Tegar Septian, Kisah Pengamen Jalanan Jadi Penyanyi Terkenal
Perjalanan karier Tegar Septian sebagai penyanyi penuh aral. Ia tidak lahir dari keluarga berada. Dulu hidupnya jauh pas-pasan.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Perjalanan karier Tegar Septian sebagai penyanyi penuh aral. Ia tidak lahir dari keluarga berada. Dulu hidupnya jauh pas-pasan. Bahkan bisa dibilang di bawah standar sejahtera.
Masa kecilnya dihabiskan mencari uang sebagai pengamen jalanan di perempatan jalan. Tidur di bawah kolong jembatan pun jadi. Asalkan ada tempat beristirahat.
Kini, hidup Tegar Septian berubah 360 derajat. Ia jadi penyanyi profesional. Pergi-pulang Jakarta-Malaysia menghibur fans merupakan bagian rutinitasnya. Penghasilannya cukup memenuhi kebutuhan keluarga.
Namun, semua itu diawali dari aksinya sebagai pengamen cilik pada tahun 2012 yang terekam dalam sebuah video dan menjadi viral. Popularitasnya kian terangkat setelah nongol di televisi.
Baca: Tegar Septian Harus seperti Namanya
Ratna Dwisasih, ibunda Tegar Septian, tak pernah membayangkan bisa hidup layak dan berkecukupan: bisa makan tiga kali sehari, beli pakaian, dan yang terpenting orang lain menghargai keluarganya.
Itu semua berkat kerja keras anak Tegar Septian, sang buah hati. Tak heran Ratna Dwiasih mengatakan demikian. Sebab, hidupnya di masa lalu kurang beruntung.
Ratna sendiri hanya tamat SMP. Ia mencoba menyambung hidup menjadi pengamen di kereta api Jakarta-Jawa. Dari sana Ratna menemukan tambatan hatinya yang merupakan sesama pengamen. Mereka menikah dan punya anak.
Masalah ekonomi jadi kendala rumah tangganya. Bahkan tatkala dalam kondisi hamil anak pertama ia tetap harus mengamen.
Saat usia kandungannya 6 bulan, Ratna dan ibunya pergi menuju ke alun-alun di kota Pekalongan. Tujuannya untuk menonton aksi penyanyi cilik Joshua.
Baca: Penyanyi Tegar Septian Bicara Tentang Ibunya yang Tangguh
Ia berharap anak dalam kandungannya tersebut bisa seperti Joshua. Harapan itu ia ucapkan dalam hati sambil mengelus perutnya.
Tegar Septian lahir
Ratna Dwisasih melahirkan Tegar Septian pada 19 September 2001. Ia menamakan anaknya Tegar. Tentu sebagai orangtua ia berharap anaknya tegar menghadapi kerasnya kehidupan.
Maklum, hidupnya susah. Saat harus beristirahat pascamelahirkan ia sama sekali tak punya uang.
Hasil jualan kain batik orangtuanya jauh dari kata cukup. Ia terpaksa mengamen di jalanan. Tegar Septian kala itu berusia satu bulan. Aktivitas itu ia lakoni sampai Tegar berusia 6 tahun.
Tegar berhenti menemani ibunya mengamen karena harus sekolah. Namun, pendidikan dasar itu ia lakoni sampai kelas 2 Sekolah Dasar. Tegar kembali mengamen.
Baca: Tegar Septian Kenang Masa Lalunya sebagai Pengamen Jalanan
Ia tumbuh di jalanan. Terpengaruh lingkungan membuatnya jadi nakal. Merokok dan mabuk lem sudah jadi bagian dari aktivitasnya.
Tapi, suaranya makin terasah dengan seringnya berlatih dengan mengamen.
Sebuah Harapan
Suatu kali Tegar mengikuti ajang pencarian bakat di daerah Subang. Ia mendapat juara tiga. Sampai akhirnya ia mendapat kesempatan mengikuti ajang lain di Solo.
Penjurian melalui media online. Video Tegar diunggah ke YouTube. Itulah yang kemudian memuluskan langkahnya ke tingkat nasional. Bahkan meraih juara pertama.
Sejak itu, tegar Septian diliputi keberuntungan. Seorang panitia dari wilayah Subang yang melihat bakat terpendam Tegar. Yang bersangkutan kemudian membantu mendidik Tegar.
Selama 3 bulan belajar Tegar dapat menghentikan kebiasaan merokok dan mabuk lem. Kenakalannya terbendung. Ia juga rajin salat dan hidup normal seperti anak seusianya kala itu.
Karier Tegar septian kian bersinar. Ia menancapkan namanya di blantika musik Indonesia sebagai penyanyi profesional. Kini, ia bernaung di label rekaman Halo Entertainment Indonesia (HEI).
Lagu-lagunya banyak diterima oleh masyarakat. Di antaranya berjudul "Tetaplah Di Hati" yang videonya di Youtube sudah ditonton lebih dari 3,9 juta kali.
Ia juga beberapa kali kolaborasi dengan penyanyi terkenal lainnya. Misal, Andika eks vokalis Kangen Band. Mereka menyanyikan lagu berjudul "Genting".
Pencapaian itu, tak membuat Tegar lupa diri. Ia menjadikan masa lalunya sebagai sarana introspeksi yang menjadikannya tetap semangat berkarya dan selalu kerja keras.(*)