Fakta 52 Warga Ponorogo Pindah karena Termakan Isu soal Kiamat, Jual Murah Rumah hingga Kata Kades
Sebanyak 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur pindah serentak ke Malang karena termakan isu kiamat.
Penulis: Daryono
Editor: Suut Amdani
TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Sebanyak 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur pindah serentak ke Malang karena termakan isu perihal segera datangnya kiamat.
Terkait kejadian tersebut, berikut Tribunnews.com merangkumnya, Rabu (13/3/2019):
1. Jual Murah Rumah dan Tanah
Gara-gara mempercayai isu kiamat sudah dekat, warga Desa Watu Bonang pun nekat menjual rumah dan hewan ternaknya.
Bahkan, harga rumah dan tanah yang dijual terbilang murah, yakni sebesar Rp 20 juta.
Baca: Polres Batu Ikut Selidiki Penyebar Isu Kiamat yang Beredar dari Ponorogo
Ada juga warga yang mempercayai isu kiamat itu menjual kandang dan sapi ternak sebesar Rp 8 juta.
Sekadar diketahui, Desa Watu Bonang di Ponorogo termasuk daerah tandus dan miskin.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sana bermatapencaharian sebagai petani dengan mengandalkan air tadah hujan.
2. Bupati Akui Warganya Pindah ke Malang
Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni membenarkan ada warganya yang pindah secara bersama-sama lantaran termakan isu kiamat.
"Ya betul, kejadiannya sekitar sebulan yang lalu. Kami sudah berusaha mencegah, memberikan pembinaan, agar supaya itu tidak dilakukan tetapi mereka sudah terlanjut yakin dan jatuh cinta jadi ya susah," beber Ipong, Rabu (13/3/2019) siang.
"Mereka yakin dunia ini akan kiamat dan kalau ikut kiai dari Kasembon Malang itu, nanti seperti kisah Nabi Nuh, mereka tidak ikut kiamat," kata Ipong.
Ipong geleng-geleng kepala dan prihatin karena masih ada warganya yang percaya dengan hal-hal yang tidak masuk akal.
"Prihatin, masih ada yang percaya hal-hal begitu. Jelas itu nggak masuk akal. Sesungguhnya kita sudah melakukan pembinaan sekaligus memberikan pemahaman. Tapi ya sulit, mereka terlanjur percaya dan meyakini," kata Ipong.
Ipong mengatakan, agar isu kiamat ini tidak semakin meluas pihaknya akan segera berkoordinasi dengan MUI dan ormas keagamaan untuk melakukan pembinaan.
"Ya kita terus mengadakan pembinaan pada masyarakat yang belum kena pengaruh ini. Nanti akan berkoordinasi dgn MUI dan ormas keagamaan untuk turun melakukan pembinaan," katanya.
Dia menambahkan, menurutnya agar isu tersebut tidak semakin berkembang di Jawa Timur, menurutnya perlu dilakukan upaya yang serius dari ormas keagamaan, MUI, Pemprov Jatim, Pemkab Malang untuk menangani pusat ajaran tersebut di Kasembon, Malang.
3. Kesaksikan Tetangga
Isu kiamat telah membuat sebanyak 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur berbondong-bondong pindah 'menyelamatkan diri' ke wilayah Kabupaten Malang.
Puluhan warga itu 'hijrah' ke Malang kareta ketakutan akan isu kiamat, dengan cara sembunyi-sembunyi dan mengelabuhi para tetangganya hingga kepala desanya.
Tidak hanya pindah, setidaknya ada empat rumah milik warga yang ikut pindah ke Kabupaten Malang tersebut telah dijual kepada orang lain.
Hal itu dibenarkan oleh Karimun, seorang warga Dusun Krajan, Desa Watu, Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo.
Baca: Bupati Ponorogo Ungkap 52 Warganya Kena Doktrin Kiamat; Pakai Kisah Nabi Nuh, Ngungsi ke Malang
Menurut Karimun, anaknya yang bernama Sumono telah membeli rumah milik pasangan suami istri Marimun dan Sriyanti, yang masih satu kerabat dengan dirinya.
Sudah sekitar seminggu ini, ia diminta menjaga rumah yang dijual kepada anaknya.
"Sudah sekitar seminggu di sini, saya juga nggak dipamiti. Katanya ikut pengajian, mondok ke Malang," kata Karimun saat ditemui di lokasi, Rabu (13/3/2019) petang.
Ketika ditanya apakah, kapan saudaranya itu akan kembali lagi, dirinya tidak mengetahui.
"Nggak tahu kapan kembalinya, ndak dikasih tahu," ucap Karimun.
Menurut Karimun, Sumono anaknya membeli rumah milik pasangan suami istri Marimun dan Sriyanti tersebut seharga Rp 20 juta.
"Dibeli Rp 20 juta," bebernya.
Hal senada dikatakan oleh pasangan suami istri, Darti (48) dan Soimin (60).
Warga RT 4/RW 01 Dusun Krajan, Desa Watu, Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo ini juga mengaku kaget, karena sejumlah tetangganya tiba-tiba pergi tanpa berpamitan.
Dia menyebut, setidaknya ada tiga tetangganya yang pergi.
Mereka adalah, pasangan suami istri, Marimun dan Sryiani, lalu Marni dan Winarsih, dan pasangan Nyaman dan Eldiana.
"Ketiga pasangan suami istri tersebut juga mengajak masing-masing anak mereka, saat pergi," terang Darti, diamini Soimin.
Menurut keduanya, mereka sudah pergi sekitar satu minggu lalu.
"Nggak tahu ke mana, tiba-tiba menghilang. Saya juga kaget, wong sehari-hari biasanya cari rumput sama saya," ucap Darti.
Darti mengatakan, tetangganya yang berangkat ke Malang memang mengikuti pengajian yang dipimpin Katimun, seorang warga di desanya.
"Setiap malam Rabu dan malam Sabtu biasanya mereka ikut pengajian tersebut," bebernya.
4. Kata Kepala Desa
Sementara itu, Kepala Desa Watu Bonang, Bowo Susetyo, membenarkan, bahwa ada sekitar 16 KK di dua dusun, yakni Dusun Krajan dan Dusun Gulun yang pindah ke Kabupaten Malang untuk mengikuti pengajian.
"Yang ikut 16 KK, 14 KK di Dusun Krajan dan 2 KK di Dusun Gulun," katanya.
Bowo Susetyo juga membenarkan, bahwa ada empat rumah milik warganya yang berangkat ke Malang yang dijual, dengan harga sekita Rp 20 juta.
"Rata-rata dijual 20 juta, untungnya yang beli tetangga atau saudaranya sendiri," jelasnya.
Kata Bowo Susetyo, sebanyak 52 orang warganya yang pindah ke Kabupaten Malang karena isu kiamat itu pergi secara sembunyi-sembunyi.
Saat pindah, mereka, kata Bowo, juga tidak mengurus administrasi surat pindah di kantor desa dan sekolah.
"Keberangkatan warga itu disembunyikan. Ada sesuatu yang disembunyikan," ungkapnya.
Baca: Viral Isu Kiamat, 52 Warga Ponorogo Jual Semua Barang Berharga & Serentak Ikut Kiai Pindah ke Malang
Bahkan, Bowo Susetyo juga mengatakan, bahwa ada satu warga yang berencana akan pindah.
Saat ditanya mengaku tidak akan berangkat. Tapi pada malam harinya, mereka berangkat ke Malang secara sembunyi-sembunyi.
"Dari 53 warga desa saya yang pindah ke Malang tersebut, 10 di antaranya masih SD dan dua di antaranya masih berstatus pelajar SMP," tegas Bowo Susetyo.
(Tribunnews.com/Daryono)