Gadis SMA Dihabisi Kekasih dan 2 Rekannya, Women Crisis Center Jombang: Bentuk Femisida
Femisida pembunuhan terhadap perempuan yang dilakukan atas dasar gender dan korban tidak hanya dibunuh tetapi juga mengalami penyiksaan berlapis
Editor: Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG – Kasus pembunuhan tragis menimpa PRA (18), seorang siswi kelas 3 SMA di Kabupaten Jombang. Korban ditemukan tewas mengambang di Sungai Kanal Turi Tunggorono, Dusun Peluk, Desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh, Jombang, Selasa (11/2/2025).
Korban diketahui keluar rumah pada Senin (10/2/2025) sekitar pukul 16.00 WIB, berpamitan kepada ayahnya untuk menemui seseorang dengan alasan bertransaksi COD (Cash on Delivery).
Sejak saat itu, korban tidak pernah kembali ke rumah hingga ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Berdasarkan hasil autopsi, korban mengalami kekerasan seksual sebelum akhirnya dibunuh.
Polisi telah menangkap tiga pelaku yakni AP (19), kekasih korban yang merupakan warga Sembung, Perak, Jombang; AT (18) dan LI (32), keduanya warga Kunjang, Kediri.
Ketiga pelaku kini dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana atau Pasal 339 dan 338 KUHP.
Baca juga: Siswi SMA Jombang yang Tewas di Sungai, Ternyata Korban Rudapaksa 3 Pria, Dibuang saat Masih Hidup
Women Crisis Center (WCC) Jombang menegaskan bahwa insiden ini merupakan bentuk femisida, yaitu pembunuhan berbasis gender yang ekstrem.
Direktur WCC Jombang, Ana Abdillah, menyoroti bahwa kejadian ini masuk dalam kategori femisida, yakni pembunuhan terhadap perempuan yang dilakukan atas dasar gender.
“Femisida bisa terjadi dalam berbagai bentuk, seperti pembunuhan oleh pasangan intim, pembunuhan terkait kekerasan seksual, hingga pembunuhan demi kehormatan keluarga.
Dalam kasus ini, korban tidak hanya dibunuh tetapi juga mengalami penyiksaan berlapis dan kejahatan seksual sebelum akhirnya dibuang ke sungai,” ujar Ana, Sabtu (15/2/2025).
Kasus ini mencerminkan realitas masyarakat patriarki yang masih mengakar, di mana perempuan sering menjadi korban kekerasan berbasis gender tanpa perlindungan yang cukup.
“Korban dibunuh bukan hanya karena motif ekonomi, tetapi juga karena anggapan bahwa perempuan bisa dikendalikan dan dimiliki oleh laki-laki. Ini adalah bentuk superioritas gender yang memicu agresi dan misogini,” tegasnya.
WCC Jombang mendesak pemerintah untuk mengambil langkah konkret dalam menangani kasus femisida dan kekerasan berbasis gender.
“Negara harus memberikan pemulihan bagi keluarga korban, memberdayakan masyarakat agar memahami hak kesehatan seksual dan reproduksi, serta mengedukasi tentang hubungan yang sehat.
Ini bukan sekadar kasus kriminal biasa, tetapi bentuk nyata ketidakadilan terhadap perempuan yang harus segera diakhiri,” pungkas Ana.
Kasus ini kembali menjadi pengingat bahwa kekerasan terhadap perempuan masih menjadi ancaman nyata.
Perlindungan hukum yang lebih kuat, edukasi gender yang masif, serta dukungan bagi korban kekerasan harus menjadi prioritas agar tidak ada lagi nyawa perempuan yang direnggut hanya karena mereka adalah perempuan. (Tribun Jatim/Anggit Puji Widodo)
Artikel ini telah tayang di TribunMadura.com dengan judul Gadis SMA di Jombang Digilir Paksa 3 Pria hingga Tewas, WCC: Kekerasan Gender Paling Ekstrem,
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.