Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Soal Penggusuran Kampung Luar Batang, Ini Ucapan Ahok yang Bikin Prihatin Musisi Dwiki Darmawan

"Ya, kalau mau nyari manusia purba di situ ya enggak ada. Memang manusia kan berkembang, berpindah-pindah."

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Soal Penggusuran Kampung Luar Batang, Ini Ucapan Ahok yang Bikin Prihatin Musisi Dwiki Darmawan
KOMPAS IMAGES
Dwiki Darmawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA— Pemain keyboard dan piano, pencipta lagu, serta produser musik, Dwiki Dharmawan (49), mengaku prihatin akan pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tentang sejarah permukiman di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara.

"Saya sekarang sangat prihatin ketika Gubernur Ahok bilang bahwa, 'Oh saya menggusur Kampung Luar Batang itu, saya sudah melakukan penelitian arkeologi bahwa dulunya tidak ada manusia dari Bugis, dari Madura di situ'," ujar Dwiki dalam jumpa pers Jazzphoria di Motion Blue, Hotel Fairmont, Jakarta Selatan, Selasa (10/5/2016) malam.

"Ya, kalau mau nyari manusia purba di situ ya enggak ada. Memang manusia kan berkembang, berpindah-pindah," tambahnya.

Dwiki mengatakan hal itu karena masalah orang-orang yang tergusur dari Kampung Luar Batang merupakan persoalan sosial yang menjadi salah satu perhatian bandnya, Krakatau.

Lagu-lagu Krakatau, terang Dwiki, kini dan ke depan akan sarat dengan tema sosial dan lingkungan. Penggusuran permukiman warga Luar Batang salah satu contoh yang bisa menjadi inspirasi karya musik mereka.

"Seperti biasa, Krakatau itu kalau menyentuh tidak terlalu langsung. Mungkin Krakatau kalau bikin lagu tentang itu judulnya tidak akan 'Nelayan Luar Batang', dibikin apa gitu yang menyentuh nasib kaum yang tergusur seperti itu," ucapnya.

Suami vokalis Ita Purnamasari ini menyebut bahwa album terbaru Krakatau nantinya lebih dewasa serta sarat akan isu sosial dan lingkungan.

Berita Rekomendasi

"Bicara human interest, alam, cinta, jadi memang lebih mature. Dulu itu kami masih ABG. Lagu temanya imajinasi, bercita-cita. Eranya gitu. Sekarang udah punya anak gede. Kami lebih banyak memperhatikan humaniora, alam, dan spirit positif," terangnya.

Diberitakan sebelumnya, Ahok mengadakan pertemuan dengan Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia (UI) Mundarjito di Balai Kota pada Selasa (10/5/2016).

Dari pertemuan tersebut, Ahok mengaku telah mendapat pemaparan yang dinilainya menjadi bukti bahwa permukiman di Kampung Luar Batang dan sekitarnya baru muncul pada 1980-an, dan tak masuk dalam sejarah panjang kawasan tersebut.

Menurut Ahok, pada era pemerintah kolonial Belanda, kawasan tersebut pernah dijadikan gudang penyimpanan.

Jika ada gudang, dia yakin, Belanda tidak akan mungkin mengizinkan ada warga bermukim di sekitarnya.

"Bagaimana bisa kamu mengklaim nenek moyangmu di situ? Saya tanya kalau zaman Belanda ada gudang VOC, dia kasih enggak kamu bikin rumah di atas gudangnya? Logika saja," ujar Ahok di Balai Kota, Selasa.

Ahok juga menyinggung soal keberadaan Pasar Heksagonal di Pasar Ikan dan Akuarium di lokasi yang kini dikenal sebagai Kampung Akuarium.

Menurut Ahok, Akuarium di lokasi tersebut dibangun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 1960-an. Namun, pada 1980-an, bangunan tersebut dibongkar.

Pasca-pembongkaran itulah, diyakininya, warga mulai menduduki kawasan tersebut.

"Sampai 1980-an itu baru pindah. Berarti mereka menduduki itu tahun berapa? Di atas 1980-an. Saya punya bukti. Saya sudah kerja sama dengan arkeolog, dan kita mau lakukan restorasi," ujar Ahok.

Penulis: Andi Muttya Keteng Pangerang

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas