Kicauan Pandji Pragiwaksono: Enggak Ada Komika Indonesia yang Menertawakan Agama
Ada juga netizen yang secara terang-terangan menanyakan soal kasus komika Ge dan Joshua.
Penulis: Tinwarotul Fatonah
TRIBUNNEWS.COM - Netizen dunia maya terutama Twitter banyak bertanya pada komika senior Pandji Pragiwaksono soal beberapa komika yang dituding melecehkan agama.
Kicauan-kicauan pandji menanggapi beberapa pertanyaan netizen ini muncul pada Minggu (7/1/2018) lalu.
Awalnya ada seorang netizen yang bertanya namun saat berita ini dipublikasikan kicauan netizen itu sudah tidak ada.
Hanya saja jawaban Pandji atas pertanyaan itu menyakini bahwa komika-komika yang dimaksud belakangan ini tidak bermaksud menghina atau menertawakan agama.
"Engga juga sih krn tahun2 sebelumnya bahkan dari awal stand-up meledak, biasanya saya yg dijuluki demikian. Padahal sih nggak. Saya yakin komika2 yg dimaksud belakangan ini jg ga bermaksud," tulis @pandji.
Pertanyaan-pertanyaan netizen lainnya pun bermunculan.
Mulai soal mempertanyakan materi Stand up Comedy hingga membahas komika Ge Pamungkas dan Joshua Suherman.
Saat ada yang bertanya bahwa Stand up Comedy memang mengambil topik yang sensitif dan satire.
Pandji menjawab bahwa hal itu kurang tepat.
Menurutnya secara umum komika membahas hal-hal yang meresahkannya dan hal itu bisa soal banyak hal dari kisah cinta hingga kehidupan beragama.
"Kurang tepat, intinya scr umum komika membahas hal yg meresahkannya. Yg meresahkan bisa banyak. Dari kisah cinta sampai kehidupan beragama."
Ada netizen yang menyuruh Pandji untuk mengingatkan komika lain agar tidak mengambil materi yang sensitif di masyarakat.
Jawaban Pandji soal hal tersebut lebih menjelaskan tentang komika yang juga bisa disebut sebagai seniman.
Bahkan menurutnya komika justru membawa masalah yang ada di sekitar agar masyarakat sadah hal itu memang ada.
"Komika, layaknya seniman adalah cerminan dari masyarakatnya. Karya2 mereka adalah tanda zaman. Kalau mau tau seperti apa sebuah jaman tsb, liat aja karya2 yg lahir di era itu. Mudah utk menyerang individunya padahal yg benar adalah coba ubah kondisi lingkungan & masyarakatnya."
"Sering kali, masalah tidak selesai krn selalu dihindari utk dibicarakan. Komika justru membawa masalah yg kita tahu ada di skitar kita, di angkat ke panggung seakan berkata “nih, ada ini di antara kita. Ga usah berpura2 ini tidak ada. Skrg, kita mau apa”."
Beberapa netizen juga mengungkapkan jika orang Indonesia belum siap dengan materi-materi sensitif soal agama.
Namun Pandji membantah karena beberapa materi sensitif atau tabu bahkan sudah bisa masuk televisi.
Ia mengingatkan bahwa sentimen di media sosial tidak serta merta cerminan di dunia nyata.
Pandji juga menyakini tidak ada komika Indonesia yang ingin menertawakan agama.
Komika hanya membahas manusia dan perilaku manusia saat beragama.
"Enggak juga. Perlu diingat bahwa materi2 stand-up gue tentang pemerkosaan, agama, prostitusi, edukasi sex, dll udah bisa masuk TV lho & tidak ada pertentangan yg ekstrim. Ingat; Sentimen di social media tidak serta merta cerminan di dunia nyata."
"Setau gue, ga ada komika Indonesia yg menertawakan agama. Yg selalu ada (dan ditangkap masy scr salah) adalah membahas manusia & perilakunya karena agama / atas nama agama. Manusianya yg jadi objek. Makanya kalau kamu perhatikan, manusianya yg tersinggung."
Ada juga netizen yang secara terang-terangan menanyakan soal kasus komika Ge dan Joshua.
Pandji sepakat jika keduanya itu nyinyir namun menurutnya mereka tidak menertawakan agama melainkan perilaku manusianya.
Bahkan Pandji mencontohkan perilaku individu yang secara sadar menertawakan agama lalu mengunggah di media sosial.
"Sepakat kok. Saya udah nonton video Ge & Jojo. Mrk tidak menertawakan agama. Mereka membahas perilaku manusianya. Skrg gini deh, kita pikirkan logikanya aja: Mungkinkah org dgn sadar & sengaja menertawakan agama lalu membiarkan diunggah di jejaring sosial? :))) Gila atau nekat?"
Di kicauan selanjutnya, Pandji juga menyampaikan tidak setuju jika semakin hari fenomena 'sedikit-sedikit menista agama' semakin parah.
Yang menjadi bahaya adalah penyebarannya di media sosial.
"Kurang setuju kalau dibilang “makin ke sini makin parah”. Inget kejadian polling Arswendo, Oppie Andaresta di awarding? Itu jaman dulu lho. Yg “makin” itu adalah tersebarnya. Socmed & internet menjadikan penyebaran lebih cepat & luas. Orangnya mah gitu2 aja dari dulu."
Menurut Pandji butuh kematangan untuk bisa mengolah materi sensitif jadi guyonan.
"Ini saya stuju. Saya juga lihat ada kecenderungan anak2 baru openmic 1-2x, liat seniornya bahas agama trus kepengen lakukan hal yg sama. Tapi krn tidak bijak & tidak apik dalam penulisan, jadinya sembarang & salah. Dibutuhkan kematangan utk bisa olah materi sensitif jadi tawa." (*)
VIRAL! Ditanya Warisan sama Hotman Paris, Roro Fitria: Jangan Bilang-bilang, Paling cuma Rp750 Miliar
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.