Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Varian Omicron Dipercaya Segera ke Masa Puncak, Bagaimana Prediksi Pandemi Covid-19 Selanjutnya?

Maldonado mengungkapkan, bahwa timnya masih belum mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi, lantaran kemunculan varian Omicron

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Varian Omicron Dipercaya Segera ke Masa Puncak, Bagaimana Prediksi Pandemi  Covid-19 Selanjutnya?
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Tenaga medis menunjukkan vaksin Covid-19 Pfizer booster saat pelaksanaan vaksinasi dosis ketiga di Kantor OJK, Wisma Mulia 2, Jakarta Selatan, Minggu (23/1/2022). Pemerintah mulai mendistribusikan vaksin Covid-19 booster atau vaksin dosis ketiga kepada masyarakat umum. Vaksin booster bertujuan untuk memperkuat imunitas masyarakat di tengah serbuan virus corona varian Omicron di Indonesia. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA 

TRIBUNNEWS.COM -- Gelombang pandemi Covid-19 telah mendera hampir seluruh negara di dunia selama lebih dari dua tahun.

Virus Corona dengan berbagai varian telah membuat jutaan orang menjadi korban meninggal dunia.

Varian Delta yang datang pada sekitar pertengahan 2021 lalu menjadi varian yang mematikan.

Setelah Delta mereda, kini muncul varian baru lagi yaitu Omicron, yang sangat cepat menular, namun serangannya dipercaya tidak sefatal Delta.

Baca juga: Omicron Melonjak, Kasus Harian Covid-19 Korea Selatan Capai 8.000 untuk Pertama Kali

Lantas bagaimana prediksi pada 2022 ini? Para ahli di Amerika Serikat memprediksi, bahwa setelah terjadinya gelombang infeksi Omicron, di tahun 2022 ini, Covid-19 mungkin tidak lagi semengerikan sebelumnya.

"Saya pikir jika kita melakukannya (pengendalian virus) dengan benar, di tahun 2022 Covid mungkin tidak begitu mendominasi," ujar mantan Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Dr Tom Frieden.

Di sisi lain, ahli epidemiologi sekaligus spesialis penyakit menular di Stanford Medicine Dr Yvonne Maldonado bersama para ahli di lembaga federal, akademisi, serta pemimpin kesehatan masyarakat telah meneliti apa yang akan terjadi selama pandemi Covid-19 di tahun ini.

Baca juga: Gejalanya Mirip Flu tapi Omicron Perlu Diwaspadai, Ini Alasannya

Berita Rekomendasi

Maldonado mengungkapkan, bahwa timnya masih belum mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi, lantaran kemunculan varian Omicron yang sangat cepat menular.

"Tak satu pun dari kami yang benar-benar bisa mengantisipasi Omicron," kata Maldonado seperti dilansir dari CNN, Minggu (23/1/2022).

Gelombang Omicron, dikatakan ahli tampaknya sudah mencapai puncaknya di beberapa wilayah di AS, meski masih meningkat di daerah lain seperti Georgia di mana tenaga medis mulai kewalahan dengan pasien yang dirawat.

Misalnya, data dari Johns Hopkins University menunjukkan kasus Covid-19 di Amerika Serikat turun setidaknya 10 persen pada Kamis (20/1/2022), dibandingkan dengan pekan lalu di 14 negara bagian, sedangkan kasus infeksi naik setidaknya 10 persen di 26 negara bagian lainnya selama lonjakan Omicron.

Baca juga: Jangan Anggap Enteng, Omicron Punya Potensi Sebabkan Kematian Pada Kelompok yang Tak Berisiko

Para ahli penyakit menular pun telah melihat adanya harapan ketika mengamati data dari Afrika Selatan.

Kendati sejak ditemukannya Omicron di Afrika Selatan kasus infeksinya naik tajam, tetapi kasus ini juga turun dengan cepat.

Kondisi tersebut yang menurut ahli akan terjadi di banyak negara.

"Ini akan terjadi sekitar pertengahan Februari sebelum kita mulai benar-benar melihat bahwa segala sesuatunya menjadi lebih baik," kata Dr John Swartzberg, ahli penyakit menular dan vaksinologi sekaligus profesor dari Berkeley's School of Public Health di University of California.

Swartzberg yakin bahwa sekitar bulan Maret nanti akan terjadi penurunan jumlah kasus Covid-19 yang signifikan.

Hal ini menurut dia, dibuktikan dengan imunitas dari vaksin dalam populasi serta kekebalan yang dibentuk akibat infeksi virus corona itu sendiri.

"Secara umum, tingkat kekebalan dalam populasi kita akan jauh lebih tinggi daripada saat terjadinya pandemi Omicron, dan itu akan membantu kita tidak hanya dengan Omicron dan Delta, tetapi juga akan membantu kita menghadapi varian baru apa pun," terang Swartzberg.

Dia menambahkan, obat Covid-19 yang saat ini sudah tersedia juga berperan karena virus corona mungkin tidak akan pernah hilang sepenuhnya.

Kemungkinan munculnya varian virus corona selanjutnya

Menurut ahli epidemiologi dari University of California, San Francisco Dr George Rutherford, varian virus corona berikutnya bisa saja sama atau bahkan lebih menular daripada varian Omicron.

Artinya, varian baru ini dapat menyebabkan penyakit parah atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.

"Sama sekali belum jelas apa yang akan terjadi selanjutnya," jelas Rutherford. Rutherford juga mengingatkan, bahwa virus bisa bermutasi secara bertahap, seperti yang terjadi pada varian Alpha dan Beta, atau membuat perbedaan yang besar selayaknya varian Delta dan Omicron.

Di sisi lain, terkait dengan penanganan pandemi, Maldonado mengatakan skenario penanganan flu bisa diberlakukan agar seluruh dunia bisa berfokus untuk melindungi kelompok rentan, dan memastikan mereka mendapatkan vaksinasi serta memiliki akses ke terapi antibodi monoklonal maupun terapi antivirus.

Kemudian, di tengah meningkatnya kasus Covid-19 ini asisten profesor di Johns Hopkins Medicine, Galiatsatos mengimbau masyarakat untuk tetap menggunakan masker saat berada di luar rumah.

Vaksinasi Covid-19 serta booster yang saat ini mulai dilakukan di berbagai negara pun, dinilai efektif untuk mencegah keparahan penyakit akibat varian baru serta mencegah rawat inap bagi pasien. (Zintan Prihatini)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prediksi Ahli soal Covid-19 di Tahun 2022 Setelah Gelombang Infeksi Omicron"

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas