Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sudah Musim Hujan, tapi di Pulau Jawa Mengapa Cuaca Terasa Panas? Ini Penjelasan BMKG

Saat ini sebagaian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, namun di Pulau Jawa terasa panas. Lantas apa penyebabnya? Ini kata BMKG.

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Sudah Musim Hujan, tapi di Pulau Jawa Mengapa Cuaca Terasa Panas? Ini Penjelasan BMKG
Grid.ID
Ilustrasi matahari - Saat ini sebagaian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, namun di Pulau Jawa terasa panas. Lantas apa penyebabnya? Ini kata BMKG. 

TRIBUNNEWS.COM - Saat ini sebagaian besar wilayah Indonesia telah memasuki periode musim hujan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam analisisnya menyatakan, pada dasarian I Januari 2022, diperkirakan curah hujan berada di kriteria menengah hingga tinggi (>50 mm/dasarian).

Wilayah yang diperkirakan mengalami hujan kategori rendah (0 - 50 mm/dasarian) pada Januari I meliputi pesisir utara Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, DIY bagian timur, sebagian Jawa Timur, Sulawesi Barat bagian selatan, Sulawesi Selatan bagian selatan, dan Sulawesi Tengah bagian tengah.

Wilayah berpeluang tinggi mengalami curah hujan di atas 150 mm/das: Aceh bagian timur, Riau bagian utara, dan Papua bagian tengah.

Meski sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan, namun tidak sedikit masyarakat yang merasakan cuaca di Pulau Jawa terasa panas.

Baca juga: Apa Itu Aphelion dan Perihelion? Jarak Terjauh dan Terdekat Bumi Terhadap Matahari

Baca juga: 5 Fakta Unik Fenomena Aphelion 2022, Titik Terjauh Bumi dengan Matahari

Lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi dan apa penyebabnya?

BMKG mengungkapkan, curah hujan di Pulau Jawa memang berkurang dalam beberapa hari terakhir.

BERITA REKOMENDASI

Menurut BMKG, salah satu penyebabnya adalah adanya sirkulasi siklonik di sekitar Laut Natuna, Barat laut Kalimantan.

Sirkulasi siklonik tersebut menahan massa uap air dari Asia dan menyebabkan uap air ke Belahan Bumi Selatan (BBS) atau Pulau Jawa menjadi relatih sedikit atau berkurang dari biasanya.

Selain itu, jika dilihat dari kelembapan udara lapiran 700mb, terpantau RH yang cukup kering di wilayah Jawa terutamanya di Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.

Hal ini menyebabkan asupan untuk pembentukan awan-awan hujan menjadi berkurang.

"Dilihat dari kelembapan udara lapisan 700mb, terpantau RH yang cukup kering di wilayah Jawa terutamanya di Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur yang menyebabkan asupan untuk pembentukan awan-awan hujan menjadi berkurang," tulis BMKG di akun Instagram @infobmkg.

Namun demikian, BMKG mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap waspada dalam beberapa hari kedepan, yakni antara tanggal 9-13 Januari 2022.

Pasalnya, diperkirakan intensitas curah hujan di Pulau Jawa akan kembali mengalami peningkatan lagi.

Baca juga: China Hidupkan Matahari Buatan yang 5 Kali Lebih Panas dari Aslinya, Menyala Lebih dari 17 Menit

Baca juga: Mengenal Sistem Tata Surya: Matahari, Planet Dalam, Planet Luar, Komet, Meteoroid, dan Asteroid

Perihelion dan Aphelion

Saat ini, posisi matahari berada di belahan bumi selatan dan mencapat jarak yang terdekat pada Bumi pada 4 Januari 2022 lalu.

Fenomena ini dikenal dengan istilah Perihelion, dan terjadi dua minggu setelah solstis atau titik balik Desember.

Kebalikan dari Perihelion adalah Aphelion, fenomena di mana posisi Bumi berada di titik terjauh dengan matahari, terjadi pada bulan Juli.

Tahun ini, Bumi akan berada 91.406.842 mil dari Matahari di perihelion dan 94.509.598 mil dari Matahari di aphelion.

Posisi bumi yang berada di titik terjauh Matahari tidak akan mempengaruhi panas yang diterima Bumi. Hal ini karena panas dari Matahari terdistribusi ke seluruh Bumi.

Dilansir laman LAPAN, Aphelion dan Perihelion terjadi karena akibat adanya perputaran bumi mengelilingi matahari dan orbit Bumi tidak sepenuhnya berbentuk lingkaran sempurna, tetapi berbentuk elips dengan kelonjongan sekitar 1/60.

Perlu diketahui, jarak dari Matahari tidak menentukan musim. Namun ditentukan oleh kemiringan sumbu rotasi bumi.

Saat musim dingin, bagian Bumi yang kita tinggali dimiringkan menjauh dari matahari.

Sedangkan saat musim panas, bagian Bumi yang kita tinggali miring dekat ke arah matahari.

Hari kemiringan maksimum menuju atau menjauh dari matahari adalah titik balik matahari Desember atau Juni.

(Tribunnews.com/Tio)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas