Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Survei Terbaru Litbang Kompas, Penyebab Elektabilitas Jokowi-Amin Turun hingga Respon Sandiaga

Hasil survei terbaru Litbang Kompas menempatkan elektabilitas pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Maruf Amin

Penulis: Daryono
Editor: Fathul Amanah
zoom-in Hasil Survei Terbaru Litbang Kompas, Penyebab Elektabilitas Jokowi-Amin Turun hingga Respon Sandiaga
Kolase TribunJakarta.com/Instagram Joko Widodo/Kompas TV
Hasil Survei Terbaru Litbang Kompas, selisih Joko Widodo (Jokowi) - Prabowo Subianto menyempit 

TRIBUNNEWS.COM - Hasil survei terbaru Litbang Kompas menempatkan elektabilitas pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin di angka 49,2 persen.

Sedangkan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berdasarkan hasil survei Litbang Kompas berada di angka 37,4 persen.

Sisanya, yakni 13,4 responden Survei Litbang Kompas menyatakan rahasia.

Mengutip Kompas.com, survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak melalui pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error +/- 2,2 persen.

Baca: Tanggapi Survei Kompas, Fadli Zon: Kalau Petahana Sudah Di Bawah 50 Persen Artinya Kalah

Survei Litbang Kompas itu dilakukan pada 22 Februari hingga 5 Maret 2019. 

Hasil survei kedua paslon yang menunjukkan jarak elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dengan Prabowo-Sandi semakin menyempit, 11,8 persen.
Hasil survei kedua paslon yang menunjukkan jarak elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dengan Prabowo-Sandi semakin menyempit, 11,8 persen. (Litbang Kompas)

Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas itu, elektabilitas Prabowo-Sandi naik 4,7 persen dalam enam bulan, dari 32,7 persen pada Oktober 2018 menjadi 37,4 persen pada survei kali ini.

Sebaliknya, elektabilitas rivalnyal Jokowi-Amin turun 3,4 persen, dari 52,6 persen pada Oktober 2018 menjadi 49,2 persen.

Berita Rekomendasi

Selisih suara di antara kedua pasangan menyempit menjadi 11,8 persen.

Rabu (20/3/2019), berikut Tribunnews.com merangkum fakta dan tanggapan atas hasil survei terbaru terbaru Litbang Kompas:

1. Penyebab Elektablitas Jokowi-Amin Turun

Peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan, menyebutkan, penurunan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf bisa disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah perubahan pandangan atas kinerja pemerintahan.

Penurunan kepuasan masyarakat ini terjadi terhadap kinerja bidang politik-keamanan, hukum, dan sosial.

Baca: TKN: Survei Kompas soal Ekstrapolasi Elektabilitas, Jokowi Sudah Melebihi 2014

"Karena itu, meski tingkat kepuasan masyarakat berada di angka cukup tinggi, yakni 58,8 persen menyatakan puas, angka itu turun signifikan dibanding tahun lalu yang mencapai 72,2 persen," kata Bambang seperti dikutip dari harian Kompas, Rabu (20/3/2019).

Capres Jokowi dan Cawapres Maruf Amin bertemu di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (12/3/2019) malam.
Capres Jokowi dan Cawapres Maruf Amin bertemu di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (12/3/2019) malam. (Istimewa)

Penurunan elektabilitas Jokowi-Amin juga terjadi karena perubahan dukungan di sejumlah aspek demografis enam bulan terakhir.

Dari segi usia, perpindahan pilihan terjadi pada generasi tua (53-71 tahun) dan generasi milenial matang (31-40 tahun).

Generasi tua atau generasi baby boomers sebelumnya 58,1 persen mendukung Jokowi-Amin, tetapi kini turun menjadi 48,9 persen.

Pada generasi milenial matang, elektabilitas turun 9,1 persen.

"Proporsi kedua generasi itu 48 persen dari total pemilih Jokowi-Amin sehingga cukup memengaruhi elektabilitas," ujarnya.

Selain itu, ada gejala sedikit beralihnya pendukung Jokowi-Amin ke Prabowo-Sandi, terutama pada kelompok berpendidikan menengah dan tinggi.

Pemilih berpendidikan rendah yang menjadi basis terbesar Jokowi-Amin juga berkurang, selain tersedot ke Prabowo-Sandi, juga terdorong menjadi responden yang menjawab rahasia.

Bertambahnya pemilih ragu, terutama di masyarakat kelas bawah, juga dinilai berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas Jokowi-Amin.

Jika enam bulan lalu masyarakat yang belum menentukan sikap di kelas bawah 14,4 persen, saat ini menjadi 15,6 persen.

"Kelompok ini perlu diyakinkan oleh pasangan Jokowi-Amin untuk mempertahankan suara," tulis Bambang.

Baca: Soal Survei Litbang Kompas, TKN Optimis Jokowi - Maruf Amin Akan Menangi Pilpres 2019

Pasangan Jokowi-Amin juga menghadapi persoalan militansi pendukung yang sejauh ini lebih lemah dibandingkan pendukung Prabowo-Sandi.

Misalnya, 40,8 persen pendukung Prabowo-Sandi menyatakan menyebarkan hal-hal positif terkait pasangan calon pilihannya kepada orang lain.

Sementara hanya 35,5 persen pendukung Jokowi-Amin yang melakukan hal serupa.

Demikian pula dalam mengikuti kampanye capres-cawapres pilihan.

Hal ini dilakukan 21,7 persen pendukung Prabowo-Sandi dan 15 persen pendukung Jokowi-Amin.

"Militansi yang cukup tinggi pendukung Prabowo-Sandi tampak berpengaruh secara geografis pada melebarnya dukungan bagi pasangan itu," kata Bambang.

2.. Penyebab Elektabilitas Prabowo-Sandi naik

Peneliti Litbang Kompas, Bestian Nainggolan, mengungkapkan, setidaknya ada tiga indikasi yang menopang besaran dukungan ke Prabowo-Sandi.

Pertama, jika sebelumnya pendukung Prabowo-Sandiaga cenderung bertumpu pada kalangan menengah ke atas, pada survei kali ini penguasaan kalangan menengah atas itu semakin solid.

Prabowo-Sandiaga tidak hanya berhasil menjaga basis pendukung kalangan menengah ke atas, tetapi juga memperluas kuantitas dukungan dari karakteristik kelompok itu.

"Di sisi kategori pendidikan responden, misalnya, mereka yang berpendidikan menengah ke atas tampak semakin bertumpu pada Prabowo-Sandi. Saat ini, proporsi terbesar dari kalangan berpendidikan tinggi (46,1 persen) memilih Prabowo-Sandi. Pada survei sebelumnya, hanya 38,4 persen," ulas Bestian, seperti dikutip dari harian Kompas, Rabu (20/3/2019).

Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto (kiri) bersama Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno (kanan)  memberikan keterangan kepada wartawan di Kediaman Prabowo Subianto, Jakarta, Jumat (7/9/2018). Dalam keterangan persnya Prabowo-Sandi beserta koalisi partai pengusung mengkritisi kondisi perekonomian bangsa pasca melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto (kiri) bersama Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan di Kediaman Prabowo Subianto, Jakarta, Jumat (7/9/2018). Dalam keterangan persnya Prabowo-Sandi beserta koalisi partai pengusung mengkritisi kondisi perekonomian bangsa pasca melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Kondisi demikian paralel dengan kategori sosial ekonomi responden.

Pada survei sebelumnya 34,5 persen responden berkategori sosial ekonomi menengah memilih Prabowo-Sandi, tetapi kali ini menjadi 40,5 persen.

Di kalangan atas, dari sebelumnya 32,6 persen menjadi 41,9 persen.

"Kedua, sekalipun tidak terlalu masif, perluasan dukungan terhadap Prabowo-Sandi juga tampak di kategori responden lapis bawah sosial ekonomi. Di kalangan ini, mereka mampu meningkatkan dukungan dari 28,9 persen menjadi 32,5 persen," tulis Bestian.

Ketiga, perluasan dukungan terhadap Prabowo-Sandi juga ditopang oleh loyalitas dan agresivitas para pendukungnya.

Pemilih Gerindra, PKS, Demokrat, dan PAN semakin loyal dan terfokus pada Prabowo-Sandi.

Di antara keempat partai itu, hanya PAN yang terkecil.

Sebanyak 63,2 persen pemilih PAN memilih Prabowo-Sandi.

Baca: Survei Elektabilitas Jokowi Menurun, Timses Bantah Tidak Maksimal, Bamsoet Optimis Naik Lagi

Namun, proporsi itu masih relatif lebih besar dibandingkan dengan besaran loyalitas dukungan para pemilih partai pesaingnya.

Hasil survei juga menunjukkan, pendukung Prabowo-Sandi lebih aktif dan militan.

Ekspresi dukungan pemilih pasangan ini tak hanya ditunjukkan dengan sekadar mengikuti pemberitaan terkait pasangan dukungannya.

Mereka juga lebih banyak bereaksi dalam membela sosok pilihan mereka jika terdapat informasi yang dipandang merugikan.

"Bahkan, dari sisi pengorbanan materi, para pemilih Prabowo-Sandi lebih banyak yang menyatakan siap memberikan sumbangan," tulis Bestian.

3. Respons Sandiaga

Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mengaku bersyukur dengan hasil survei elektabilitas pasangan Capres-cawapres yang dilakukan Litbang Kompas.

Menurut Sandiaga Uno, selisih elektabilitas anatara pasangan calon Jokowi - Maruf Amin dengan dia dan pasangannya, Prabowo sebesar 11,8 persen, tidak jauh berbeda dengan survei internal.

"Alhamdullilah kita mendapati ada kesamaan dari hasil kompas dan daya yang kita temukan dari 2,5 bulan yang lalu," kata Sandiaga Uno di Kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, Rabu, (20/3/2019).

8 Janji Sandiaga Uno yang Dilontarkan di Debat Ketiga, akan Hapus Sistem Ujian Nasional
8 Janji Sandiaga Uno yang Dilontarkan di Debat Ketiga, akan Hapus Sistem Ujian Nasional (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Survei tersebut menurut Sandiaga Uno membuktikan kerja keras kampanye dalam beberapa bulan terkahir membuahkan hasil, karena lektabilitas petahana dan penantang terus menipis.

"Jadi ini satu afirmasi bahwa konsep kita bisa diterima tapi masih harus kerja keras. Saya ingatkan relawan tinggal praktis 25 hari lagi, dan di 21 hari terakhir di 24 maret akan sprint. Angka kita terus mengejar," kata Sandiaga Uno.

Sandiaga Uno yakin dengan program serta visi-misi yang diusung, elektabilitas Prabowo - Sandiaga Uno akan melampai Jokowi -Maruf AMin pada pemungutan suara 17 April mendatang.

Terutama program perbaikan ekonomi yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

"Dengan program yang solutif ekonomi lapangan kerja. Lapangan kerja itu dikerjakan dengan peluang, OK OCE memberikan peluang. 2 juta lapangan pekerjaan dihasilkan oleh pengusaha baru dalam 5 tahun kedepan. Untuk anak anak muda rumah siap kerja 2 juta pengangguran anak muda dikurangi dengan sistem yang lebih baik," tutur Sandiaga Uno.

4. Tanggapan TKN

Sekretaris Tim Kampanye Nasional ( TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, berpendapat, hasil survei terbaru Litbang Kompas memperlihatkan elektabilitas dua pasang capres cawapres yang bertanding pada Pemilu 2019 sudah dalam tahap maksimum.

"Perkiraan hasil (ekstrapolasi) mencapai 56,8 persen bagi Jokowi-Ma'ruf dibandingkan Prabowo-Sandiaga 43,2 persen, adalah gambaran pematangan maksimum pendukung die hard masing-masing pasangan calon," ujar Hasto dalam siaran pers, Rabu (20/3/2019).

Tinggal seluruh elemen pendukung Jokowi-Ma'ruf, baik partai politik koalisi, relawan dan ormas, kini semakin memperkuat kerja teritorial demi mempertebal selisih kemenangan.

Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto di sela-sela Safari Kebangsaan X di Blangpidie, Aceh Barat Daya, Kamis (7/3/2019).
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto di sela-sela Safari Kebangsaan X di Blangpidie, Aceh Barat Daya, Kamis (7/3/2019). (Fransiskus Adhiyuda)

Oleh karena itu, memanfaatkan sisa masa kampanye, keunggulan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dalam survei harus diikuti juga dengan konsolidasi masif dan multidimensi.

Konsolidasi ini berorientasi pada kesatuan gerak dan langkah di lapangan.

"Apapun, pemilu hanya alat untuk mencari pemimpin. Seluruh partai politik pendukung Pak Jokowi akan mengedepankan langkah rekonsiliasi akibat ketegangan politik selama pemilu berlangsung," kata Hasto.

5. Jokowi-Amin Unggul di Jawa, Prabowo-Sandi Unggul di Sumatera

Hasil survei Litbang Kompas, 22 Februari-5 Maret 2019, menunjukkan, terjadi pergeseran dukungan yang menggambarkan tren elektabilitas kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin secara keseluruhan masih unggul di Pulau Jawa, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di Pulau Sumatera.

Di Pulau Jawa, Jokowi-Ma'ruf unggul di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta Jawa Timur.

Baca: Survei ASI: Tokoh Milenial NU dan Muhammadiyah Dinilai Layak Jadi Menteri

Adapun Prabowo-Sandi unggul di Jakarta serta Jawa Barat dan Banten.

Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 61,6 persen, sementara Prabowo-Sandi 18,4 persen.

Di Jawa Timur, elektabilitas pasangan Jokowi-Amin 57,1 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 27,8 persen.

Keunggulan Prabowo-Sandi di Pulau Jawa ada di Jawa Barat dan Banten, yakni 47,7 persen, sementara di wilayah ini pasangan Jokowi-Amin hanya 42,1 persen.

Keunggulan Prabowo-Sandi juga terjadi di Jakarta sebesar 47,5 persen dibandingkan Jokowi-Amin yang hanya 36,3 persen.

(Tribunnews.com/Daryono)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas