Film Satria Juara Siap Diproduksi Ralia Pictures
Prihatin makin menurunnya sikap menghargai seorang anak terhadap orang tua, dan juga jiwa perjuangan anak-anak muda menyongsong masa depannya.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prihatin makin menurunnya sikap menghargai seorang anak terhadap orang tua, dan juga jiwa perjuangan anak-anak muda menyongsong masa depannya.
Membuat produser Ralia Pictures menggagas untuk memproduksi film yang mengusung jiwa pejuang penuh patriotisme sepertinya seorang Pramuka.
"Kami ingin mengedukasi anak-anak muda soal jiwa patriotisme seperti yang dipunyai Pramuka Indonesia. Tapi tidak meninggalkan sopan-santun," ujar Syamsul Arifin, pruduser Ralia Pictures usai beraudensi dengan Marbawi wakil ketua Kwarnas Pramuka di kantor kwarnas Gambir, Jakarta Pusat baru baru ini.
Agar tidak terjebak menjadi film dokumenter tentang kepramukaan, sehingga penonton enggan menyambangi gedung bioskop.
"Soal kepramukaan, jiwa pramukanya yang kami tonjolkan. Jadi nanti tidak ada tali temali di film kami, yang ada jiwa pramukanya," ujar Jito Banyu selaku sutradara yang untuk sementara judulnya Satria Juara ini.
Film yang akan mengambil lokasi syuting 80 persen di wilayah Banyumas di sekitarnya dan 20 persen ada di Belanda.
“Sekarang, film (Satria Juara) masih tahap produksi. Ini melengkapi film Pramuka yang terdahulu. Karena ini tahap awal, kita meminta masukan dari Kwarnas Gerakan Pramuka,” ujar Lisa Hendrawan Produser asli Purwokerto ini.
Sementara perwakilan Kwarcab Banyumas, Suwondogen mengaku prihatin dengan pergaulan anak-anak hari ini yang akhlaknya mulai berkurang.
“Lewat film (Satria Juara) ini, harapannya orangtua bisa mendidik anaknya menjadi berbudi pekerti luhur dan mempromosikan spirit Pramuka di tengah-tengah masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Pengurus Kwarnas Gerakan Pramuka yang hadir dalam audiensi tersebut, Wakil Ketua Kwarnas Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Kerjasama (Rembangma) Marbawi; Wakil Ketua Kwarnas Bidang Badan Usaha dan Aset Milik Gerakan Pramuka (BUMGP) Ridjal J Kotta; Andalan Nasional urusan Kominfo Luqman Hakim Arifin dan Hariqo Wibawa Satria.
Waka Bidang Rembangma, Marbawi mengapresiasi rencana pembuatan film “Satria Juara” tersebut.
“Hasil audiensi ini akan disampaikan kepada Ketua Kwarnas. Kak Adhyaksa Dault prinsipnya mengapresiasi segala karya anak bangsa untuk negerinya,” tambahnya.
“Setiap zaman ada semangat zaman. Zaman sekarang adalah berkarya. Film ini kan berjudul ‘Satria Juara’, genre juaranya ini perlu ditentukan, zero to hero seharusnya seperti apa. Hero zaman sekarang adalah ia yang punya karya yang belum ada sebelumnya,” jelas Marbawi.
Waka Bidang BUMGP, Ridjal J Kotta mengatakan, film ini ada tiga dimensi yaitu Pramuka dalam konsep, Pramuka dalam riil-nya, dan Pramuka dalam konsep budaya Banyumas.
“Sehingga dalam pemakaian simbol-simbol Pramuka mesti ikuti aturan yang ada, karena sudah ada HAKI-nya,” tuturnya.
Sementara itu, Hariqo Wibawa Satria mengatakan, masalah sosial bukan hanya soal generasi yang sibuk dengan gadgetnya dan kemiskinan, tapi juga minimnya semangat kerelawanan.
“Karena itu, bagaimana film itu bisa jadi solusi atas masalah sosial sekarang. Menanamkan spirit kerelawanan bisa lewat film ini,” kata Hariqo
“Alhamdulillah, setiap tahun ada film Pramuka. Tahun 2015 ada Hasduk Berpola, tahun 2016 Ayu Anak Titipan Surga, dan tahun 2017 ada film ini. Harapannya, film ini bisa jadi media darling dan ditonton banyak orang,” ucap Luqman Hakim Arifin.
Film Satria Juara bercerita tentang seorang Pramuka bernama “Satria.” Meskipun ekonominya serba kekurangan, dirundung banyak masalah, tapi ia tetap sabar dan pantang putus asa.
Berkat kegigihannya itulah, ia sampai berhasil meraih beasiswa kuliah di Belanda dan kembali mengabdi ke kampung halaman untuk membangun daerahnya.