Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Erupsi Gunung Anak Krakatau Terjadi Hampir Setiap Hari, Ini Penjelasan Humas BNPB, Sutopo

Kapusdatin dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menuliskan informasi penting pada akun twitternya mengenai erupsi Gunung Anak Krakatau.

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
zoom-in Erupsi Gunung Anak Krakatau Terjadi Hampir Setiap Hari, Ini Penjelasan Humas BNPB, Sutopo
Tribunnews/JEPRIMA
Aktivitas Erupsi gunung anak krakatau terlihat dari KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Petugas pos pengamatan anak gunung Krakatau mencatat ada sembilan kali letusan dalam satu menit, jumlah ini menurun dibandingkan hari sebelumnya yang terjadi letusan 14 kali per menit. 

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pusat Data Informasi (Kapusdatin) dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyampaikan informasi terkait erupsi Gunung Anak Krakatau.

Informasi erupsi Gunung Anak Krakatau ia unggah dalam akun Twitter miliknya @Sutopo_PN pada Jumat (4/1/2019) dinihari.

Berikut ini lima poin wawasan dan informasi soal erupsi Gunung Anak Krakatau yang dituliskan oleh Kapusdatin dan Humas BNPB, Sutopo.

1. Hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau meletus. Pada 3/1/2019 dari pukul 00.00 -24.00 WIB terjadi 37 kali letusan, 42 kali hembusan dan tremor menerus.

Asap kawah bertekanan sedang-kuat, warna putih, kelabu dan hitam, intensitas tebal setinggi 2.000 meter dari puncak kawah.

2. Gunung Anak Krakatau tetap berstatus Siaga (level 3).

Daerah berbahaya di dalam radius 5 km.

Berita Rekomendasi

Masyarakat dihimbau tenang dan meningkatkan kewaspadaan.

Jalur pelayaran Merak - Bakaheuni aman.

Tidak terpengaruh letusan.

3. Lihat grafik ini.

Selalu ada jeda waktu istirahat beberap hari kemudian meletus beruntun dari Gunung Anak Krakatau.

Jika ada letusan baru, itu sudah perilaku Gunung Anak Krakatau.

PVMBG terus memantau aktivitas vulkanik GAK.

4. Gunung Anak Krakatau tidak akan meletus seperti ibunya (Gunung Krakatau) tahun 1883.

Jika ditemukan ada retakan saat ini.

Itu wajar pada gunungapi pascaletusan.

Percayakan pada PVMBG selaku otoritas pemantau gunungapi.

Mereka punya alat, SDM, ilmu dan pengalaman.

5. Tahun 1883, tiga gunung di Selat Sunda (G.Rakata, G.Danan. G.Perbuatan) meletus bersamaan.

Letusanny besar dan menimbulkan tsunami besar setinggi 36 meter.

Lalu gunungnya hilang.

Lalu 1927 muncul Gunung Anak Krakatau (GAK).

Tidak mungkin letusan GAK akan sama tahun 1883.

Seperti diberitakan, Gunung Anak Kraktau kembali erupsi kemarin Kamis (3/1/2019) pukul 10.17 WIB.

Berdasarkan rilis dari yang diterima Tribunnews dari MAGMA Indonesia, ketinggian kolom abu Gunung Anak Krakatau mencapai sekitar 2.110 meter atau lebih dari dua kilometer.

Kolom abu vulkanik teramati berwarna abu-abu berintensitas tebal dan mengarah ke utara dan timur laut.

Dari Citra Satelit Cuaca Himawari, terlihat sebaran abu vulkanik yang mengarah ke timur - timur laut mencapai ketinggian kurang lebih 10 kilometer.

Sementara sebaran abu vulkanik yang mengarah ke Barat Daya mencapai ketinggian 12 kilometer.

Erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi pagi tadi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi kurang lebih dua menit delapan detik.

Saat ini Gunung Anak Krakatau tengah berada pada status Level III (Siaga).

Wisatawan maupun masyarakat dilarang untuk mendekati kawah dalam radius lima kilometer.

(Tribunnews.com/Chrysnha)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas