Cerita di Balik Aksi Sedekah JK Rowling yang Mencapai Rp 2,1 Triliun
Semenjak itulah Rowling sering kali beramal hingga mencapai AS$160 juta (sekitar Rp2,1 triliun).
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Mungkin Anda sudah sering mendengar tentang kesuksesan cerita serial Harry Potter.
Bukan hanya kisahnya yang mendunia, JK Rowling, sang penulis juga memperoleh kemasyhuran dan kesuksesan finansial luar biasa.
Pada puncak ketenarannya di tahun 2012, nilai waralaba dari kisah tentang bocah penyihir ini dihargai sebesar AS$15 bilyun (sekitar Rp202,7 triliun).
Rowling pantas disebut sebagai penulis terkaya di dunia.
Namun di balik itu semua, ternyata hartanya juga menjadi sarana untuk beramal dan melakukan donasi kepada mereka yang membutuhkan.
Salah satu kisah tentang jiwa sosial Rowling, terkait dengan kehidupan Catie Hoch, anak perempuan asal New York, AS, yang mengidap sejenis kanker bernama neuroblastom.
Catie sangat menyukai Harry Potter sehingga ibunya yang bernama Gina Peca selalu membacakannya novel-novelnya hingga jilid ketiga.
Anak perempuan itu juga sering kali menggunakan kostum tokoh idolanya- kacamata bundar dan mantel merah – ketika harus menjalani perawatan akibat penyakitnya.
Setelah mengakhiri buku ketiga, sang ibu mulai cemas kalau-kalau anaknya tidak akan bisa bertahan mendengar lanjutan kisahnya di jilid keempat yang pada saat itu belum dirilis.
Peca akhirnya mengirimkan e-mail ke penerbit dengan catatan khusus untuk Rowling.
Ia bertanya apakah buku keempat bisa diselesaikan sambil melampirkan kisah Catie yang menyukai kisah Harry Potter. Harapannya, hal itu bisa memberi kebahagian pada hidup Catie.
Antara Catie dan Rowling kemudian terjalin hubungan melalui e-mail. Keduanya saling berbagi cerita, antara lain tentang kisah-kisah Harry Potter atau tentang dua ekor anjing golden retriever milik Catie.
Mereka terus berhubungan, sampai akhirnya Peca memberitahu Rowling kalau putrinya sudah tidak bisa lagi menggunakan komputer akibat kondisinya yang semakin parah.
Mengetahui kondisi sahabatnya, Rowling akhirnya menelepon Catie untuk menceritakan isi buku keempat yang akan diberi judul Goblet of Fire.
Melalui pengeras suara, Catie mendengarkan penuturan itu langsung di rumahnya di New York bersama seluruh keluarganya.
Catie tentu bahagia. Ibunya menggambarkan, wajah putrinya itu bercahaya.
Sebenarnya Rowling saat itu sudah berencana melakukan tur buku di AS sekaligus bertemu dengan Catie, namun takdir berkata lain.
Gadis 9 tahun itu harus mengembuskan napas terakhir pada 18 Mei 2000.
Sebelum Natal tahun 2002, Peca sebagai ibu Catie mendapatkan cek sebesar AS$100.000 (Rp1,3 miliar) dari Rowling untuk penggalangan dana yang dibuatnya atas nama anak perempuan yang harus bertarung dengan kanker.
Akhirnya Catie Hoch Foundation dibuat atas namanya.
Pada 2004 Rowling kembali memberi donasi sebesar AS$350.000 (Rp4,7 miliar).
Semenjak itulah Rowling sering kali beramal hingga mencapai AS$160 juta (sekitar Rp2,1 triliun).
Bukan hanya kepada kanker, kepedulian Rowling menyangkut panti asuhan melalui organisasi Lumos serta berbagai isu lainnya seperti Dyslexia Action, Make A Child Smile Appeal, dan Multiple Sclerosis Society. Ia juga membantu anak-anak lain dengan cara berhubungan langsung.
Misalnya kepada Evanna Lynch yang berjuang melawan anoreksia melalui buku-bukunya. Bahkan akhirnya Rowling bertemu langsung dan mengajak Evanna untuk bermain di film Harry Potter.
Berbagi memang menjadi hal yang indah. Dan berbagi menjadi “sihir” yang indah di tangah Rowling. (Yoyok Prima Maulana/Intisari-Online.com)