Saat Bayi Ditinggal di Tengah Badai Salju dan Wajahnya Rusak, Pria Ini Berhasil Memulai Hidup Baru
Pemuda China ditelantarkan di tengah-tengah badai salju saat bayi dan wajahnya mengalami luka bakar serius.
Penulis: Pravitri Retno W
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
TRIBUNNEWS.COM - Pemuda China ditelantarkan di tengah-tengah badai salju saat bayi dan wajahnya mengalami luka bakar serius.
Zhao Xuecheng mengambil selfie pertamanya pada minggu lalu, 11 September 2018.
Dilansir Tribunnews dari South China Morning Post, Zhao baru saja mengawali hidupnya yang baru setelah dokter berhasil mengangkat semua luka di wajahnya.
Luka-luka tersebut kemudian ditutup menggunakan kulit Zhao yang sehat, yang berasal dari bagian kecil dahinya.
Kini Zhao bisa bernapas normal, kelopak matanya bisa menutup lagi, dan ia bisa mengunyah serta berbicara lebih jelas.
Tak hanya itu, pria berusia 24 tahun ini sekarang bisa tersenyum.
Ia mengaku sangat menyukai wajah barunya.
Baca: Cukup Tunjukkan Foto Masa Kecil, Gadis Ini Berhasil Membalas Teman-temannya yang Suka Membully
Zhao yang berasal dari Xiangyang, Provinsi Hubei sebelum ini hanya bekerja membantu orang tuanya di pertanian.
Kini ia siap mencari pekerjaan yang lebih baik.
"Aku sudah siap mencari pekerjaan bulan depan, mungkin beberapa pekerjaan manual seperti mengemas makanan," ujarnya.
Tidak ada yang mengetahui secara jelas bagaimana Zhao bisa mendapatkan luka-luka serius di wajahnya.
Ibu angkat Zhao, Li Xianyu, menemukannya saat masih bayi pada 1995 silam.
Li menemukan Zhao saat salju turun deras.
Saat itu Zhao berusia sekitar empat bulan dan wajahnya tak bisa dikenali karena luka bakar.
Li yang sudah memiliki dua anak merasa tak tega meninggalkan Zhao kecil sendirian di tengah salju.
Ia pun membawa Zhao pulang ke rumah.
Keluarga Li kemudian memanggil Zhao dengan nama Xuecheng, yang berarti 'tumbuh di salju'.
Karena kondisi keluarga Li yang tidak mampu, Zhao hanya mendapatkan perawatan seadanya untuk mengobati luka bakar di wajah.
Zhao kecil sempat merasakan berada di bangku sekolah sebelum akhirnya ia memutuskan keluar.
Baca: Pria Tertangkap Basah Lecehkan Wanita gara-gara Flash Kamera Menyala, Modusnya Pura-pura Menelepon
"Aku hanya bersekolah satu tahun karena teman-teman terus mengejek wajahku. Ibuku mengajariku sendiri meski ia hanya lulusan sekolah dasar," kata Zhao.
Hingga dewasa, Zhao jarang keluar dari rumah kecuali saat membantu orang tuanya.
Ia juga tak pernah berbicara pada orang lain selain keluarganya.
Karena Li semakin tua, ia merasa khawatir tak bisa segera memberikan pengobatan yang layak untuk putra angkatnya.
Keluarga Li pun menghemat biaya sebesar 50 ribu yuan (Rp 108,3 juta) dari daur ulang limbah dan meminta sumbangan kepada orang-orang sebelum mereka menghubungi Rumah Sakit Wuhan pada Maret 2017.
Seorang wanita Italia yang mengetahui kasus Zhao menghubungi rumah sakit untuk menyumbang biaya perawatan sebesar $ 2 ribu (Rp 296 juta).
Dokter yang menangani kasus Zhao mengatakan ia terkejut sekaligus merasa takjub saat melihat wajahnya.
"Bisa disebut wajah Zhao benar-benar rusak saat ia tiba di sini. Ia hanya memiliki sedikit kulit sehat di dahinya," kata dokter Xie Weiguo.
"Itu bukan tugas yang mudah, tapi kami akhirnya menyusun rencana untuk memberi Zhao wajah baru," tambahnya.
Zhao menjalani tujuh operasi selama 17 bulan.
Dokter mulai 'memperbaiki' mulut dan matanya agar bisa berfungsi normal kembali.
Pada 30 Agustus 2018 lalu, Zhao menjalani prosedur operasi transplantasi kulit.
Sementara perbannya baru bisa dilepas pada 11 September 2018 lalu.
Baca: Pilot Teledor, Penumpang Pesawat Alami Kejadian Mengerikan, Darah Keluar dari Hidung dan Telinga
Setelah menjalani operasi, Li mengatakan putranya ini semakin percaya diri.
Zhao kini bisa berbicara dengan siapa saja dan mulai terbuka pada orang lain.
Pada hari perban dilepas, Zhao mengambil selfie dan video wajahnya untuk pertama kali.
Ia mengirimkan foto dan video tersebut pada Xie dan tim yang telah membantunya menjalani operasi.
"Bukan transplantasi, Zhao menjalani proses rekonstruksi wajah. Di satu sisi, itu juga merekonstruksi hidupnya juga," tutup Xie.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)