Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Cucu Jokowi Lahir Caesar, Apa Pertimbangan Calon Ibu Saat Memutuskan Tak Lakukan Persalinan Normal?

Tidak hanya Kahiyang, operasi caesar kerap menjadi pilihan perempuan saat melahirkan. Tetapi apakah operasi caesar baik dilakukan? Apa pertimbangannya

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Cucu Jokowi Lahir Caesar, Apa Pertimbangan Calon Ibu Saat Memutuskan Tak Lakukan Persalinan Normal?
Instagram, YouTube/kolase
Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution 

TRIBUNNEWS.COM - Cucu kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi) lahir melalui proses operasi caesar.

Ya, Kahiyang Ayu tak melahirkan putri pertamanya melalui proses persalinan normal.

Dokter memutuskan istri Bobby Nasution ini harus menjalani operasi caesar.

Dokter yang menangani proses persalian Kahiyang, mengatakan persalinan cesar dipilih lantaran menyesuaikan dengan kondisi sang ibu.

"Kita menyesuaikan yang terbaik untuk Kahiyang, salah satunya itu," ujar Dr Endy Moegni RS YPK Mandiri, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (1/8/2018).

Tidak hanya Kahiyang, operasi caesar kerap menjadi pilihan perempuan saat melahirkan.

Tetapi apakah operasi caesar baik untuk dilakukan, dan merupakan pilihan yang tepat?

Berita Rekomendasi

The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan Society for Maternal Fetal Medicine (SMFM) mengungkapkan bahwa operasi sesar yang terjadi pada 1 dari 3 persalinan ternyata tidak perlu dilakukan, dan berbahaya.

“Kelahiran secara caesar bisa menyelamatkan jiwa janin, ibu, ataupun keduanya dalam kasus tertentu,” demikian bunyi pernyataan terbaru dari ACOG yang diterbitkan dalam The Green Journal.

Sebenarnya ada beberapa pedoman yang mesti didiskusikan oleh ibu hamil dan dokter untuk menentukan apakah Ibu memang harus menjalani operasi caesar atau melahirkan secara normal saja.

Ada lima hal yang bisa jadi pertimbangan Ibu:

Bayi tidak lahir-lahir

Sebanyak 34 persen dari kasus persalinan sesar dilakukan karena sang ibu tak dapat melebarkan bukaan, atau karena bayi tidak mau turun ke jalan lahir.

Pedoman kelahiran tahun 1950-an yang disebut kurva Freidman menentukan kapasitas normal untuk progres persalinan.

Persalinan bisa memakan waktu lebih lama daripada yang bisa diantisipasi dokter, namun toh tetap bisa dilakukan dengan persalinan normal.

Bayi tidak dapat menghadapi proses kelahiran dengan baik

Penelusuran denyut jantung bayi menjadi penyebab 23 persen dari kasus sesar.

Denyut jantung bayi akan naik dan turun sepanjang proses kelahirannya.

Tetapi ketika detak jantung terus dilacak di atas kertas, tim dokter akan berusaha memperbaikinya.

Lalu dokter biasanya akan menyarankan Ibu untuk dioperasi saja.

Posisi kepala bayi belum di bawah

Sebanyak 17 persen dari proses sesar terjadi saat janin mengalami malpresentasi, yaitu ketika posisi kepala bayi tidak di bawah terlebih dahulu.

Saat ini operasi sesar terjadi pada 85 persen kelahiran bayi, meskipun banyak bayi bisa diarahkan lebih dulu ke posisi yang tepat.

Mengandung bayi kembar

Tujuh persen dari operasi sesar dikarenakan ibu melahirkan bayi kembar.

Sering kali, salah satu dari bayi kembar berada dalam posisi yang salah.

Walau begitu, kelahiran normal masih tetap bisa berjalan.

Caranya dengan memotivasi pasien untuk mencoba kelahiran lewat vagina.

Bayinya terlalu besar

Ukuran bayi Ibu terlalu besar sehingga sulit jika harus dilahirkan melalui proses persalinan normal.

Memang sangat sulit menentukan berapa besar bayi menjelang persalinannya, apalagi hanya berdasarkan USG.

Selain itu dokter juga tidak bisa mengetahui secara pasti bayi sebesar apa yang bisa Ibu toleransi.

Itulah mengapa pedoman baru mengatakan, dugaan makrosomia janin bukan alasan untuk melakukan operasi sesar.

(Tribunnews.com/Yanuar/Maya Indriyani/Nakita.id)

Sumber: Nakita
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas