Kisah Masa Kecil Stan Lee, Baca Novel Shakespeare Saat Usia 10 Tahun
Meninggalnya Penulis komik Marvel membuat dunia tersentak dan menyampaikan duka cita mendalam terhadap Stan Lee.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, LOS ANGELES - Meninggalnya Penulis komik Marvel, Stan Lee membuat dunia tersentak dan menyampaikan duka cita mendalam terhadap pria yang dikenal selalu melahirkan karya jenius itu.
Sedikit kisah masa kecil yang terkuak dari dirinya adalah kecintaannya pada dunia sastra.
Ya, di usianya yang masih belia saja, ia telah mengenal novel karangan William Shakespeare.
Bakat menulis dan imajinasi tingkat tingginya mungkin diperoleh sejak kecil karena pada usia 10 tahun dirinya sudah berani melahap buku karangan pujangga legenda.
Dikutip dari laman The New York Times, Selasa (13/11/2018), pria jenius tersebut dilahirkan di Manhattan, Amerika Serikat (AS) pada 28 Desember 1922 silam dan memiliki nama asli Stanley Martin Lieber.
Baca: Stan Lee Meninggal, Ini Perjalanan si Pencipta Spiderman, dari Keluarga Miskin Jadi Pendiri Marvel
Ayah dan ibunya merupakan warga asli Rumania, kemudian menjadi imigran di AS dan tinggal di kawasan Bronx.
Stan Lee mulai membaca karya Shakespeare saat usianya memasuki 10 tahun sambil terus melahap buku-buku lainnya.
Selain karya Shakespeare, ia juga gemar membaca novel karya Arthur Conan Doyle, Edgar Rice Burroughs, serta Mark Twain.
Bahkan ia juga gemar menonton film-film bajak laut Errol Flynn.
Dari hobinya tersebut, sudah terbayang bagaimana fantasinya bisa berkembang sedemikian dahsyat hingga menghasilkan komik-komik best seller.
Pria yang tutup usia pada 95 tahun itu lulus dari DeWitt Clinton High School di Bronx dan sejak awal memang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang Penulis sastra.
Namun perjalanan karir awalnya di perusahaan publikasi membuatnya menjadi penulis dalam sentuhan karya yang berbeda, hingga kemudian 'lahir' banyak tokoh komik fenomenal, beberapa diantaranya adalah Spider Man, Iron Man, Hulk.
Selamat jalan, Stan Lee !
(Tribunnews, Fitri Wulandari)
Sumber: nytimes.com