Benarkah Covid-19 Bisa Mengubah Kepribadian Penderitanya? Berikut Penjelasan Ahli
Peneliti dari Inggris baru-baru ini juga menemukan bukti penurunan fungsi kognitif pada pasien yang terinfeksi virus corona di rumah sakit.
Editor: Hendra Gunawan
Sementara itu, Boldrini mencatat beberapa gejala Long Covid mirip dengan gejala akibat infeksi virus lainnya, cedera otak traumatis, dan penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson, Alzheimer, maupun Huntington.
Menurutnya, kondisi ini bisa mengubah cara seseorang beranggapan tentang diri mereka sendiri atau cara berinteraksi dengan orang lain.
Namun, para ahli masih mendalami terkait fenomena yang disebabkan Covid-19 tersebut, dan meyakini bahwa badai sitokin memicu respons imun yang tidak terkendali sehingga merusak atau menghancurkan sel-sel otak secara permanen.
Dikatakan Boldrini, hal tersebut mungkin menyebabkan seseorang menjadi pribadi yang berbeda.
Keterkaitan antara perubahan kepribadian dengan infeksi Covid-19
“Otak jelas sangat penting dalam menentukan siapa kita. Ini ego kita, itu semua tentang identitas kita,” ujar Ann McKee, ahli saraf di Chronic Traumatic Encephalopathy (CTE) di Boston University.
Sementara, kepribadian cenderung konstan selama memasuki usia dewasa.
Hanya saja, fungsi otak yang terganggu dapat menyebabkan perubahan kepribadian yang ekstrem, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya orang yang mengalami hal tersebut setelah terinfeksi Covid-19.
Baca juga: Karakter Varian Omicron Berbeda dari Varian Lain, Jadi Harapan Pandemi Covid-19 Cepat Jadi Endemi
Misalnya Ivan Agerton, mantan fotografer yang mengalami psikosis pada awal tahun 2021 setelah sembuh dari Covid-19.
Dia menjadi paranoid, ketakutan orang-orang mengikutinya dan yakin bahwa perwira SWAT berkemah di luar rumahnya.
Bagi beberapa pasien Covid-19, psikosis sembuh seiring waktu, meski tidak ada yang tahu berapa lama gejala tersebut dapat bertahan.
Sebuah penelitian terhadap 395 pasien Covid-19 di rumah sakit menemukan, sebanyak 91 persen pasien memiliki masalah kognitif, kelelahan, depresi, kecemasan, dan masalah tidur.
Para ahli kesehatan pun tengah mencari cara untuk mengobati gejala jangka panjang ini dengan mendalami penyebabnya.
Baca juga: Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin Dinyatakan Positif Covid-19
Boldrini dan timnya telah meneliti hewan yang mati karena terinfeksi virus corona, untuk memeriksa sampel otak yang diberi dengan pewarna cerah untuk mengarakterisasi berbagai jenis sel.