Masih Dipenjara, Roro Belum Bisa Wujudkan Keinginan Ibunya Dapatkan Menantu Darinya
Roro masih ingin mewujudkan harapan dan keinginan sang bunda yang terakhir. Yakni terkait jodoh atau pendamping hidup.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Artis Roro Fitria baru saja mengalami duka yang mendalam. Dia harus ekstra menguatkan diri usai ditinggal oleh sang Ibunda yakni Raden Retno Winingsih Yuliati yang meninggal pada Senin (15/10/2018) pagi.
Sang bunda meninggalkan Roro Fitria di tengah proses hukum yang menjerat dirinya yaitu terkait kasus narkoba.
Sang ibunda meninggal di RS Fatmawati Jakarta Selatan sekira pukul 06.19 Wib.
Baca: Firasat Roro Fitria Sebelum Sang Bunda Berpulang, Mimpi Gigi Bawah Copot Hingga Pelukan Terakhir
Jenazah sang bunda kemudian dikebumikan di TPU Pemda Sleman, Margodadi, Seyegan, Sleman pada Selasa (16/10/2018) siang.
Dengan kepergian sang bunda tersebut, Roro masih ingin mewujudkan harapan dan keinginan sang bunda yang terakhir. Yakni terkait jodoh atau pendamping hidup.
"Mamah berkali kali bilang, Nduk mama itu mimpi dirawuhi (didatangi) almarhum papa, terus mama jawab, mama belum mau, mama belum pengen ikut. Mama masih mau nunggoni (menunggu) Nyai Roro karena belum punya pendamping," kata Roro menirukan gaya bicara sang mamah saat mengenang hal tersebut di pemakaman bundanya, Selasa (16/10/2018) siang.
Hingga akhir hayat ibunya itu pun Roro belum bisa mewujudkan mimpi sang Mama memiliki menantu.
Keinginan tersebut ingin ia wujudkan namun tampaknya masih perlu ia tahan lantaran dirinya tengah menjalani proses meja hijau.
"Keinginan mama, saya bisa segera menikah dan diberikan jodoh yang tepat sebagai pendamping hidup," tambah Roro.
Roro Fitria pun kini hanya memiliki izin selama 1x24jam untuk menghadiri pemakaman ibundanya sebelum dirinya harus kembali ke Rutan Pondok Bambu Jakarta Selatan.
Dirinya masih harus mendekam di balik jeruji besi lantaran kasus narkoba yang menjeratnya. Rencananya Roro Fitria akan kembali melanjutkan sidang pada esok hari di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. (Tribun Jogja/ Wahyu Setiawan Nugroho)