Ramai soal Prabowo dan Selang Cuci Darah, Seorang Pasien Pernah Ungkap Pelayanan RSCM pada 2015
Tengah ramai pembahasan Prabowo soal selang cuci darah yang digunakan 40 kali, seorang pasien pernah mengungkapkan pelayanan RSCM pada 2015 silam.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Tengah ramai pembahasan Prabowo soal selang cuci darah yang digunakan 40 kali, seorang pasien pernah mengungkapkan pelayanan RSCM pada 2015 silam.
TRIBUNNEWS.COM - Nama Prabowo Subianto saat ini tengah ramai diperbincangan setelah pidatonya di Facebook yang membahas soal selang cuci darah di RSCM menjadi viral.
Calon Presiden nomor urut 02 ini diketahui mengunggah video saat ia tengah berpidato pada Minggu (30/12/2018) di laman Facebook miliknya.
Dalam video yang berjudul Ceramah Kebangsaan Akhir Tahun tersebut, Prabowo menyebutkan ia mendapat sebuah laporan yang mengatakan satu selang cuci darah di RSCM telah digunakan oleh 40 orang berbeda.
"Saya dapat laporan di RSCM ada alat pencuci ginjal yang seharusnya alat itu punya saluran-saluran dari plastik dari karet dan dari alat-alat tertentu yang hanya boleh dipakai satu orang satu kali," tutur Prabowo Subianto.
Baca: Pendukung Persib Bandung Dukung Jokowi, Kubu Prabowo Kritik Bobotoh Harus Selamanya Netral
Menurut Prabowo, alat-alat tersebut seharusnya hanya dipakai satu kali dan untuk satu pasien.
"Jadi orang yang sakit ginjal dia harus hidup dari pencucian darah. Tapi kalau dia ke RSCM alatnya dipakai 40 orang dia dapatnya bisa macam-macam," katanya.
Pernyataan Prabowo Subianto soal selang cuci darah tersebut kemudian mendapat bantahan dari pihak RSCM.
Pada Rabu (2/1/2019), Direktur Utama RSCM, Lies Dina Liastuti menjelaskan bahwa selama ini RSCM selalu menganut azas keselamatan pasien.
"RSCM selama ini dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat termasuk pelayanan cuci darah itu menganut azas untuk patient safety," bantah Lies.
Ia menambahkan azas tersebut benar-benar diterapkan, terlebih untuk kasus pelayanan hemodialisis dan cuci darah.
"Khususnya pelayanan hemodialisis dan cuci darah memang digunakan selang untuk sekali pakai," tambahnya.
Terkait ramainya pemberitaan soal pernyataan Prabowo tentang selang cuci darah di RSCM yang digunakan sebanyak 40 kali, Gerindra pun angkat bicara.
Gerindra melalui anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade menyebutkan bahwa laporan yang disampaikan Prabowo berdasarkan informasi dari orang lain.
Andre juga menambahkan yang dimaksud Prabowo Subianto bukanlah selang, melainkan tabung cuci darah.
Baca: Respons Gerinda hingga Bantahan RSCM Soal Prabowo Sebut Selang Cuci Darah Dipakai 40 Orang
"Beliau sampaikan kepada kita semua yang hadir tanggal 29 Desember di Hambalang. Tapi saya sudah memahami maksud beliau itu bukan selang tapi tabung dialisis," jelas Andre di Kompas Petang, Rabu (2/1/2019).
Menurut Andre, kemungkinan tabung dialisis tersebutlah yang digunakan berkali-kali.
Pada September 2015 silam, seorang pasien penderita gagal ginjal asal Aceh atas nama Mukhlis Munir pernah menuliskan pengalamannya saat melakukan cuci darah di RSCM.
Mukhlis yang masuk dalam perkumpulan Pasien Hemodialisis/Cuci Darah di Aceh menjelaskan kondisi pasien serta pelayanan RSCM.
Saat itu Mukhlis melakukan cuci darah di RSCM karena ia akan melakukan transplantasi ginjal.
Dilansir Serambinews.com pada 21 September 2015, Mukhlis mengungkapkan dirinya baru saja menjalani cuci darah selama empat bulan.
Namun kondisinya berbeda jauh dengan para pasien di RSCM yang telah menjalani cuci darah selama puluhan tahun.
Ia menjelaskan bahwa pasien RSCM yang telah menjalani cuci darah selama puluhan tahun tersebut terlihat cerah dan segar bugar.
Sementara dirinya terlihat kurang sehat dan wajah serta tangan tampak hitam seperti orang terbakar.
"Saat saya cuci darah di RSCM, saya melihat pasien di sana dengan kondisi segar-bugar baik dari fisik maupun aura wajah terlihat berseri, walaupun pasien HD di sana sudah melakukan cuci darah puluhan tahun.
Sedangkan saya pada saat itu baru saja cuci darah lebih kurang empat bulan, namun kondisi saya sudah kurang sehat dengan wajah dan tubuh seperti orang terbakar alias muka dan tangan nampak hitam gelap."
Baca: Pernyataan Prabowo soal Selang Cuci Darah yang Dipakai 40 Kali Dibantah RSCM
Ternyata yang membuat kondisi Mukhlis dan pasien di RSCM berbeda adalah karena alat-alat medis, tepatnya tabung dialisis yang digunakan.
Sebelum di RSCM, Mukhlis selalu melakukan cuci darah di rumah sakit di Aceh.
Berdasarkan diskusi dengan beberapa tenaga medis di RSCM dan pengamatannya secara langsung, Mukhlis menyebutkan bahwa tabung dialisis di RSCM hanya sekali pakai.
Sementara di rumah sakit di Aceh tabung dialisis merupakan daur ulang.
"Setelah saya telusuri dan diskusi dengan beberapa tenaga medis di RSCM dan saya melihat langsung, akhirnya saya temukan penyebabnya mengapa cuci darah di Aceh berubah wajah dan tubuh seperti orang terbakar.
Ternyata di RSCM tabung pengganti ginjal (dializer) digunakan hanya sekali pakai, setelah itu langsung dibuang.
Sedangkan di Aceh di semua RS yang melakukan Hemodialisis (Cuci Darah), di mana tabung dializer tersebut di daur ulang/dirius atau digunakan selama delapan kali cuci darah."
Mukhlis menambahkan bahwa tabung dialisis di rumah sakit di Aceh dicuci menggunakan formalin setelah dipakai agar tahan lama untuk delapan kali pakai.
Kemungkinan karena tabung dialisis tidak dibilas secara bersih, sisa-sisa formalin masuk ke dalam darah pasien saat melakukan cuci darah.
Baca: Prabowo-Sandi Buka Posko Seknas Dekat Rumah Jokowi, Sekretaris DPC PDIP Solo : Kami Juara Bertahan!
"Di sinilah agar tabung tersebut dapat digunakan delapan kali pemakaian/sebulan HD, maka sehabis digunakan dicuci dan diawetkan dengan bahan sejenis formalin.
Penggunaan bahan tersebut dilakukan agar dializer tersebut tahan untuk delapan kali pakai.
Kondisi inilah yang menyebabkan sisa-sisa formalin tersebut yang tidak bersih dibilas masuk ke dalam darah kita pasien cuci darah sehingga membuat kondisi kesehatan kami pasien cuci darah tambah parah dengan wajah seperti orang terbakar."
Simak cerita selengkapnya dari Mukhlis Munir di sini.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)