Teddy Sempat Teriak Larang Rumah Sakit Mandikan Lina karena Masih Berharap: Bunda Pernah Mati Suri
Teddy larang rumah sakit mandikan jenazah Lina lantaran pernah mati suri. Ia juga ingin orang-orang melihat kondisi ibu Rizky Febian sebelum dikafani.
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNNEWS.COM - Teddy Pardiyana, suami Lina Jubaedah, sempat melarang pihak Rumah Sakit Al-Islam Bandung untuk tidak memandingkan jenazah sang istri.
Teddy menyebut dirinya dan pihak keluarga sempat berharap Lina bisa bangun lagi lantaran ibunda Rizky Febian itu pernah mengalami mati suri.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini disampaikan Teddy dalam wawancara unggahan YouTube beepdo, Jumat (10/1/2020).
Teddy mengaku berteriak melarang pihak rumah sakit untuk memandikan jenazah sang istri dan memilih untuk memandikannya di rumah.
"Jadi dulu kan memang saya teriak enggak dimandikan dulu, makanya saya bawa ke rumah," ujar Teddy.
"Itu kan tadinya mau dimandikan di Rumah Sakit Al-Islam, kita konfirmasi lagi oke bawa ke rumah," sambungnya.
Suami Lina ini mengaku ingin agar semua orang melihat kondisi sang istri secara jelas, bukan dalam kondisi sudah tertutup kain kafan.
"Akhirnya dimandikan di rumah, biar semuanya lihat dulu," kata Teddy.
"Takutnya kalau dimandikan di Rumah Sakit Al-Islam, langsung dibungkus pakai kain kafan."
Selain itu, ternyata Teddy dan pihak keluarga masih berharap Lina bisa bangun lagi lantaran dulu juga pernah mengalami mati suri.
"Ada beberapa opini orang-orang, karena dulu Bunda Lina itu pernah kayak pingsan atau mati suri ," jelas Teddy.
"Terus kayak orang dibilang pingsan terus sadar lagi."
"Iya penginnya semuanya sadar lagi," tuturnya.
Teddy menyebut saat itu orang-orang sempat berharap keajaiban datang kepada Lina.
"Jadi orang-orang yang di sana, saudaranya, atau saya sendiri berharap ada keajaibanlah," ungkap Teddy.
"Karena memang enggak ada keluhan (sakit) sebelumnya."
Berikut video lengkapnya:
Penjelasan Dokter soal Luka Lebam Jenazah Lina
Diketahui, putra sulung Lina, Rizky Febian melapor ke Polrestabes Bandung soal kematian sang ibunda setelah adanya temuan luka lebam membiru pada beberapa bagian tubuhnya.
Jenazah Lina pun sudah dilakukan proses autopsi oleh Tim Forensik Polrestabes Bandung pada Kamis (9/1/2020) dan hasilnya akan diketahui sekitar dua minggu setelah autopsi.
Sempat muncul dugaan bahwa lebam pada tubuh Lina diakibatkan karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dokter Spesialis Forensik Rumah Sakit Universitas Indonesia, Mira Wiryaningsih mengungkap sebenarnya ada kemungkinan lain yang menyebabkan lebam pada tubuh jenazah.
Dilansir Tribunnews.com, penyebab lebam pada jenazah ini dipaparkan Dokter Mira dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Malam unggahan YouTube Talk Show tvOne, Jumat (10/1/2020).
Dokter Mira menjelaskan sebenarnya lebam tidak selalu identik dengan reaksi tubuh akibat dari tindak kekerasan.
Padahal, Dokter Mira mengungkap orang yang sudah meninggal dunia memang wajar memiliki lebam pada tubuhnya yang disebut lebam mayat.
Lebam mayat ini disebabkan berkumpulnya sel darah merah di suatu area tubuh hingga area tersebut tampak gelap.
"Nah sebenarnya pada proses kematian, jadi salah satu tanda kepastian, itu adalah timbulnya namanya lebam mayat," terang Dokter Mira.
"Nah lebam mayat ini sebenarnya akibat gaya gravitasi yang menarik sel-sel darah merah ke bagian terendah."
"Nah karena semua darah terkumpul, itu jadi bisa menimbulkan warna yang lebih gelap, kadang-kadang kemerahan, kadang-kadang kebiruan," paparnya.
Dokter Mira menyebut posisi lebam mayat pada jenazah ini tergantung posisi ketika orang tersebut meninggal dunia.
"Memang tergantung pada lokasi jenazah atau tubuh," ujar Dokter Mira.
"Lebam mayat itu bisa di mana saja posisinya?" tanya presenter Chacha Annissa.
"Pada daerah terendah tubuh," jawab Dokter Mira.
"Kalau misalnya meninggal terlentang, berarti pada punggung," sambungnya.
"Kalau misalnya meninggalnya telungkup, kemungkinan pada bagian depan tubuh (wajah dan dada)."
Sementara itu, sempat disebutkan bahwa temuan lebam di tubuh jenazah Lina ada di bagian sekitar bibir.
Dokter Mira tidak bisa serta merta mengklaim apakah lebam yang dialami Lina adalah hal yang wajar tanpa proses autopsi langsung.
"Kalau misalnya berdasar keterangan sementara ini di mulut dan di tubuh, wajar tidak?" tanya Chacha Annissa.
"Nah, untuk masalah wajar dan tidak wajar sebenarnya kita harus melihat langsung, bagaimana pola lukanya," jawab Dokter Mira.
Dokter Mira menyebut proses autopsi yang tengah diteliti oleh pihak kepolisian ini nantinya bisa mengungkap lebih dalam apakah lebam yang dialami Lina hanya lebam mayat atau dari KDRT.
"Nah ini kan kondisinya kalau tidak salah almarhumah sudah dilakukan penggalian jenazah, terus sudah dilakukan autopsi," kata Dokter Mira.
"Nah, dari autopsi itu, kita bisa menentukan dengan pengambilan sampel yang tepat, kita bisa menentukan apakah betul ini hanya lebam mayat yang tadi saya katakan akibat suatu perubahan kematian," jelasnya.
"Atau memang lebam yang akibat memar, jadi akibat suatu kekerasan."
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/Ifa Nabila)