Miss Indonesia 2015 Maria Harfanti Dukung Kampanye Stop Bullying Bibir Sumbing!
Menurut Maria Harfanti, bullying merupakan sesuatu yang perlu dihentikan sekaligus mendidik orang agar menerima sesama apa adanya.
Penulis: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Miss Indonesia 2015 Maria Harfanti mendukung kampanye Stop Bullying Bibir Sumbing! yang digagas Smile Train Indonesia.
Menurut dia, bullying merupakan sesuatu yang perlu dihentikan sekaligus mendidik orang agar menerima sesama apa adanya.
Ia setuju bahwa masyarakat punya tanggung jawab sosial menerima dan mendukung anak bibir sumbing dan/atau celah langit, demi kehidupan dan masa depan mereka menjadi lebih baik.
"Sudah selayaknya kita memperlakukan tiap manusia dengan penerimaan dan rasa hormat seperti halnya kita ingin diperlakukan,” ujar Maria Harfanti.
Smile Train Indonesia terus menyuarakan kepedulian terhadap anak-anak dengan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut.
Sebagai organisasi nirlaba terbesar di dunia yang memberikan perawatan sumbing komprehensif kepada anak-anak.
Baca juga: Butuh Perhatian Khusus untuk Menciptakan Kemudahan Akses untuk Penanganan Bibir Sumbing
Baca juga: Pernah Jadi Korban Bullying di Sekolah, Azriel Hermansyah Sebut Nama Pelakunya
Baca juga: JYP Entertainment Minta Investigasi Ulang untuk Kasus Bullying Lia ITZY
kali ini Smile Train mengajak masyarakat untuk mendukung penghentian perundungan atau bullying yang kerap terjadi, dengan meluncurkan kampanye Stop Bullying Bibir Sumbing!
Kampanye itu ditandai video yang menunjukkan urgensi penanganan komprehensif terhadap kondisi bibir sumbing, termasuk dukungan psikologis yang berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Smile Train mencatat, terdapat 540 bayi di dunia dan 1 dari 700 bayi di Indonesia terlahir dengan kondisi sumbing dan atau celah langit-langit mulut.
Jika tidak ditangani dengan segera, berpotensi memberi dampak pada fisik, tetapi juga dari segi psikis.
Tidak jarang mereka menjadi korban bullying dan mengalami penolakan dari lingkungan terdekat. Hal ini berdampak terpuruknya rasa percaya diri anak.
Baca juga: Operasi Bibir Sumbing Terbanyak di Masa Pandemi, Pusdokkes Polri Pecahkan Rekor Muri
Bahkan tidak jarang anak juga merasa cemas dan menyerah terhadap masa depannya.
Karena adanya perbedaan fisik, anak dengan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut mengalami dampak psikis yang bisa berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
Misalnya, merasa tidak seberuntung anak-anak lain; merasa diperlakukan tidak adil; hingga mengalami penolakan dari lingkungan sekitar berupa intimidasi, ejekan bahkan pengucilan.
Tak jarang kondisi ini justru karena kurangnya pemahaman masyarakat akan apa itu bibir sumbing dan bagaimana kita harus menyikapinya.
Jika dibiarkan terus menerus anak dapat merasa minder, putus asa, dan kecewa dengan kehidupannya.
Oleh karena itu, tindakan operasi juga perlu disertai dengan penanganan komprehensif yang meliputi pendampingan psikologis, baik kepada pasien maupun keluarganya.
"Ajakan untuk Stop Bullying Bibir Sumbing! adalah sesuatu yang baik dan perlu kita laksanakan secara konsisten,” jelas Hanlie Muliani, M.Psi, Psikolog Klinis, Sahabat Orang Tua & Anak (SOA) Parenting & Education Support Center yang bermitra dengan Smile Train Indonesia.
Secara alami, kondisi bibir sumbing dan/atau celah langi-langit mulut berpotensi membawa dampak fisik seperti kesulitan bicara, makan, dan bernafas, sehingga penanganan sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
Pada pendampingan psikologis, penting untuk ditanamkan pula bahwa harga diri manusia tidak hanya diukur melalui tampilan fisik, namun pikiran, hati, dan perbuatannya.
Lebih lanjut, perundungan dari lingkungan sekitar berpotensi membuat anak-anak dengan bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut merasa cemas akan masa depannya.
Video Stop Bullying Bibir Sumbing! dari Smile Train Indonesia, bermaksud untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental anak yang mengalami bibir sumbing dan/atau celah langit.
“Merupakan pengalaman tersendiri bagi kami ketika bertemu atau berinteraksi dengan para pasien dan keluarganya," kata Deasy Larasati, Country Manager Smile Train Indonesia.
Pihaknya selalu tersentuh dengan kisah para pasien yang kerap mendapat perundungan atau pengucilan di lingkungannya.
Untuk itu, penting adanya upaya nyata untuk meluruskan pola pikir ini, melalui edukasi kepada keluarga pasien dan masyarakat luas, serta dimulainya kampanye Stop Bullying Bibir Sumbing!
"Melalui kampanye ini, kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menghentikan segala bentuk bullying kepada mereka yang memiliki kondisi bibir sumbing dan/atau celah langit-langit mulut. Mari kita sama-sama lindungi senyum dan kesehatan mental mereka, untuk memberikan mereka masa depan yang lebih cerah,” terangnya.
Tidak hanya kolaborasi dengan para mitra, rumah sakit dan tenaga medis, dukungan dari tokoh masyarakat juga turut berperan.
Sejak tahun 2002, Smile Train Indonesia telah memberikan operasi gratis kepada lebih dari 95,000 anak di penjuru Nusantara.
Smile Train mengusung program Comprehensive Cleft Care (CCC) yang meliputi edukasi memahami kondisi sumbing, operasi, pelayanan terapi wicara, hingga konseling dan dukungan kesehatan mental; yang diberikan oleh Smile Train Indonesia bersama para mitranya secara gratis.