Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Bahayanya Jika Melihat Gerhana Matahari Secara Langsung

Melansir dari Kompas.com, 7 Maret 2016, matahari saat gerhana bisa lebih nyaman dilihat karena seolah meredup.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ini Bahayanya Jika Melihat Gerhana Matahari Secara Langsung
Twitter.com/@infoBMKG
Gerhana Matahari Cincin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fenomena gerhana matahari cincin dapat disaksikan pada hari ini, Kamis, 26 Desember 2019.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menghimbau masyarakat untuk tidak melihat secara langsung fenomena alam tersebut dengan mata telanjang.

Untuk menyaksikan gerhana matahari dengan aman, gunakan kacamata gerhana maupun teleskop yang sudah dilengkapi filter.

Kegunaan filter adalah untuk menyaring sebagian besar cahaya matahari sehingga cahaya yang diterima mata tidak berbahaya.

Baca: Perhatikan! Berikut Fase Aman Saksikan Gerhana Matahari Cincin

Baca: Live Streaming BMKG Gerhana Matahari Cincin Hari Ini, Baru Terulang Lagi 12 Tahun Mendatang

Selain kacamata gerhana dan teleskop, pengamatan juga bisa dilakukan melalui proyeksi lubang jarum untuk mengamati gerhana matahari sebagian.

Saat gerhana total, bisa dilihat tanpa penyaring.

Tetapi, ketika bulan meninggalkan matahari, kenakan kembali kacamata gerhana atau teleskop yang sudah dilengkapi filter.

Berita Rekomendasi

Lalu, seperti apa bahayanya melihat gerhana matahari secara langsung dengan mata telanjang?

Melansir dari Australian Radiation Protection and Nuclear Safety Agency, secara normal cahaya matahari memiliki intensitas sangat tinggi dan sangat berbahaya dan sulit dilihat secara langsung oleh mata telanjang.

Melihat cahaya matahari yang intens hanya dalam beberapa detik saja bisa menyebabkan kerusakan permanen terhadap retina di belakang bola mata.

Kondisi ini dikenal dengan istilah retinopati surya dan mampu menyebabkan kerusakan permanen.

Retina mata tidak sensitif terhadap kerusakan secara langsung dan efeknya tidak akan muncul dalam beberapa jam setelah itu.

Melansir dari Kompas.com, 7 Maret 2016, matahari saat gerhana bisa lebih nyaman dilihat karena seolah meredup.

Namun, justru di sinilah letak bahayanya.

Pupil di lensa mata tak bisa bereaksi dengan tepat dalam kondisi level kontras cahaya yang tinggi, seperti yang terjadi saat gerhana matahari ketika langit sekitar berubah gelap.

Bagian pengatur cahaya yang masuk ke mata dengan cara mengatur lebar bukaan atau iris, bekerja dengan mengukur cahaya keseluruhan di lingkungan sekitar.

Jadi, saat memandang gerhana yang diselimuti langit gelap, pupil mata justru melebar sehingga jumlah cahaya yang masuk dan terfokus di retina meningkat.

Padahal, intensitas cahaya di bagian matahari yang tidak tertutup bulan sewaktu gerhana sama dengan waktu-waktu biasa.

Cahaya kuat dari matahari pun bebas melenggang masuk ke mata tanpa bisa dicegah, dan mulai merusak retina.

Bagi anak-anak, risiko mengalami kerusakan retina lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa.

Selain itu, kerusakan mata secara permanen belum ada pengobatannya.

Gelaja retinopati surya

Proses ini berlangsung tanpa rasa sakit sehingga kerap membuat orang tak sadar matanya mulai rusak.

Tanda-tanda sudah terserang retinopati surya adalah penglihatan menjadi kabur atau buram, tidak bisa melihat benda dengan jelas.

Kemudian, tidak bisa melihat garis lurus, melihatnya menjadi garis miring.

Namun gejala tersebut biasanya tidak langsung muncul setelah melihat matahari.

Gejala baru muncul setelah 4 hingga 6 jam, bahkan baru muncul 12 jam setelah melihat gerhana matahari.

Kerusakan juga tidak menyebabkan rasa sakit pada mata, tapi malah terasa sakit kepala karena kerusakan itu.

Cara aman melihat gerhana matahari

Meski tidak bisa diamati dengan mata telanjang, gerhana matahari masih bisa dilihat dengan sejumlah cara.

Berikut cara aman untuk mengamati Gerhana Matahari Cincin dengan aman, dikutip dari gerhanaindonesia.id:

1. Kacamata Matahari

Berbeda dari kacamata hitam biasa, kacamata matahari memiliki lensa khusus.

Lensa tersebut yang dirancang untuk menghalangi sebagian besar cahaya Matahari. Dengan demikian, intensi cahayanya akan berkurang.

2. Kamera Pinhole

Kamera pinhole atau kamera lubang jarum dapat dibuat sendiri dengan bahan-bahan sederhana.

Caranya, siapkan sebuah kaleng, lalu tutup secara merata dan rapat hingga tidak ada lagi cahaya yang masuk.

Sebelum tertutup, pastikan bagian dalam kaleng sudah berwarna hitam pekat. Lubangi tengah kaleng tersebut dan tutup lagi dengan lakban.

Setelah itu, lubangi bagian tengah lakban tersebut.

3. Binokular atau Teleskop

Konsep penggunaan binokular mirip dengan kamera pinhole. Bedanya, citra Matahari diproyeksikan melalui lensa pembesar, bukan "lubang jarum".

Penggunaan binokulaar atau teleskop akan dapat menghasilkan proyeksi gerhana yang lebih besar dan tajam dibandingkan kamera lubang jarum.

4. Kamera DSLR

Kamera DSLR Perlu diingat, saat pengamatan gerhana, jangan mengarahkan langsung lensa kamera ke arah Matahari karena dapat merusak sensor kamera.

Gunakan filter khusus matahari untuk mengurangi intensitas cahata yang diterima kamera. Untuk mendapatkan citra matahari berukuran besar, gunakan lensa telephoto dengan panjang fokus 500-2.000 milimeter.

Lensa standar 200 milimeter hanya akan menghasilkan citra matahari yang berukuran kecil.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Bahayanya jika Melihat Gerhana Matahari Secara Langsung?"

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas