Penjelasan BMKG Soal Angin Puting Beliung: Terjadi Saat Pancaroba dan Kenali Tanda Datangnya
Penjelasan BMKG soal angin puting beliung: terjadi saat masa pancaroba dan kenali tanda datangnya.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Angin puting beliung menerjang sejumlah kawasan di Bogor, Jawa Barat, Kamis (6/12/2018).
Yaitu Kelurahan Cipaku, Batutulis dan Pamoyanan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor
Peristiwa angin puting beliung terjadi saat wilayah Kota Bogor tengah hujan deras, pada Kamis (6/12/2018) sekitar pukul 15.00 WIB.
Akibatnya, sejumlah pohon tumbang dan rumah warga rusak berat.
Baca: Kumpulan Video Detik-detik Angin Puting Beliung di Bogor, Kecepatan Angin Umumnya Sekitar 65 Km/Jam
Baca: Fakta Cerita Artis hingga Korban Puting Beliung di Bogor: Siti Lihat Angin Berputar di Atas Rumah
Baca: Angin Puting Beliung yang Menyapu Kota Bogor pada Kamis Sore Rusak 848 Rumah
Selain itu, beberapa mobil tertimpa pohon tumbang saat melintas di Jalan Lawanggintung, Kelurahan Batutulis, Bogor Selatan.
Seorang pengendara mobil tewas akibat tertimpa pohon tumbang.
Lantas, apakah sebenarnya angin puting beliung dan kapan terjadinya peristiwa ini?
Simak penjelasan soal angin puting beliung dilansir Tribunnews.com dari penjelasan BMKG via akun Instagram resminya, @infobmkg, Jumat (7/12/2018).
Di Indonesia, tornado berada pada skala F0 dan F1 serta disebut juga dengan angin puting beliung, angin puyuh, angin ribut, atau angin leysus.
Angin puting beliung merupakan angin kencang.
Namun yang patut diingat, angin kencang belum tentu dapat dikatakan angin puting beliung.
Tergantung kecepatan angin yang menyertai.
Waktu kejadiannya pun singkat, setelah itu diikuti angin kencang yang berangsur melemah kecepatannya.
Angin puting beliung biasanya terjadi saat masa pancaroba, baik dari peralihan musim penghujan ke kemarau, atau sebaliknya.
Angin puting beliung tidak memiliki siklus serta sangat jarang terjadi angin puting beliung susulan di lokasi yang sama.
Angin puting beliung juga lebih sering terjadi saat siang atau sore hari.
"Sangat jarang terjadi pada malam hari," tulis BMKG.
Angin puting beliung pun dapat terdeteksi waktunya, yaitu 30 menit hingga 1 jam sebelumnya.
Proses terjadinya angin puting beliung
Angin puting beliung sering terjadi di daratan.
Bila terjadi di laut, disebut water spout.
Arah gerakan angin puting beliung pun tergantung pada awan cumulisnimbus (CB).
Proses terjadi angin puting beliung hanya berasal dari awan CB, bukan pergerakan angin monsun.
Kecepatan angin mencapai 30-40 atau 50 knots dengan durasi yang sangat singkat.
Angin puting beliung biasanya menerjang selama tiga hingga maksimal lima menit.
Jangkauan daerah yang rusak akibar angin puting beliung bisa mencapai 5 hingga 10 Km.
Angin puting beliung tidak datang secara serta merta.
Anda bisa mengetahui angin puting beliung akan datang bila, satu hari sebelumnya udara pada malam hingga pagi hari terasa panas, pengap, atau sumuk.
Selain itu, terlihat awan cumulus sekitar pukul 10.00 pagi.
Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang berbatas tepi sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
Awan tersebut akan cepat berubah warna, menjadi hitam gelap.
Selain itu, udara di sekitar tempat kita berdiri menjadi dingin.
Bila dahan/ranting bergoyang cepat, artinya hujan dan angin kencang akan datang.
Bila terdengar sambaran petir yang cukup keras, maka ada kemungkinan hujan lebat, petir, dan angin kencang akan terjadi.
Jika satu atau tiga hari berturut-tutur tidak ada hujan pada musim penghujan, maka ada kemungkinan hujan deras yang turun pertama kali diikuti angin kencang.
Baik yang masuk dalam kategori angin puting beliung maupun tidak.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)