Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM - Gerhana bulan yang akan terjadi mulai pukul 00.13 WIB tengah malam nanti menjadi fenomena alam yang unik dan langka

National Aeronautics and Space Administrasion (NASA) menyebutkan, gejala astronomi ini merupakan gerhana bulan total terlama pada abad ke-21.

Gerhana bulan terjadi ketika Matahari, Bumi dan Bulan berada dalam posisi satu garis lurus. Akibatnya, sinar matahari terhambat ke Bulan karena dihalangi oleh Bumi.

Baca: Sekarang Mitsubishi Janji Inden Xpander Hanya 2 Bulan

Bulan kemudian akan terlihat merah karena cahaya Matahari dihamburkan oleh atmosfer Bumi dan diteruskan sampai ke Bulan.

Secara keseluruhan, gerhana bulan akan berlangsung selama tiga jam 55 menit. Sementara gerhana bulan total, periode ketika bulan benar-benar diselimuti oleh bayangan Bumi, akan terjadi selama satu jam 43 menit.

Gerhana bulan bisa disaksikan di sebagian besar Asia, Australia, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Selatan. Dengan kata lain, fenomena alam ini bisa dilihat dari kebanyakan tempat di dunia, kecuali Amerika utara.

Menurut NASA, tempat terbaik untuk menyaksikan 'Super Blood Moon' dari awal hingga akhir adalah Afrika timur, Timur Tengah, India dan Asia Tengah.

Gerhana akan terlihat di Afrika dan Timur Tengah mulai tengah malam waktu setempat. Di Asia Tengah, fenomena ini akan dimulai pada Jumat (27/7/2018) pukul 22:44 waktu setempat.

Lebih awal lagi, Eropa, Afrika Barat dan Amerika Selatan akan melihat gerhana bulan beberapa saat setelah matahari terbenam. Sementara itu, Australia dan Asia Tenggara bisa melihatnya mulai Sabtu (28/7/2018) dini hari.

Di Indonesia sendiri, gerhana bulan total terjadi pada Sabtu (28/7/2018) dini hari. Berdasarkan laman resmi BMKG, gerhana total terjadi mulai pukul 2.29 WIB dan puncak gerhana pukul 03.21 WIB.