Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

KPI: Variety Show Duo Pedang, Late Night Show, dan Pesbuker, Tak Berkualitas

Duo Pedang, Late Night Show, dan Pesbuker diumumkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai variety show yang paling tak berkualitas.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in KPI: Variety Show  Duo Pedang, Late Night Show, dan Pesbuker, Tak Berkualitas
IST

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duo Pedang, Late Night Show, dan Pesbuker diumumkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai variety show yang paling tak berkualitas.

Hal itu berdasarkan hasil survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi untuk kategori berita, sinetron, dan variety show yang dilakukan oleh KPI.

Endah Murwani, Ketua Bidang Penelitian Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), yang digandeng oleh KPI untuk survei itu, menerangkan, menurut penilaian para responden, variety show yang tidak berkualitas adalah Late Night Show (TransTV) dengan indeks 2,33; Duo Pedang (GlobalTV) 2,40; dan Pesbukers (ANTV) 2,47.

"Angka-angka ini masih di bawah standar kualitas yang ditetapkan KPI, yaitu di angka 4,00," kata Endah dalam jumpa pers "Hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi: Segmen Program Khusus" di Gedung KPI Pusat, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2015).

Ia menambahkan, para responden memberi nilai paling rendah untuk ketiga program tersebut dalam hal "Membentuk watak, identitas, dan jati diri bangsa Indonesia yang bertakwa dan beriman".

Nilai masing-masing, 1,75 untuk Late Night Show; 1,77 untuk Duo Pedang, dan 1,92 untuk Pesbuker.

"Penilaian yang rendah juga diberikan kepada Late Night Show untuk indikator non-seksual," sambungnya.

Berita Rekomendasi

Menurut Endah pula, ketiga variety show tersebut dipilih dengan pertimbangan paling banyak diadukan oleh masyarakat karena dianggap, antara lain, tidak mendidik, merendahkan orang atau kelompok, dan menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma.

Survei yang dilakukan dalam jangka waktu Maret hingga April 2015 tersebut menggunakan metode penelitian peer view assessment yang dirancang secara panel (longitudinal), dengan menyertakan responden yang sama dari satu waktu.

Jumlah sampelnya 45 program dari 9.000 program siaran di 15 stasiun televisi.

Sampelnya ditarik dengan teknik multistage random sampling dan margin error 13,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Jumlah respondennya 810 orang di sembilan kota di Indonesia.

Syarat pendidikannya minimal SMA. Profesinya yaitu ibu rumah tangga, pendidik, aktivis, mahasiswa, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat dan masyarakat, birokrat, wartawan, karyawan, TNI/Polri, serta wakil rakyat.

Sinetron 

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengumumkan tiga sinetron yang dianggap tidak berkualitas melalui penilaian hasil survei indeks kualitas program acara televisi, di Kantor KPI Pusat Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2015) siang.

Ketua KPI Pusat Judhariksawan mengatakan, kategori sinetron dipilih dengan atas pertimbangan banyaknya aduan dari masyarakat.

Data pengaduan yang masuk ke KPI menujukkah sinetron 7 Manusia Harimau dan Mak Ijah Pengen ke Mekah paling banyak mendapat pengaduan, yaitu 121 dan 73 pengaduan.

"Berbagai aspek tersebut dititikberatkan dalam survei ini adalah mengenai relavansi cerita, pembentukan watak dan jatidiri bangsa, penghormatan keberagaman, norma sosial, non kekerasan, dan seksual," ujar Judha.

Secara puposive dipilih program sinetron, Mak Ijah Pengen ke Mekah (SCTV), 7 Manusia Harimau (RCTI), dan Sinema Pintu Tobat (Indonesiar).

Mak Ijah Pengen ke Mekah mendapat penilaian oleh KPI mengenai relavansi cerita 2,65 disusul 7 Manusia harimau, 2,02. Dan Sinema Pintu Toba 2,89.

Dalam indeks pembentukan watak, identitas dan jatidiri bangsa indonesia yang bertakwa dan beriman, sinetron Mak Ijah Pengen ke Mekah 2,65, 7 Manusia harimau 1,85, dan Sinema Pintu Tobat 2,89.

Dalam inddeks menghormati keberagaman, Mak Ijah Pengen ke Mekah 3,06, 7 Manusia Harimau 2,33, dan 2,82 untuk Sinema Pintu Tobat.

Dalam indeks menghormati nilai dan norma sosial di masyarakat, Mak Ijah Pengen ke Mekah mendapat penilaian 3,04, 7 Manusia Harimau 2,35, dan Sinema Pintu Tobat 2,79.

Dalam indeks tidak bermuatan kekerasan, Mak Ijah Pengen ke Mekah 2,97, 7 Manusia Harimau 1,92, dan Sinema Pintu Tobat 2,85.

Dalam indeks tidak bermuatan seksual, Mak Ijah Pengen ke Mekah 3,62, 7 Manusia Harimau 2,98, dan Sinema Pintu Tobat 3,22.

Dalam indeks tidak bermuatan mistik, horor, dan supranatural, Mak Ijah Pengen ke Mekah 2,79, 7 Manusia Harimau 1,82, dan Sinema Pintu Tobat 3,16.

Dalam indeks menghormati orang dan kelompok tertentu, Mak Ijah Pengen ke Mekah 2,91, 7 Manusia Harimau 2,36, dan Sinema Pintu Tobat 2,85.

Sehingga demikian, Mak Ijah Pengen ke Mekah mendapat penilaian total indeks secara keseluruhan 2,97, 7 Manusia Harimau 2,20, dan Sinema Pintu Tobat 2,90.

Disebutkan, hasil penelitian menujukkan bahwa 3 program sinetron yang dipilih. Dalam survei ini, dinilai tidak berkualitas. Indeks 3 program sinetron jauh di bawah standar yang ditetapkan KPI, terutama sinetron 7 Manusia Harimau dengan indeks 2.20.

Dia menambahkan, bila dicermari dari indikator-indikator penilaian, terlihat sinetron 7 Mansuia Harimau dinilai rendah karena sinetron tersebut tidak membentuk jatidiri dan watak bangsa yang beriman, bermuatan mistik, horor, dan kekerasan.


Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas