Ramon Y Tungka Rasakan Ruang Kelas Ekonomi Bak Kapal Pesiar
Minggu 13 Januari 2013 tak akan terlupakan bagi Ramon Y Tungka bersama tim 100 Hari Keliling Indoesia Kompas TV.
Editor: Anita K Wardhani
WOW... Petualangan tiga bulan lebih 10 hari. Itulah salah program terbaru stasiun televisi Kompas TV. Perjalanan menyusuri pelosok Indonesia selama 100 hari nonstop yang dikemas dengan program titel 100 Hari Keliling Indonesia. Bintang film dan presenter Ramon Y Tungka selaku pemandu program bersama tim produksi Kompas TV melaporkannya catatan harian untuk pembaca Tribunnews.com. Berikut catatannya.
TRIBUNNEWS.COM - Minggu 13 Januari 2013 tak akan terlupakan bagi tim 100 Hari Keliling Indoesia Kompas TV. Dalam kelabunya langit Jakarta, rintik gerimis, dan heboh isu akan terjadi banjir besar, Ramon Y Tungka pemandu program bersiap meninggalkan kota ini bersama tim Kompas Tv. Bagaimana kisahnya? Yuk ikuti penuturan Ramon Y Tungka berikut ini.
Ramon pergi bukan sehari, seminggu atau 30 hari, tapi 100 hari. Perjalanan sekaligus tantangan untuk berkeliling Indonesia dalam waktu 100 hari dengan kendaraan umum melalui jalur darat, sungai dan laut. Kompas tv memang biangnya kalau soal petualangan tidak biasa seperti ini.
Bersama tim dari Kompas tv perjalanan darat menuju pelabuhan Merak dimulai dari Stasiun Tanah Abang. Kami memilih kereta api karena kondisi jalur darat arah merak masih belum lancar. Bus-bus jurusan Merak atau Lampung masih belum terlalu yakin bisa melewati jalur tersebut.
Kereta api Kalimaya yang akan membawa kami menuju Merak terlambat berangkat. Kereta yang dijadwalkan berangkat pada pukul 9.35 WIB, ternyata baru berangkat pukul 10.30 WIB. Walau agak khawatir dengan mepetnya jadwal penyeberangan, dalam hati saya juga merasa senang. Karena saya nambah waktu untuk perpisahan dengan keluarga saya yang ikut mengantar ke stasiun.
Perjalanan dengan kereta sangat menyenang dan lancar. Pemandangannya beragam, dari rumah kumuh di sepanjang rel Jakarta sampai sawah dan lembah di Banten. Ini adalah pertama kalinya saya berkereta api ke Merak.
Sampai di Merak perjalanan dilanjutkan dengan menumpangkapal feri. Karena lokasi membeli tiket agak jauh dengan stasiun dan kami belum pernah menempuh cara ini maka kami sempat kesasar. Bukannya mengarah ke lokasi loket kami justru menjauhinya. Walhasil kami harus berlari-lari berbalik arah. Sempat agak panik karena kami mendapat informasi kapal akan berangkat setengah jam lagi.
Akhirnya kami bisa naik ke kapal, dan girang bukan kepalang karena ngos-ngosan yang kami rasakan terbalas setimpal. Bahkan ruangan kelas ekonomi pilihan kami terasa seperti ruang di kapal pesiar. Berlebihan ya..hahahahah
Nah, saran saya kalau berniat menggunakan jalur yang sama dengan saya, pastikan dulu dimana letak loketnya dan dimana dermaganya. Begitu juga dengan jadwal keberangkatan kapal.
Walau belakangan kondisi cuaca memburuk, bahkan beberapa hari lalu penyeberangan sempat di hentikan, tidak dengan hari ini. Kapal kami mengarungi samudera dengan lancer. Hujan yang mengguyur sesekali atau gelombang yang kadang menandak tidak terlalu mempengaruhi penyeberangan kami.
Saya tiba di Bakauheni pada pukul 18.00 WIB. Setelah makan dan sholat, saya melanjutkan perjalanan ke Bandar Lampung dengan bus umum. Sampaidi Terminal Rajabasa pukul 10 malam. Terus saya lanjut dengan naik ojek untuk mencari penginapan. Dapat di jalan Raden Intan dengan harga Rp 200 ribu permalam. Lumayan banget.
Nah sekarang saya mau mengkalkulasi pengeluaran saya selama perjalanan ini. Untuk kereta api dari Tanah Abang-Merak adalah sebesar Rp 30.000 per orang, tiket kapal feri Merak-Bakauheni kelas ekonomi sebesar Rp 11.000, bus umum dari Bakauheni-Rajabasa sebesar Rp 25.000, dan ojek sebesar Rp 15.000. ??Berarti, saya hanya menghabiskan uang sebesar Rp 81.000 untuk transportasi dari Tanah Abang, Jakarta ke sebuah hotel melati di Bandar Lampung dan memakan waktu kurang lebih 12 jam perjalanan.