Fenomena Netizen Indonesia Menyerang IG Reemar Martin dan Han Soo Hee, Psikolog Sebut Ketidakwajaran
Psikolog membeberkan alasan viralnya artis Reemar Martin dan Han Soo Hee dibully oleh warganet Indonesia hanya karena kecantikan dan perannya.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Fenomena netizen Indonesia melakukan perundungan 'online' kepada artis luar negeri menjadi marak terjadi.
Baru-baru ini, seorang seleb TikTok asal Filipina bernama Reemar Martin diserang netizen Indonesia.
Bahkan, akun Instagram miliknya sempat hilang karena terus-menerus di-report oleh para netizen.
Akibatnya, perempuan berusia 21 tahun itu pun, sempat menjadi trending di Twitter Indonesia pada Selasa (28/4/2020) kemarin.
Tagar #reemar pun muncul dengan banyak cuitan dari warganet Indonesia.
Dari beberapa cuitan, ada yang membela dengan melontarkan pujian.
Namun, banyak pula yang berkomentar buruk tentangnya.
Tak diketahui alasan pastinya, namun sebuah cuitan menyebut Reemar Martin diserang karena kecantikannya.
Baca: VIRAL Artis TikTok Filipina Reemar Martin Dibully Netizen Indonesia, Psikolog Ungkap Faktor Penyebab
Beberapa waktu lalu, aktris korea bernama Han Soo Hee juga mengalami hal serupa.
Berkat dirinya membintangi drama The World of The Married, Instagramnya ramai diserang komentar buruk oleh netizen Indonesia.
Rupanya, banyak netizen Indonesia yang terbawa suasana hingga ke kehidupan nyata.
Mereka sampai membenci karakter 'pelakor' yang diperankan oleh Han Soe Hee.
Diketahui, dalam drama tersebut, Han Soo Hee memerankan orang ketiga dalam hubungan pernikahan seorang dokter.
Baca: Dibilang Mirip Artis Korea Han Soo Hee, Pelakor di World of Married, Meldi: Kalo Cantik Bikin Kesel
Lantas apa yang mendasari para netizen Indonesia menyerbu keduanya?
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang Yudi Suharsono, M.Si memberikan tanggapannya.
Menurut Yudi, faktor para netizen membully Reemar Martin dan Han Soo Hee disebabkan belum adanya kematangan pribadi dari yang bersangkutan.
Pasalnya, seseorang yang menggemari dan membenci suatu hal harus memahami tingkat batasannya.
"Faktornya terdapat pada kematangan diri yang bersangkutan."
"Artinya seseorang yang menjadi gemar atau benci pada suatu hal, harusnya mengingat kembali pada batasnya," ujar Yudi saat dihubungi Tribunnews, Rabu (29/4/2020).
Dosen Fakultas Psikologi itu menuturkan, orang yang berlebihan membully public figure bisa dikatakan belum dewasa.
Baca: Mengenal Reemar Martin, Artis Tik Tok Filipina yang Diserang Netizen Indonesia, Masih 21 Tahun
"Kalau orang dewasa harusnya bisa membedakan, menempatkan mana yang harus dilakukan secara proporsional dan tidak berlebih," ungkapnya.
Kendati demikian, Yudi menegaskan, tindakan pembullyan yang dilakukan warganet Indonesia tidak bisa dibenarkan.
"Dimana pun, pembullyan itu suatu perbuatan yang tidak dibenarkan."
"Sebab bisa menimbulkan sakit hati dan kekecewaan," jelasnya.
Di sisi lain, Yudi menjelaskan, seseorang yang melakukan hal tersebut biasanya terjadi di rentan usia remaja.
"Sebenarnya itu bisa terjadi pada usia tertentu."
"Biasanya usia remaja, karena mereka masih labil, mereka ingin mencari sosok yang ke arah yang mereka inginkan," kata Yudi.
Lalu, jika hal itu terjadi pada orang yang sudah dewasa, Yudi mengatakan ada suatu 'kesalahan'.
"Kalau terjadi pada orang-orang dewasa maka ada kesalahan."
"Dia harus menjalani proses untuk pemulihan dan pendewasaan dirinya," jelas Yudi.
Terkait dengan bullyan yang menimpa peran Han Soo Hee dalam dramanya, Yudi mengatakan sebuah ketidakwajaran.
Ketidakwajaran itu didasari oleh ketidakmampuan membedakan peran dalam drama dan kehidupan nyata.
"Itu ketidakwajaran, karena dia menjalankan perannya, maka dia akan memerankan seperti yang ada dalam skenario."
"Kita harus paham itu bukan karena dirinya sendiri, tapi itu peran."
"Kalau tidak bisa membedakan, artinya ada problem pada orang itu," tandasnya.
Terakhir, Yudi mengatakan, jika ketidakwajaran itu menjadi berlebihan, maka bisa dikatakan orang tersebut terkena Celebrity Worship Syndrome.
"Bagi orang tertentu, kalau sudah berlebih, itu disebut dengan syndrome celebrity worship," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)