Abdee Slank Bongkar Penyebab Cerai, Pisah Ranjang Hingga Sebut-sebut Nama Tashea, Begini Curhatnya
Abdee Slank akhirnya buka suara tentang perceraiannya Setelah sekian lama bungkam. Pisah ranjang hingga dugaan orang ketiga.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Abdee Slank akhirnya buka suara tentang perceraiannya Setelah sekian lama bungkam.
Seperti telah dikabarkan sebelumnya, Abdee telah menggugat cerai istrinya, Anita Desy.
Banyak isu simpang siur penyebab perceraian musisi lawas tersebut.
Satu di antara isu tersebut adalah adanya orang ketiga dari hubungan mereka.
Wanita yang diduga orang ketiga tersebut adalah teman karir Adbee sendiri, yakni Tashe Nicole Delaney atau yang kerap disapa Feydy Lyvyr.
Bahkan Anita mengungkapkan jika Feydy yang meminta Abdee untuk menggugat cerai dirinya.
Hal tersebut baru saja diklarifikasi oleh Abdee melalui akun Instagram miliknya @abdenegara pada Senin (5/3/2018).
Baca: Elvy Sukaesih Ungkap Penyesalan Putrinya, Dhawiya Zaida Terus Menangis di Penjara
Akun ini mengunggah beberapa gambar teks yang berisi alasan jelas Abdee memilih untuk menggugat cerai istri yang sudah dinikahinya lebih dari 20 tahun tersebut.
Berikut tulisan panjang Abde dalam unggahan tersebut yang diberi caption, 'Verily with every difficulty there is relief,'.
'Ini soal gugatan perceraian saya, agar tidak ada lagi simpang siur berita yang tidak akurat. Agar tidak ada lagi orang yang tidak bersalah ikut jadi tersakiti.
Pertama-tama saya ingin sampaikan, Anita adalah seorang wanita yg baik dan ibu yg baik bagi Alanis anak kami tercinta.
Gugatan perceraian yg saya ajukan semata-mata karena perbedaan prinsip dan perbedaan pandangan hidup di antara kami berdua yang sangat mendasar dan sudah berlangsung
lama.
Bukan karena kekurangan atau kesalah Anita dan bukan pula karena tekanan atau desakan wanita lain, dalam hal ini adalah Taesha seperti yg ramai disebut dalam berbagai pemberitaan.
Gugatan perceraian yg saya ajukan bukanlah hal yg muncul tiba-tiba. Ini adalah ujung dari proses panjang ketidakharmonisan rumah tangga saya dan Anita.
Kami coba bertahan demi putri kami Lanis yang sangat kami cintai. Namun permasalahan rumah tangga yang kami alami memang sangat rumit. Akhirnya sejak sekitar tahun 2008, kami mulai tidak melakukan hubungan dna berkomunikasi seperti seharusnya suami-istri dan yang kemudian berujung pisah ranjng.
Dalam masa itu, sudah banyak upaya yang kami berdua coba lakukan demi mempertahankan rumah tangga kami. Tapi tetap tidak berhasil. Beberapa kali akhirnya terucap kata cerai.
Puncaknya pada tahun 2013, beberapa lama setelah saya divonis gagal ginjal kronik, yg menurut dokter akhibat darah tinggi yg memburuk sipicu oleh stres. Saat itu hubungan kami makin tidka harmonis. Jurang perbedaan makin melebar.
Akhirnya dengan berat hati, walaupun dalam keadaan sakit, demi kebaikan bersama saya memutuskan untuk berpisah dan memilih hidup sendiri.
Kami tetap terlihat masih rukun di mata keluarga dan teman-teman. Karena selain setiap Minggu saya berusaha menemui putri saya, setiap acara keluarga,acara teman-teman atau liburan, kami selalu berusaha hadir bersama.
Hanya putri kami dan beberapa keluarga dekat saja yang tahu keadaan sebenarnya dan kalai kami sudah pisah rumah.
Berpura pura rukun hanya demi mempertahankan status pernikahan ini, tidak membuat hubungan jadi lebnih baik.
Malah membuat suasana bathin dalam rumah tangga jadi tidak sehat karena memang tidak ada kecocokan lagi diantara kami. Memaksakan diri untuk tetap bersama hanya berubah jadi saling melukai dan otomatis berdampak buruk bagi putri kami.
Di pertengahan tahun 2016, setahun setelah saya mulai cuci darah akibat penyakit gagal ginjal yang sudah masuk stadium akhir, saya menemui Anita untuk membicarakan perceraian yang resmi secara hukum di pengadilan.
Saat itu Anita setuju dengan syarat dia yang akan melakukan gugatan. Namun pada tahun 2017 dia berubah pikiran.
Saya meyakini bahwa mempertahankanpernikahan hanya karena status, sementara hubungan dan komunikasi layaknya suami istri sudah tidak dilakukan dalam waktu yang lama, apalagi sudah pisah rumah dan beberapa kali sudah terucap kata cerai, itu adalah dosa dan hanya akan menimbulkan fitnah dan membuat kesengsaraan.
Oleh karena itu, demi kebaikan kami bersama, perceraian yang sah secara hukum adlah menjadi jalan terakhir yang harus kami tempuh.
Mengenai Tashea, dia tidak ada sangkut pautnya dengan keputusan saya dalam melakukan gugatan cerai.
Tashea wanita dengan kepribadian baik dan dari keluarga baik baik. Tidak selayaknya siapa pun merasa punya hak untuk menghujat dia dan keluarganya untuk suatu hal yang bukan kesalahannya'
Abdee diketahui telah melayangkan surat permohonan cerai ke Pengadilan Agama Selatan pada Oktober 2017. (*)
TribunJakarta.com/Siti Nurjannah Wulandari