The Intern, Penonton Berkaca-kaca di Beberapa Adegan
Ia mencoba melamar dan dirinya pun diterima sebagai pemagang usia senja.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film drama komedi The Intern berkisah tentang duda berumur 70 tahun dan pensiunan dari salah satu perusahaan pembuat buku telepon di Brooklyn, AS, Ben Whittaker (Robert De Niro).
Ia terbiasa menjalani kehidupan dengan rutinitas tai chi, berbelanja, ke kedai kopi setiap pagi, dan mengunjungi anak dan cucunya.
Hingga suatu hari, rutinitas Ben berubah setelah ia membaca selebaran lowongan magang khusus para lanjut usia di sebuah perusahaan mode berbasis online.
Ia mencoba melamar dan dirinya pun diterima sebagai pemagang usia senja.
Hanya saja, pengalamannya bekerja selama 40 tahun, ternyata tak lantas membuat semuanya menjadi mudah.
Ben harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi juga situasi kerja yang santai namun beritme cepat. Sangat berbeda dengan generasinya.
Belum lagi, Ben ditugaskan membantu pekerjaan sang pendiri sekaligus CEO AboutToFit.com, wanita muda yang cerdas dan gesit, Jules Ostin (Anne Hathaway).
Ironisnya, Si Bos Besar ini justru menganggap Ben sebagai 'penganggu'. Maka dimulailah hari-hari Ben sebagai staf magang lanjut usia di antara 200 lebih karyawan berusia muda.
Sebagai film bergenre drama komedi, penyuguhan humor dalam The Intern garapan sutradara Nancy Meyers ini terbilang cerdas.
De Niro dan Hathaway juga pemain lainnya tak perlu bertingkah konyol untuk bisa mengundang tawa penonton sepanjang film. Mereka hanya tinggal mengucapkan dialog dengan benar dan berakting sebaik mungkin.
Bukan hanya tawa, film berdurasi 121 menit ini pun sukses membuat mata penonton berkaca-kaca di beberapa adegan. Bahkan mungkin tertawa dan terharu di saat yang bersamaan.
Dari segi cerita, sang sutradara sekaligus penulis naskah mencoba menuturkan konsep berbeda tentang celah antar generasi tua dan muda di dunia kerja lewat akting yang apik dari Hathaway dan De Niro.
Nancy juga seolah ingin mengingatkan kepada generasi muda yang disebut millenials agar tak meremehkan generasi tua dengan budaya-budaya lamanya yang nyaris terlupakan dan dianggap kuno.(*)