Survei: Mayoritas Responden di Indonesia Dukung Perlindungan Bumi dan Keanekaragaman Hayati
Mayoritas responden menginginkan Pemerintah Indonesia untuk mendukung target perlindungan alam PBB sebagai solusi krisis keanekaragaman hayati dunia
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Survei: Mayoritas Responden di Indonesia Dukung Perlindungan Bumi dan Keanekaragaman Hayati
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Atri Advisory menginisiasi survei yang melibatkan lebih dari 1.000 responden orang Indonesia mengenai perlindungan bumi dan keanekaragaman hayati.
Hasilnya, sebagian besar responden -sebanyak 98 persen- sangat mendukung target global yang dicanangkan oleh PBB untuk melindungi setidaknya 30 persen daratan dan lautan di Bumi pada tahun 2030.
Sebanyak 94 persen responden di antaranya juga mengharapkan Pemerintah Indonesia turut mendukung upaya PBB ini.
Baca juga: Tahap Pertama Pembangunan IKN Nusantara Diawali dengan Revitalisasi dan Reboisasi Hutan
Survei yang dinisiasi Atri Advisory dan dilaksanakan Vase.ai selama tiga hari di bulan Februari ini untuk pertama kalinya mengukur persepsi publik di Indonesia mengenai target global menjelang pertemuan puncak yang digelar akhir tahun ini di Kunming, Tiongkok.
Dikutip dari Kompas.id, Ketua Atri Advisory Abdul Hamid menyampaikan, survei ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat mendukung diwujudkannya proposal yang bertujuan untuk melindungi 30 persen dari daratan dan lautan di Bumi pada 2030 serta mencegah perusakan keanekaragaman hayati.
Agenda ini juga sering disebut dengan Konservasi 30x30.
Baca juga: Pengertian Reboisasi dan Manfaatnya: Kontrol Suhu Bumi hingga Cegah Erosi
"Permasalahan ini tak lagi bisa kita abaikan. Sekarang saatnya para pemimpin politik dan pembuat keputusan mendengarkan suara rakyat dan bekerja sama mencapai tujuan penting ini,” dalam keterangan yang diterima, Selasa (1/3/2022).
Dalam pertemuan tersebut, sebanyak 190 negara—termasuk Indonesia—diharapkan dapat menyetujui dan menandatangani strategi global Post-2020 Global Biodiversity Framework (GBF) yang dirancang untuk mencegah krisis keanekaragaman hayati yang mengancam kelangsungan hidup satu juta spesies hewan dalam beberapa tahun ke depan.
Para negosiator dari 190 negara tersebut akan bertemu secara langsung di Jenewa, Swiss, 13-29 Maret mendatang untuk membahas GBF, yang juga mencakup upaya perlindungan 30x30 sebagai salah satu tujuan utama yang harus dicapai.
High Ambition Coalition for Nature and People, sebuah koalisi antar pemerintah lebih dari 80 negara yang diketuai bersama oleh Kosta Rika, Prancis, dan Inggris, saat ini tengah bekerja untuk memenuhi target 30x30.
Kamboja merupakan anggota HAC pertama dan satu-satunya dari kawasan ASEAN. Anggota HAC lainnya yang berasal dari Asia adalah Jepang, India, Bhutan, Nepal, Pakistan, dan Maladewa.
Sejumlah bukti ilmiah dan data ekonomi menunjukkan bahwa melindungi setidaknya 30 persen dari daratan dan lautan di bumi merupakan cara terpenting untuk memerangi perusakan keanekaragaman hayati secara global.
Cara-cara lainnya meliputi menyimpan pasokan karbon, mencegah pandemi di masa depan, mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produksi perikanan, dan memajukan hak-hak pribumi.
Konservasi 30x30 juga mempunyai manfaat ekonomi yang sangat besar.
Menurut studi independen University of Cambridge, Inggris bersama para akademisi lainnya, pemenuhan 30 persen dari target akan menghasilkan manfaat jasa keuangan dan ekosistem setidaknya lima kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. (*/)
Artikel Juga Tayang di Kompas.id dengan Judul "Mayoritas Masyarakat Indonesia Dukung Perlindungan Alam"