Syahrini Menikah Saat Udara Tokyo 7 Derajat Celsius, Penghangat Dalam Masjid Tak Mampu Usir Dingin
Pernikahan Syahrini dan Reino Barrack dikabarkan berlangsung pagi Rabu (27/2/2019) Ini sekitar jam 9:30 pagi waktu Jepang atau pukul 07.30 WIB.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pernikahan Syahrini dan Reino Barrack dikabarkan berlangsung pagi Rabu (27/2/2019) Ini sekitar jam 9:30 pagi waktu Jepang atau pukul 07.30 WIB.
Sumber Tribunnews.com di Masjid Camii Tokyo Jepang, tempat lokasi pernikahan Syahrini dan Reino Barrack, akad nikah dihadiri sekitar 30 orang.
Menurut sumber, terlihat dari pihak kedua keluarga dan juga dari kedutaan besar Republik Indonesia yang diwakili Duta Besar sebagai saksi.
Posisi kedua pengantin mengucap ijab kabul sama seperti saat pernikahan Maia Estianty dan Irwan Mussry tanggal 29 Oktober 2018 pagi.
Baca: Ribuan Netizen Tak Sabar Tunggu Live Streaming Pernikahan Syahrini dan Reino Barack
Pengantin pria berada di sebelah kiri dan menghadap ke pintu masuk masjid tersebut.
Pengantin dan penghulu di tengah depan.
Para keluarga duduk di karpet melingkar kanan dan kiri sampai ke bagian pintu masuk (gedung masjid bulat).
Sementara yang bertindak sebagai penghulu pasangan tersebut adalah imam besar masjid Istiqlal Prof. Dr. KH Nasarudin Umar.
Hadir pula mantan Menteri Agama Prof. Dr. H. Muhammad Quraish Shihab, M.A.
Baca: Gagal Mendekat, Siaran Langsung Akad Nikah Pernikahan Syahrini dan Reino Barack Batal
Pengantin juga tamu-tamu di Masjid terlihat kedinginan, mengingat suhu udara di Tokyo menunjukkan angka 7 derajat celcius.
Meski di dalam masjid ada penghangat tetap banyak yang kedinginan sehingga melapis tubuh dengan pakaian hangat.
Baca: Pengamanan Masjid Tempat Syahrini Akad Diperketat, Kamera Dilarang Masuk
Sejarah Masjid Camii Tokyo
Masjid di Masjid Camii di Tokyo mendadak mencuri perhatian publik tanah air. Masjid ini dikabarkan menjadi lokasi pernikahan Syahrini dan Reino Barrack.
Penyanyi bernama asli Fatimah Syahrini Zaelani ini akan mengikat janji suci dengan pria pilihannya di Masjid milik pemerintah Turki di Tokyo Jepang.
Koresponden Tribunnews.com mencoba menelusuri sejarah Masjid Camii Tokyo Jepang.
Jika selama ini beredar kabar bahwa Masjid Camii adalah juga dibangun dengan dana sebagian besar oleh orang Indonesia adalah tidak benar.
"Masjid ini dibangun sepenuhnya oleh dana bantuan pemerintah Turki sehingga jadi secantik ini, tidak ada dana besar dari orang Indonesia saat pembangunan dulu," ungkap seorang pengurus masjid tersebut kepada Tribunnews.com.
Awalnya masjid Camii dibangun bersama sekolah tanggal 12 Mei 1938 oleh imigran Bashkir dan Tatar dari Rusia yang datang ke Jepang setelah Revolusi Oktober. Pembuatan dengan arahan Abdurreshid Ibrahim, Imam pertama masjid, dan Abdülhay Kurban Ali.
Pada tahun 1986, masjid harus dihancurkan karena kerusakan struktural yang parah. Di bawah arahan dan dukungan Diyanet İşleri Başkanlığı, sebuah bangunan baru dimulai pada tahun 1998.
Arsitek untuk bangunan tersebut adalah Muharrem Hilmi Senalp. Ornamen didasarkan pada arsitektur religius Ottoman.
Sekitar 70 pengrajin Turki melakukan perincian finishing, dan sejumlah besar marmer diimpor dari Turki. Konstruksi selesai pada tahun 2000 dengan biaya sekitar 1,5 miliar yen (saat itu). Peresmian penggunaan diadakan pada tanggal 30 Juni 2000.
Tokyo Camii memiliki luas 734 meter persegi dan memiliki satu lantai basement dan tiga lantai di atas tanah dengan total luas lantai 1.477 meter persegi.
Kubah utamanya setinggi 23,25 meter dan didukung oleh enam pilar, sedangkan menara yang berdekatan tingginya 41,48 meter.