh, sejak mamanya meninggal, saya ikut, paling tidak tahu, tahu persis perkembangan Gamma saya tahu, hampir setiap hari ke rumah utinya, karena Gamma tinggal di situ," ucap Diah dilansir TribunSolo.com, Jumat (29/11/2024).
Menurutnya, semasa hidup, almarhum hanya bermain dengan kucing kesayangannya ketika di rumah.
"Kita kaget sekali dibilang kayak gangster, tidak mungkin lah, mainannya kucing kalau di rumah," tuturnya.
Baca juga: Pengakuan Aipda Robig Buat Nasibnya Sebagai Polisi Terancam, Penasihat Kapolri Sudah Punya Prediksi
Sementara itu, kakek GRO, Siman mengatakan, cucunya adalah sosok yang pendiam, penurut, dan tidak nakal.
"Bagus orangnya, pendiam, tidak nakal, penurut. Kalau dia tidak diajak ngomong, tidak banyak ngomong dia," ungkapnya.
Siman menyebut, cucunya terakhir pulang ke Sragen pada saat Lebaran tahun 2024 lalu.
"Biasanya kalau ke Sragen pas lebaran atau libur sekolah," ujarnya.
Kejanggalan Kasus Polisi Tembak Mati Siswa SMK Versi Keluarga Korban
Diah Pitasari juga mengungkapkan kejanggalan yang dilakukan polisi dalam mengusut kasus ini.
Salah satu yang dinilai tidak beres oleh Diah adalah terlambatnya informasi dari polisi soal kematian keponakannya.
Ia mengatakan, berdasarkan pemberitaan, korban meninggal dunia pada Minggu 24, November 2024 pukul 02.00 WIB.
Namun, keluarga baru dikabari bahwa GRO tewas pada siang harinya, pukul 12.27 WIB.
"Kita belum tahu, kita yang tidak terima, Gamma disebut gangster itu lho, janggalnya sampai kita menerima berita kok lama sekali, kalau di berita Gamma meninggal jam 02.00 WIB, kita menerima berita 12.27 WIB siang," katanya.
"Itu pun pas di kamar jenazah, Gamma sudah dikain kafani, hanya dibuka wajahnya, kita diminta memastikan itu Gamma, tidak lihat tubuh," sambungnya.
Bukan hanya itu, menurut Diah, pada Minggu sekitar waktu subuh, ada anggota polisi yang mencari informasi mengenai GRO ke tetangga sekitar.
"Kata tetangga sekitar subuh itu ada anggota yang mencari keberadaan Gamma, tapi tidak ditemukan, karena pada saat kejadian, tidak ada data, hanya diketahui berdasar sidik jari, yang mengarah ke alamat utinya."
"Yang pertama ditanya, tetangga itu tidak tahu siapa Gamma, jam 08.00-09.00, ada anggota yang menyisir, kebetulan tahu, kan sudah tahu posisi korban di mana, mengapa kita tahu 12.27 WIB, itu pun yang memberi kabar bukan anggota," terangnya.
Baca juga: Sosok Siswa SMK Semarang Tewas Pinggulnya Ditembak Polisi: Anak Piatu, Berprestasi, Paskibraka
Selain itu, Diah Pitasari juga menceritakan keberadaan GRO sebelum meninggal dunia.
Menurutnya, GRO sempat pamit kepada neneknya hendak latihan pencak silat.
"Saat itu izin ke uti-nya, saya di luar kota, keluar rumah utinya itu 19.30 WIB, setelah salat isya kalau malam minggu pamitnya mau pencak silat," ungkapnya.
Kemudian, sambung Diah, sekitar pukul 23.30 WIB, GRO ditelepon oleh ayahnya.
Saat ditelepon, GRO mengatakan kepada sang ayah bahwa latihan pencak silatnya sudah selesai.
Akan tetapi, dirinya tak langsung pulang karena makan malam terlebih dahulu bersama teman-temannya.
GRO mengatakan kepada ayahnya ia sedang menunggu makanan yang dipesan.
"Setelah itu lost contact, ditelepon berdering, tapi tidak diangkat, kita sampai siang masih mencari, ayahnya WA-nan sama saya," jelasnya.
Menurutnya, karena tidak bisa dihubungi, keluarga langsung mencari keberadaan GRO.
"Satu jam sebelum polisi menghubungi, kita masih mencari, terus polisi menghubungi kita pukul 12.27 WIB, disuruh datang ke kamar jenazah RS Kariadi," ujarnya.
Polda Jateng Ekshumasi Makam Siswa SMK Korban Penembakan Polisi
Polda Jawa Tengah telah melaksanakan pembongkaran makam GRO di TPU Bangunrejo, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, pada Jumat siang.
Siman mengaku ikhlas makam cucunya dibongkar untuk keperluan ekshumasi.
Siman yang datang langsung ke TPU untuk melihat proses pembongkaran makam cucunya, mengaku menyetujui langkah ini.
"Iya setuju (makam dibongkar), demi keadilan, biar prosesnya biar berjalan dengan lancar."
"Biar tahu barang buktinya, anak ini meninggal karena apa, keluarga ikhlas," ujar Siman.
Sebelumnya, Siman belum mengetahui cucunya meninggal karena ditembak.
Saat jenazah cucunya akan diekshumasi, Siman baru mengetahui bahwa GRO meninggal dunia karena ditembak.
Ia mengatakan, saat jenazah tiba di Sragen, dirinya hanya melihat wajah sang cucu sehingga tak mengetahui ada luka tembak di tubuh GRO.
"Yang dibuka hanya wajahnya saja, ingin tahu, cucu saya atau tidak, iya benar cucu saya."
"Waktu dibuka sudah ditata rapi, sudah dikafani seperti orang meninggal, kondisi perut belum tahu, yang tahu baru area muka saja," pungkasnya.
Kasus Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang
Sekadar informasi siswa SMK berinisial GRO tewas ditembak oknum polisi dari Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Semarang, Aipda Robig Zaenudin (Aipda RZ) di Jalan Candi Penataran Raya, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang pada Minggu (24/11/2024).
Saat ini Aipda RZ terjerat etik dan pidana dalam kasus penembakan yang menewaskan GRO.
Jerat pidana terhadap Aipda RZ kini sedang diselidiki kepolisian setelah keluarga almarhum GRO melaporkan Aipda Robig atas kasus pembunuhan dan penganiayaan ke Polda Jateng, Selasa (26/11/2024).
Aipda RZ juga telah ditahan di ruang tahanan Polda Jateng untuk dilakukan pemeriksaan.
"Kami sudah menindaklanjuti laporan itu lalu segera dilakukan penyelidikan oleh pihak penyidik dari Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jateng," kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Artanto, Kamis (28/11/2024) siang.
Aipda RZ diproses pula terkait pelanggaran kode etik kepolisian dan akan segera dilakukan sidang.
"Ada dua yang akan dilakukan pemeriksaan Aipda R yaitu kasus kode etik kepolisian dan proses kasus hukum atau tindak pidananya," ucap Artanto.
Terkait sidang etik, kata Artanto, bakal dilakukan secepatnya karena kasus ini menjadi atensi berbagai pihak.
Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda Jateng tengah melakukan proses pemberkasan sidang.
"Nanti ankum (atasan hukum) dari Polrestabes Semarang," ujar dia.
Sebaliknya, dalam kasus pidana status Aipda RZ masih terperiksa.
"Iya masih berjalan tapi statusnya naik dari penyelidikan ke penyidikan," ucapnya.
Terpisah, Direktur Reserse Krimininal Umum (Dirreskrimum) Polda Jawa Tengah Kombes Dwi Subagio mengungkapkan pembongkaran makam dilakukan sebagai alat bukti polisi menjerat Aipda RZ.
"Iya kami akan ekshumasi (bongkar makam) korban (GRO) secepatnya, malam ini lagi proses," kata Kombes Dwi di Mapolda Jateng, Kamis (28/11/2024).
Kata Dwi, pihaknya telah memeriksa tiga saksi.
Kasus ini kemudian naik status dari penyelidikan ke penyidikan.
"Belum tersangka, kan nunggu autopsi, tapi sebelum autopsi eskhumasi," terangnya.
Proses ekshumasi dilakukan polisi di daerah Sragen.
Dwi menyebut, keluarga telah menyetujui proses ini. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunJateng.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.