Penjelasan Soal Telur Bisa Berdiri Tegak di Hari Tanpa Bayangan, Benar-benar ada Kaitannya?
Di daerah ekuator, misalnya di Kota Pontianak, Matahari akan berada di atas kepala saat tengah hari vernal equinox
Penulis: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Sekali lagi, fenomena alam unik akan terjadi di Indonesia.
Pada Rabu (21/3/2018)ini, Matahari akan berada tepat di atas ekuator (khatuliswa).
Fenomena ini menjadi menarik karena Indonesia berada di garis ekuator.
Jika seseorang berada di wilayah khatulistiwa saat siang hari, Matahari akan berada hampir tepat di atas kepala sehingga mengakibatkan tidak adanya bayangan!
Lembaga Penerangan dan Antariksa Nasional (Lapan) RI, melalui akun Instagram resminya, menerangkan mengenai fenomena unik tersebut.
Jika seseorang berada di wilayah khatulistiwa saat siang hari, Matahari akan berada hampir tepat di atas kepala sehingga mengakibatkan tidak adanya bayangan!
Istilahnya yaitu hari nir bayangan alias hari tanpa bayangan.
Dilansir dari akun Instagram resmi Lembaga Penerangan dan Antariksa Nasional (Lapan) RI, @lapan_ri, kejadian seperti ini berlangsung dua kali dalam setahun.
Peristiwa berikutnya terjadi pada 23 September 2018.
Peristiwa ini terjadi lantaran Bumi beredar mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari.
Garis edar Bumi berbentuk agak lonjong sehingga Bumi kadang bergerak lebih cepat dan lebih lambat.
Bidang edar Bumi disebut sebagai bidang ekliptika.
Bidang ini miring sebesar 23,4 derajat terhadap bidang ekuator Bumi.
Oleh karena itu, Matahari tampak berada di atas belahan Bumi utara selama sekitar setengah tahun dan berada di atas belahan Bumi selatan setengah tahun sisanya.
Perubahan posisi tampak Matahari menyebabkan perubahan musim di Bumi.
Misalnya empat musim di daerah subtropis juga musim kering-basah di wilayah Indonesia.
Nah, pada Selasa (20/3/2018) pukul 23.15 WIB, Matahari akan tepat berada di atas ekuator.
Peristiwa ini dikenal sebagai vernal equinox (vernus=musim semi, equus=sama, noct=malam).
Sebab pada hari itu, durasi siang dan malam di seluruh dunia akan sama, yakni 12 jam.
Di daerah ekuator, misalnya di Kota Pontianak, Matahari akan berada di atas kepala saat tengah hari vernal equinox sehingga sebuah tugu tegak akan tampak tanpa bayangan.
Keesokan harinya, Rabu (21/3/2018), Matahari akan mencapai titik puncak/kulminasi pada pukul 11.50 WIB.
Setelah itu, Matahari akan turun perlahan hingga terbenam di titik barat sekitar enam jam kemudian.
Selain bisa menikmati fenomena tanpa bayangan di hari ini, banyak orang yang melakukan hal yang tak biasanya di hari-hari biasa pada hari tanpa bayangan itu terjadi.
Banyak orang percaya kamu bisa menaruh telur dalam kondisi tegak tanpa terjatuh di hari ini!
Kenapa hal itu bisa terjadi?
Tak ada sangkut pautnya dengan hal gaib, fenomena tersebut bisa dijelaskan secara scientific.
Ilmu Fisika mengajarkan bahwa benda dapat berdiri dengan stabil apabila titik beratnya tepat berada di atas titik tumpuan.
Membuat telur ayam berdiri di salah satu ujung lancipnya berarti membuat titik berat telur berada di atas titik tumpunya (bagian telur yang menempel dengan alas; posisi ujung lancipnya).
Tentu saja telur akan menjadi lebih sulit berdiri apabila cairan di dalam telur masih bergerak-gerak.
Jadi telur bisa berdiri bergantung pada cangkang, kesabaran, dan latihan.
Lantas sangkut pautnya dengan hari tanpa bayangan apa ya kira-kira?
Usut punya usut, tampaknya hal tersebut bisa dibilang hanya 'kepercayaan' beberapa orang saja.
Tradisi di hari tanpa bayangan ini pada awalnya berasal dari praktik menyeimbangkan telur pada awal musim semi yang tersebar luas di Tiongkok.
Praktik ini biasanya terjadi saat perayaan hari makan Kwe Cang, warga Tionghoa sedunia, tepat pukul 12.00 siang waktu setempat, telur dapat berdiri tegak di tempat yang datar.
Ini disebabkan, pada tanggal, bulan dan jam tersebut kondisi bulan dekat dengan bumi sehingga gravitasi bumi dan bulan sangat kuat sehingga banyak orang Tionghoa percaya alasan itulah yang menyebabkan telur dapat berdiri tegak.
Dikutip dari Tionghoa.info, konon tradisi “menegakkan telur” ini juga dapat dilakukan pada:
1. Saat Lichun (立春) yang menandakan awal permulaan Musim Semi di Asia Timur. Penetapan hari ini berasal dari kalender tradisional Asia Timur yang membagi tahun menjadi 24 bagian matahari. Lichun dimulai ketika matahari mencapai bujur langit 315° dan berakhir pada saat mencapai garis bujur 330°. Lichun (istilah untuk garis bujur pertama) terjadi pada tanggal 04-05 Februari; dimana biasanya bertepatan atau agak bertepatan (15 hari pertama) dengan perayaan IMLEK.
2. Saat Kau Chun, tanggal 30 bulan 12 penanggalan IMLEK (namun perhitungan tanggalnya bisa berubah-ubah).
3. Pada saat spring/vernal equinox (20 Maret)
4. Pada saat summer solstice (21 Juni)
5. Pada saat autumnal equinox (23 September)
Namun para ilmuwan beranggapan bahwa untuk menegakkan telur dapat dilakukan setiap hari.
Posisi matahari, bulan, dan bintang tidak ada hubungannya dengan aktivitas membuat telur berdiri.
Pada 19 Maret 1945, majalah Life melaporkan bahwa Albert Einstein skeptis bahwa equinox memiliki dampak terhadap keseimbangan telur.
Manajer Planetarium dan Program Sains di Hudson River Museum, Marc Taylor, menyebut hal tersebut sebagai mitos.
"Kamu bisa mencobanya, bahkan jika tak sedang equinox..." ujar Taylor.
(Tribunnews.com/ Bobby Wiratama)