Mattagati Diantara Dunia Musik dan Arsitektural
Mattagati punya nama lengkap Frans Kristian Mattagati, sosok pria bertubuh atletis dengan torehan lukisan di sekujur tubuhnya
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mattagati punya nama lengkap Frans Kristian Mattagati, sosok pria bertubuh atletis dengan torehan lukisan di sekujur tubuhnya. Lelaki jebolan Institut Teknologi Bandung ini sehari-harinya berprofesi sebagai Arsitek.
Kendati sudah nyaman dan mumpuni sebagai seorang Arsitek yang sudah digelutinya sejak tahun 2003 lalu. Ternyata tak membuat seorang Mattagati merasakan klimaks dalam profesinya. Kenyamanan itu justru tumbuh ketika ia bersenggama dengan musik.
Maka tak heran jika belum lama ini dirinya merilis single teranyarnya berjudul 'Dirimu' via digital streaming, bahkan hingga sekarang sudah memanen lebih kurang 5000an pendengar. Karenanya, debut singlenya itu adalah caranya untuk membayar lunas hasrat jiwa seninya.
Sepengakuannya, menjadi musisi adalah impian lamanya, yang sangat lama dipendam rapi di dadanya. Bukan tanpa alasan, Juara II Kompetisi Nasional gitar classic tahun 1992, akhirnya mengeluarkan jiwa seni dari dalam dirinya.
Setelah bidang arsitektural yang tekanannya sangat tinggi, itu ternyata, menurut subyektifitasnya, kebahagiaan yang didatangkannya tidak berbanding lurus. Meski penghasilannya besar.
“Arsitek itu passion saya juga. Tapi musik bisa buat saya orgasme. Merujuk pada proses membuat lagu jika dibandingkan dengan merampungkan sebuah disain arsitektural,” kata Mattagati saat ditemui di sekretariat Yayasan Peduli Jurnalis Indonesia, dikawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Mattagati yang melibatkan Erwin Farid dengan timbre vokal seperti Judika berpadu Cakrakhan itupun didapuk untuk membawakan singlenya tersebut. Dirinya juga berharap, debut singlenya ini, tidak akan menjadi karya pertama sekaligus terakhirnya. Karena, sepengakuannya, hampir 70 lagu telah ditulisnya. Berbalut ragam genre.
“Dirimu” Pop nafas Rock nya kuat. Timbre vokal Erwin Farid kebetulan sekilas mirip Judika. Ketika kelar mixing saya menyadari darah Rock saya kuat sekali,” ujar Mattagati yang mengaku, untuk isian guitar tidak perlu berlebihan atau ajang pamer skill. “Saya malah one atau two take saja untuk gitarnya.
“Karena secara keseluruhan, sebagai Komposer dan Arranger, saya sadar Lagu harus tampil sebagai di depan. Musik mendukung dan mengiringi,” sambung Kristian Mattagatti
Mattagati yang sangat menguasai gitar klasik, meski tidak lancar membaca partitur, dalam single ini mengisi sesi gitar dengan kesahajaan. Tak perlu pamer skill dan sok bermain teknis alias “kriting”.
“Saya memainkan All Genre, mas. Dari Rock, Blues, Pop, RnB, hingga Campur Sari bisa saya kerjakan dalam kurun waktu yang singkat. Di fase ini biar saya ‘bersenang-senang’ dulu dengan ide-ide saya. Basicnya sebagai pemain gitar klasik membuatnya lentur memainkan musik apa saja. Semua lagu itu tersimpan rapi di music’s storage,” imbuh Mattagati.
Merangkap sebagai komposer dan arranger, Mattagati juga sekaligus mendirikan record label Black Glamour untuk dan demi mengawal karya terkininya. Juga sejumlah karya lanjutannya.
Kembali ke persoalan musik. Mattagati berkisah saking besar hasratnya menjadi musisi, alih-alih bertahan di dunia arsitek, pernah setiap malam Minggu menjelajahi kafe, dan jamming dengan gitar sendiri, dengan sebuah grup band. Berharap single terkininya, yang secara musikal turut dimatangkan oleh Andika, (keyboard), membuka pintunya lebar-lebar berkiprah lebih serius di dunia skema musik Indonesia.
“Sebenernya nothing to lose, kalaupun gagal menjadi musisi, saya toh tetep seorang arsitek,” kata pria bertato kelahiran Mojokerto, Jatim itu.
Kendati demikian, dia berharap masa depan dunia musiknya, akan terus memberinya kebahagiaan.
“Tahu lagu saya didenger orang saja udah seneng banget,” kata Mattagati yang berencana membuat band bernama Mattagati Feat, dengan featuring sejumlah vokalis terdepan di Tanah Air. Seperti featuring Ari Lasso, Agnes Mo dan beberapa nama lainnya.
Meski untuk menuju ke arah kesuksesan di dunia musik, katanya penuh kesadaran, dibutuhkan effort yang tidak mudah, dan murah. “Yang pasti, ada satu titik, setelah 15 tahun berkiprah di dunia arsitektur, akhirnya saya tahu dengan apa yang saya cari? Selama ini, ternyata waktu saya habis untuk kerja, nyaris hilang keluarga. (Sementara) Bikin lagu ngga ada yang revisi, bikin gambar banyak yang revisi. Ide arsitek dengan pemesan selalu bergesekan. Bikin lagu, free,” terangnya sembari berharap, suatu saat punya band, bergenre Rock n Roll, seperti Black Rose dan Gugun n Blues Shelter. “Yang pasti saya hanya akan berkesenian,” imbuh Mattagati.
Menurut Seno M Hardjo selaku produser musik sekaligus penggiat musik, secara teknis dan gramatikal musikal, kemampuan bermusik Mattagati, luar biasa. Hanya saja, imbuhnya, semua itu tidak sekonyong-konyong bisa menjamin kesuksesannya di dunia musik.
"Banyak faktor X di dunia musik. Di luar persoalan belanja iklan dan lain sebagainya,” kata Seno M Hardjo.
Sedangkan ihwal Mattagati, menimbang nama besar seperti Santana di AS, yang sukses berkolaborasi dengan sejumlah penyanyi. Sehingga karyanya meledak, dia berharap, Mattagati akan menjadi Santana Indonesia.
“Saya ke depannya, pengen Mattagati menjadi seperti Santana. Berkolaborasi dengan banyak musisi Indonesia. Sehingga memperluas jaringannya, sekaligus kemungkinan berkolaborasi dengan musisi lainnya,” kata Seno M Hardjo sembari mengumumkan, per Jumat (22/1/2021) kemarin, sekaligus pemutaran serentak di 100 radio di Indonesia single “Dirimu” milik Mattagati.
“Saya hanya membantu dia saja, supaya ‘bergaul’ dengan orang-orang bener,” ucap Seno ihwal keterlibatannya dalam proyek Mattagati.
Seperti diketahui bersama sahabat lamanya, Hari Budianto, Mattagati mendirikan PT. Aurama Mitra Teratas_LMP Design & Build. LMP inilah yang menaungi arsitect consultant & interior design sekaligus project coordinator-nya. Mattagati menyebut beberapa nama yang pernah menjadi client nya. Seperti PT. Magna, Telesindo Shop, Puri Avia hingga PT. Garuda Food dan banyak lagi lainnya.