Sultan HB X Jalin Dialog dengan Komunitas Madura, Bahas Fenomena Carok yang Viral di Yogyakarta
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X bertemu Komunitas Keluarga Madura Yogyakarta
Editor: Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Pasca tantangan carok yang viral di media sosial, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X bertemu Komunitas Keluarga Madura Yogyakarta.
Pertemuan digelar di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Rabu (12/2/2025).
Gubernur Sultan menyampaikan bahwa Pemerintah DIY, bersama dengan pihak kepolisian, TNI, dan unsur keamanan lainnya, telah melakukan dialog untuk menanggapi situasi ini.
"Semua unsur yang berkait sudah melakukan dialog-dialog pertemuan dan report itu saya terima semua. Sehingga kami tadi pertemuan kita tidak baca proses-proses seperti ini, tapi kesimpulan sudah ada dari pimpinan Madura yang punya hasil rapat Forkopimda dan mereka sudah berproses," ucap Sultan pada Rabu (12/2/2025).
Baca juga: Viral Kamar Hotel JW Marriott Medan Banjir karena Tamu Jemur Baju, Kejadian 2020, Ini Kata Manajemen
Dalam pertemuan tersebut, disepakati dua poin penting.
Pertama, warung Madura diwajibkan untuk menempelkan tulisan "bayar tunai" di tempat usaha mereka.
"Kesimpulannya hanya dua kesimpulan jangka pendek, yaitu warung itu punya tulisan bayar tunai. Perkara mau dibantu gratis itu urusan individu dengan tunai secara hukum punya posisi," jelas Sultan.
Kedua, Sultan menekankan pentingnya penegakan hukum jika terjadi pemaksaan atau kasus tidak membayar. "Kami minta proses hukum," imbuhnya.
Sultan berharap dengan langkah ini, kejadian serupa di masa mendatang dapat dihindari.
"Itu saja keputusannya yang bisa dilakukan segera untuk mendinginkan kesalahpahaman. Proses surat menyurat sudah selesai," tegasnya.
"Sudah ada usulan yang sangat praktis dari Sultan, misalnya teman-teman kami dari Madura yang jualan atau kelontong, itu ya, ditulislah misalnya, dibayar tunai," ungkapnya.
Mahrus juga menjelaskan bahwa surat yang viral di media sosial tidak dimaksudkan untuk menimbulkan perseteruan antar kelompok.
Ia mencatat bahwa dalam kurun waktu satu tahun terakhir, terdapat 15 kejadian tidak menyenangkan yang dialami pengusaha warung kelontong Madura.
"Itu warung Madura itu jadi subjeknya bisa bermacam-macam, tapi objeknya akan satu, tetap kami. Makanya, untuk mencegah agar kedepan tidak terjadi lagi, ya kita ketemu ini," tuturnya.
Baca juga: Viral Surat Tantangan Carok di Medsos, Komunitas Madura Bertemu Sri Sultan, Hasilkan 2 Keputusan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.