Isi ATM Tinggal Rp 37 Ribu Masih Dikejar Debt Collector, Kondisi Julia Perez Membuat Sedih Sahabat
Jelasnya, dia harus merelakan sebagian besar hasil jerih payahnya dulu untuk mengobati penyakit ganas menyerangnya kini.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM - Kanker serviks atau leher rahim yang diderita artis Julia Perez (36) dikabarkan telah menguras isi tabungan dan aset dimilikinya.
Hal itu lantaran mahalnya biaya pengobatan dalam bentuk operasi dan kemoterapi yang harus dilakukan dia lakukan di Singapura.
Sebagai perbandingan, di Indonesia, biaya operasi kanker serviks di RS Dharmais, Jakarta, mencapai puluhan juta rupiah.
Rinciannya, yakni operasi level 1 Rp 19.800.000, operasi level 2 Rp 30.000.000, operasi level 3 Rp 32.200.000, operasi level 4 Rp 35.500.000, operasi level 5 Rp 37.800.000, dan operasi level 6 Rp 42.800.000.
Sementara untuk biaya kemoterapi, rinciannya, yaitu taxan Rp 8.700.000, non axan Rp 16.700.000, terapi Rp 26.800.000, kombinasi Rp 41.200.000.
Julia Perez terbaring di rumah sakit saat dijenguk oleh sahabatnya.
Berapa banyak duit harus dihabiskan mantan istri pesepakbola Gaston Castano tersebut jika penanganan penyakitnya harus dilakukan berulang kali.
Jelasnya, dia harus merelakan sebagian besar hasil jerih payahnya dulu untuk mengobati penyakit ganas menyerangnya kini.
Ruben Onsu, sahabat Jupe, sapaan Julia Perez menceritakan, gara-gara banyaknya uang dihabiskan untuk berobat, isi tabungan Jupe pun memiriskan.
"Kalau ngomong nggak ada duit, ya memang dia suka nggak ada duit. Seorang Julia Perez sampai isi ATM-nya Rp 37 ribu," kata Ruben terisak sebagaimana dikutip dari sebuah tayangan infotainment.
Sejumlah sahabat pun berinisiatif meringankan beban Jupe, namun itu ditolak.
"Kemarin nomor rekeningnya gue dikirimin, tapi Jupenya nggak mau," kata Ruben melanjutkan.
Gegara isi tabungannya terkuras, Jupe pun kini harus menanggung utang akibat tunggakan cicilan mobil, apartemen, dan rumah.
Informasi dari saudaranya, tunggakan kini semakin membengkak hingga debt collector atau juru tagih mengejar Jupe.
"Dia ampe drop, apalagi ada kejadian dia ditagih debt collector," ujar Ruben.
Kenapa Jupe Kena Kanker Serviks?
Dikutip dari Wikipedia.org, kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7 persen disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim.
Di Indonesia hanya lima persen yang melakukan penapisan kanker leher rahim, sehingga 76,6 persen pasien ketika terdeteksi sudah memasuki stadium lanjut (IIIB ke atas), karena kanker leher rahim biasanya tanpa gejala apapun pada stadium awalnya.
Penapisan dapat dilakukan dengan melakukan tes pap smear dan juga Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim mengurangi insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50 persen atau lebih.
Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker leher rahim.
Perawatan termasuk operasi pada stadium awal, dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
Kanker leher rahim pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang khas, bahkan bisa tanpa gejala.
Pada stadium lanjut, gejala kanker serviks, antara lain: perdarahan post coitus, keputihan abnormal, perdarahan sesudah mati haid (menopause) serta keluar cairan abnormal (kekuning-kuningan, berbau dan bercampur darah).
Faktor Risiko
1. Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang dan memang kita tidak berdaya untuk mencegahnya.
Yang termasuk dalam faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun.
Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya terkena kanker serviks.
Tetapi hal ini tidak hanya sekedar orang yang sudah berumur saja, yang berusia muda pun bisa terkena kanker serviks.
Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan.
Akan tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya risiko kanker serviks.
Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks.
Ini tidak berarti Anda yang memiliki keluarga bebas kanker serviks dapat merasa aman dari ancaman kanker serviks.
Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda terhadap kanker serviks.
2. Faktor Kebersihan.
- Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati.
Ada dua macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal.
Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal.
Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal.
Segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak normal.
- Penyakit Menular Seksual (PMS).
PMS merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
PMS yang cukup sering dijumpai antara lain sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV.
3. Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet umum yang tidak terawat.
Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh kuman-kuman.
3. Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan sendiri, diantaranya berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda.
Berganti-ganti partner seks.
Lebih dari satu partner seks akan meningkatkan risiko penularan penyakit kelamin, termasuk virus HPV.
Memiliki banyak anak (lebih dari 5 orang).
Saat dilahirkan, janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks.
Bila Anda memutuskan untuk memiliki banyak anak, makin sering pula terjadi trauma pada serviks.
Pap smear merupakan pemeriksaan sederhana yang dapat mengenali kelainan pada serviks.
Dengan rutin melakukan papsmear, kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga memberikan hasil pengobatan semakin baik.
Dokter yang tepat dalam melakukan pap smear adalah Dokter kandungan, tetapi beberapa Laboratorium Klinikpun dapat melakukannya.(tribun timur)