Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kapan Lebaran 2020? Ini Informasi Prakiraan Hilal Penentu Awal Syawal 1441 H dari BMKG

BMKG merilis informasi terkait prakiraan hilal saat Matahari terbenam pada 23 Mei 2020 sebagai penentu awal bulan Syawal.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Kapan Lebaran 2020? Ini Informasi Prakiraan Hilal Penentu Awal Syawal 1441 H dari BMKG
bmkg.go.id
ILUSTRASI hilal - BMKG merilis informasi terkait prakiraan hilal saat Matahari terbenam pada 23 Mei 2020 sebagai penentu awal bulan Syawal. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) belum menentukan kapan Lebaran 2020 atau 1 Syawal 1441 H.

Sebab, Kemenag biasanya akan menggelar sidang isbat (penentuan) 1 Syawal 1441 H.

Sementara itu, BMKG merilis informasi terkait prakiraan hilal saat Matahari terbenam pada Sabtu, 23 Mei 2020 sebagai penentu awal bulan Syawal.

Hilal adalah penampakan sabit Bulan yang paling awal terlihat dari Bumi sesudah konjungsi dan Matahari terbenam.

Dikutip dari situs resmi BMKG, waktu konjungsi akan kembali terjadi pada Sabtu, 23 Mei 2020 pukul 00.39 WIB atau 01.39 WITA atau 02.39 WIT.

Baca: Muhammadiyah Tetapkan Lebaran/1 Syawal 1441 H Jatuh pada Minggu, 24 Mei 2020, Pemerintah Kapan?

Baca: Kemenkeu Umumkan THR PNS 2020 Cair Pekan Ini, Pegawai Swasta Harus Bersabar Hingga H-7 Lebaran

Petugas Kantor Wilayah (Kanwil) Agama Provinsi DKI Jakarta, tengah memantau hilal awal Ramadhan 1441 H di Kanwil Agama DKI Jakarta, Cawang, Jakarta Pusat, Kamis (23/4/2020).
Petugas Kantor Wilayah (Kanwil) Agama Provinsi DKI Jakarta, tengah memantau hilal awal Ramadhan 1441 H di Kanwil Agama DKI Jakarta, Cawang, Jakarta Pusat, Kamis (23/4/2020). (WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA)

Konjungsi atau ijtima' adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan dan Matahari sama, dengan pengamat
diandaikan berada di pusat Bumi.

Pada hari itu, waktu Matahari terbenam paling awal terjadi di Merauke, Papua pukul 17.26 WIT.

Berita Rekomendasi

Sementara, waktu Matahari terbenam paling akhir adalah pukul 18.48 WIB di Sabang, Aceh.

Dengan memerhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada Sabtu, 23 Mei 2020.

Secara astronomis, pelaksanaan rukyat Hilal penentu awal bulan Syawal 1441 H bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuannya adalah setelah Matahari terbenam pada Sabtu, 23 Mei 2020.

Sementara bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan Syawal 1441 H, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam pada hari yang sama.

Baca: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem, Rabu 13 Mei 2020, Hujan Lebat & Angin di Sejumlah Daerah

Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem, Rabu 13 Mei 2020, Jabodetabek Hujan Lebat disertai Petir

BMKG juga menjelaskan, ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada Sabtu, 23 Mei 2020 berkisar antara 5,60 derajat di Merauke, Papua hingga 7,12 derajat di Banda Aceh, Aceh.

Sementara Elongasi di Indonesia saat Matahari terbenam pada Sabtu, 23 Mei 2020 berkisar antara 6,34 derajat di Merauke, Papua hingga 7,88 derajat di Sabang, Aceh.

Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari untuk pengamat dengan elevasi dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer Bumi diabaikan.

Sementara itu, umur bulan di Indonesia pada Sabtu, 23 Mei 2020 berkisar antara 14,79 jam di Merauke,
Papua hingga 18,16 jam di Sabang, Aceh.

Sementara selisih waktu terbenam Bulan dengan waktu terbenam Matahari (lag) pada Sabtu sore berkisar antara 28,08 menit di Merauke, Papua hingga 34,68 menit di Sabang, Aceh.

BMKG juga menginformasikan, pada hari tersebut, sejak Matahari terbenam hingga Bulan terbenam terdapat bintang Aldebaran di kiri atas Bulan dengan dengan jarak sudut lebih kecil daripada 5 derajat dari Bulan.

Penjelasan selengkapnya terkait prakiraan hilal saat Matahari terbenam pada Kamis sore, dapat Anda simak di sini.

Muhammadiyah Tetapkan Lebaran, Minggu 24 Mei 2020

PP Muhammadiyah telah menetapkan Lebaran 2020 atau 1 Syawal 1441 H jatuh pada pada Minggu, 24 Mei 2020.

Sementara pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) belum memutuskan kapan Lebaran.

Tak terasa, puasa Ramadhan telah berjalan lebih dari setengah bulan atau 15 hari.

Pada Ramadhan tahun ini, PP Muhammadiyah menggenapkan puasa menjadi 30 hari.

Keputusan soal penetapan 1 Syawal 1441 H tertuang dalam Maklumat PP Muhammadiyah nomor 01/MLM/I.0/E/2020.

Menurut PP Muhammadiyah, ijtimak jelang Syawal 1441 H terjadi pada Sabtu Wage, 23 Mei 2020 pukul 00.41.57 WIB.

Tinggi Bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta (f= -07°48¢ (LS) dan l= 110°21¢BT) = +06°43¢31²(hilal sudah wujud).

Sementara di seluruh wilayah Indonesia, pada saat terbenam Matahari, Bulan berada di atas ufuk.

Keputusan lengkap terkait penentuan 1 Syawal 1441 oleh PP Muhamadiyah dapat Anda simak di sini.

Kemenag Gelar Sidang Isbat

Persiapan Sidang Isbat awal Ramadhan 2020, Kamis (23/4/202)
Persiapan Sidang Isbat awal Ramadhan 2020, Kamis (23/4/202) (Dok.Ist)

Sementara itu, Kemenag akan menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1441 H.

Hal ini sama seperti penentuan 1 Ramadhan 1441 H, beberapa waktu lalu.

Biasanya, kegiatan sidang isbat diawali paparan secara terbuka mengenai posisi bulan sabit baru (hilal) berdasarkan data astronomi (falak) oleh pakar astronomi.

Kegiatan dilanjutkan dengan shalat Maghrib kemudian dilakukan sidang tertutup.

Setelah itu, hasil sidang isbat akan diumumkan dalam jumpa pers oleh Menteri Agama, Fachrul Razi.

Dikutip dari Kompas.com, dalam menetapkan jatuhnya Lebaran, Kemenag memadukan dua metode yaitu melalui perhitungan astronomi (hisab) untuk menentukan posisi pasti hilal.

Kemudian akan didapatkan prakiraan letak bulan baru dan dikonfirmasi dengan melihat hilal secara langsung (rukyat).

Metode Penentuan Awal Syawal

Sama seperti Ramadhan, awal penentuan bulan Syawal, umumnya menggunakan dua metode yaitu melalui pemantauan hilal (rukyatul hilal) dan hisab.

Hilal adalah penampakan bulan baru atau sabit yang merupakan penanda dimulainya bulan baru dalam kalender Hijriah.

Sementara, rukyat merupakan aktivitas mengamati dan melihat hilal yang tampak di ufuk barat.

Cara ini biasanya dilakukan menjelang matahari terbenam di beberapa titik yang sudah ditentukan.

Menurut kalender Hijriah, perhitungan hari dimulai saat matahari terbenam atau waktu magrib.

Setelah itu, tinggal menunggu kemunculan bulan sabit.

Jika minimal dua orang yang melihat hilal, sudah bisa dipastikan, malam itu sudah masuk tanggal 1.

Metode lain dalam penentuan awal puasa bulan Syawal yaitu dengan cara Hisab.

Metode ini menghitung pergerakan posisi hilal di akhir bulan untuk menentukan awal bulan seperti Ramadan.

Jika penentuan awal Syawal dengan rukyatul hilal harus melihat bulan baru atau sabit, maka pada metode hisab tak harus melihat hilal dengan mata kepala telanjang tetapi bisa menggunakan ilmu.

Dengan hisab, posisi hilal akan bisa diprediksi ada "di sana" sekali pun wujudnya tidak terlihat.

Hisab menggunakan perhitungan ilmu falak atau astronomi untuk menentukan bulan baru atau sabit.

Sehingga dengan metode ini, posisi hilal dapat diperkirakan secara presisi tanpa melihat bulan baru sebagai penanda awal bulan.

Dalam penentuan awal Ramadhan dan Syawal, Muhammadiyah menggunakan metode hisab.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas