Analisis BMKG Tentang Penyebab Munculnya Banyak Cacing Tanah di Solo dan Klaten
Kemunculan banyak cacing tanah juga pernah terjadi di Taiwan, 10 hari menjelang terjadinya gempa Chi Chi pada tahun 1999.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat di Solo dan Klaten, Jawa Tengah, baru-baru ini dikagetkan oleh kemunculan cacing-cacing yang serempak keluar dari dalam tanah. Fenomena ini oleh sebagian orang kemudian dikait-kaitkan dengan fenomena alam, seperti gempa bumi.
Menanggapi hal ini, Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, isu kemunculan cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya gempa bumi bukan tanpa dasar.
"Sebab, sejumlah gempa merusak di dunia, di antaranya juga diawali dengan gejala alamiah yakni kemunculan cacing tanah secara massal," ujar Daryono dalam siaran pers, Minggu (19/4/2020).
Daryono menjelaskan, kemunculan cacing tanah pernah terjadi di Taiwan. Kemunculannya dilaporkan pada 10 hari menjelang terjadinya gempa Chi Chi pada tahun 1999.
Gempa bumi Haicheng di China pada tahun 1975 juga ditemukan fenomena yang sama, tiga hari sebelum peristiwa gempa itu terjadi.
"Beberapa sumber pustaka lain banyak yang mengungkap fenomena kemunculan cacing tanah menjelang terjadinya peristiwa gempa," sambung Daryono.
Daryono menjelaskan, menurut Grant dan Conlan, kemunculan cacing tanah di permukaan menjelang terjadinya gempa bumi terkait dengan adanya anomali gelombang elektromagnetik frekuensi rendah.
Dalam sebuah penelitian, lanjut Daryono, turut mengkaji hubungan antara aktivitas cacing tanah dan kelistrikan.
Menurut sumber pustaka Ikeya yang diterbitkan tahun 1996, menempatkan beberapa elektroda yang dialiri arus listrik pada permukaan tanah yang terdapat cacing tanah.
Sejumlah cacing ternyata merespon anomali kelistrikan ini dengan cara keluar dari dalam tanah secara hampir bersamaan.
Parameter lain tanda gempa bumi Kendati demikian, kata Daryono, berdasarkan laporan mengenai kemunculan cacing yang terjadi di berbagai tempat di dunia menjelang gempa besar, ternyata selalu didukung dengan data perilaku gejala alam lainnya.
"Gejala alam yang tak lazim seperti kemunculan ular di beberapa tempat, anjing yang terus menggonggong bersahutan, dan ikan yang melompat-lompat di dalam kolam," sambung Daryono.
Kendati demikian, tanda gempa bumi tidak hanya berupa gejala alam yang tak lazim, seperti fenomena perilaku binatang maupun cacing tanah yang bermunculan di permukaan.
Selain perilaku aneh binatang menjelang gempa bumi, para ilmuwan juga menandai adanya perubahan prekursor gempa.
Baca: Penjelasan Dewan Pakar IDI: Virus Corona Berpotensi Mati dengan Sendirinya
Prekursor gempa adalah fenomena anomali kondisi lingkungan fisis yang dapat menjadi petunjuk yang mengarah akan terjadinya gempa.
Baca: Kisah Ika Dewi Jadi Supir Ambulans Perempuan Atas Dasar Kemanusiaan
Prekursor dapat berupa anomali permukaan tanah, elevasi muka air tanah dan emisi radon, yakni unsur radioaktif yang terjadi secara bersamaan.
Baca: June Almeida, Orang Pertama Penemu Virus Corona di 1964 Silam
Gas radon dipercaya akan keluar ketika batuan akan melepaskan tekanannya, sehingga radon menjadi parameter penting dalam prekursor gempa bumi.
"Dalam hal ini, munculnya cacing di beberapa tempat di Jawa Tengah saat ini belum dapat dikatakan sebagai petunjuk akan terjadinya gempa," jelas Daryono.
Sebab, fenomena cacing tanah di daerah tersebut berdiri sendiri, tidak didukung oleh adanya bukti-bukti alamiah lain dan anomali prekursor gempa bumi.
"Jika tidak ada data pendukung lain, maka munculnya (fenomena) cacing tanah secara massal ke permukaan ini, bisa diakibatkan oleh adanya perubahan kondisi cuaca, iklim, dan lingkungan yang mendadak," papar Daryono.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Benarkah Fenomena Cacing Bermunculan Tanda Gempa Bumi, Ahli Jelaskan
Penulis : Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas