Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Inilah Proses Terjadinya Hujan Buatan untuk Atasi Kebakaran Hutan dan Lahan

Untuk mengatasi kebakaran hutan, pemerintah akan membuat hujan buatan. Inilah proses terjadinya.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Gigih
zoom-in Inilah Proses Terjadinya Hujan Buatan untuk Atasi Kebakaran Hutan dan Lahan
(TRIBUNKALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO)
Asap membumbung dari kawasan lahan di kawan Sungai Siring dipantau dari Desa Pampang, Kecamatan Samarinda Utara, Minggu (15/9/2019). Kebakaran diduga pembakaran lahan sekitar 1 KM dari Runway Bandara APT Pranoto disayangkan karena mengakibatkan penerbangan terganggu. Selain itu, kebakaran lahan tidak ditangani dengan serius oleh pihak berwenang. 

Rangsangan itu diberikan agar proses yang terjadi di awan lebih cepat bila dibandingkan dengan proses alami.

Teknologi hujan buatan tersebut merupakan hasil campur tangan alias intervensi manusia terhadap proses cuaca yang terjadi di atmosfer.

Dengan demikian, terjadilah penumpukan penggabungan butir-butir air di dalam awan, lantas turun menjadi hujan.

Sebelum dilakukan proses hujan buatan, ada beberapa hal yang dipersiapkan, yaitu persiapan koordinasi dan teknis.

Tim Satgas penanganan kebakaran hutan dan lahan mempersiapkan garam untuk disemai di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Jumat (3/7/2015). Sebanyak 2,4 ton garam setiap harinya di semai di beberapa titik di langit Provinsi Riau untuk membuat hujan buatan bila cuaca mendukung. Hal ini dilakukan hingga bulan Oktober mendatang untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau.
Tim Satgas penanganan kebakaran hutan dan lahan mempersiapkan garam untuk disemai di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Jumat (3/7/2015). Sebanyak 2,4 ton garam setiap harinya di semai di beberapa titik di langit Provinsi Riau untuk membuat hujan buatan bila cuaca mendukung. Hal ini dilakukan hingga bulan Oktober mendatang untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau. (TRIBUN PEKANBARU/Theo Rizky)

Persiapan teknis terdiri dari memodifikasi pesawat yang akan digunakan untuk membuat hujan, mendatangkan pesawat ke lokasi, menyiapkan SDM, dan menyiapkan bahan untuk merangsang awan.

Soal bahan, lanjut situs BPPT, ukurannya harus sehalus 30 micron.

Bahan tersebut nantinya berguna sebagai pengumpul uap air yang ada di awan.

Berita Rekomendasi

Setelah terkumpul dan membesar akan terjadi pergolakan mencapai ukuran 1 mili kemudian akan jatuh menjadi hujan.

Namun, proses terjadinya hujan buatan ini tidak lepas dari ketersediaan yang diberikan alam.

Jika awannya banyak, maka rangsangan yang diberikan pun lebih banyak sehingga akan hujan yang lebih banyak dan deras.

Begitu juga sebaliknya.

Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, pemerintah menyiagakan tiga pesawat untuk membuat hujan buatan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau, Sumatera.

Demikian dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Agus Wibowo melalui keterangan tertulis, Minggu (15/9/2019).

Persawat pertama, Cassa 212-200 dengan kapasitas 1 ton telah dioperasikan di Riau sejak Februari 2019.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas