Pernah Jadi Finalis, Dokter Reisa Broto Asmoro Bagikan Tips Ikut Ajang Puteri Indonesia
Pernah jadi finalis, dokter Reisa Broto Asmoro membagikan tips untuk ikut ajang Puteri Indonesia.
Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Sosok Reisa Broto Asmoro dikenal sebagai seorang dokter yang juga menjadi jubir pemerintah penanganan Covid-19.
Tak hanya itu, dokter Reisa juga pernah menjadi finalis Puteri Indonesia 2011.
Namun, saat kecil, dokter Reisa mengaku pernah bercita-cita menjadi seorang dokter hewan.
Dikutip dari YouTube Venna Melinda Channel, Senin (13/6/2022), dokter Reisa membagikan ceritanya.
Baca juga: Cerita Dokter Reisa Broto Asmoro Jadi Jubir Pemerintah Penanganan Covid-19: Awalnya Khawatir Banget
"Pengennya justru jadi dokter hewan karena pengen punya banyak peliharaan."
"Suka ngerawat-rawat peliharaan, makanya jadi dokter hewan," tutur dokter Reisa.
Namun, seiring berjalannya waktu, dokter Reisa kemudian fokus untuk berkeinginan menjadi seorang dokter manusia.
"Waktu SMA mau kuliah kok kayaknya dokter manusia aja ya, ya udah akhirnya jadi dokter."
"Tapi sekarang ini aku menyadari sih ketika aku terjun di kedokteran itu kan luas banget."
"Mungkin di Indonesia kita fokusnya pengobatan, merawat orang sakit, tapi ternyata kan sangat luas," tambahnya.
Dokter Reisa pun menyadari bahwa pandangannya kian terbuka dan mengetahui bahwa profesi dokter juga dapat melakukan kegiatan lain yang disukai.
Ia pun kemudian mengikuti ajang Puteri Indonesia dan telah memiliki bekal modelin sejak bangku SMA.
"Dari situ aku membuka mata bahwa ternyata nggak harus di belakang meja doang, nunggu pasien doang."
"Kemudian akhirnya ketika Puteri Indonesia itu sebenernya makin terbuka lebar kemungkinan-kemungkinan."
"Sebelumnya memang aku sempat ikut modeling sih, jadi waktu SMA itu sempat ikut salah satu agency model," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia merasa bahwa saat itu berbeda dengan saat ini.
Dokter berusia 36 tahun tersebut mengaku saat dulu tak mempersiapkan banyak hal.
Kendati demikian, ia pun memberikan tips dan kebutuhan yang harus dipersiapkan.
"Di jamanku itu kita nggak terlalu harus mempersiapkan yang gimana-gimana gitu ya."
"Paling persiapannya itu dulu harus siapin foto, pengalaman di bidang apapun yang kita suka," ucapnya.
Selain itu, dokter Reisa juga menegaskan bahwa standar kecantikan setiap orang berbeda sehingga masyarakat tak perlu minder.
"Standar kecantikannya setiap daerah pasti akan berbeda, jadi jangan khawatir."
"Jangan ada kata-kata keluar dari kita tuh minder, pokoknya kita semua punya uniqueness yang bisa kita kembangkan."
"Jadi kepercayaan diri, modalnya itu sih paling sama waktu ya," bebernya.
Dalam kesempatan tersebut, dokter Reisa juga menuturkan bahwa finalis yang terpilih nantinya harus meluangkan waktu yang cukup panjang.
"Harus mempersiapkan waktu untuk karantina dan persiapan-persiapan lainnya."
"Apalagi kalau sampai kepilih, harus cuti setahun dari kegiatan apapun yang kamu lakukan," tuturnya.
Bahkan, dokter Reisa pun harus cuti selama 1,5 tahun meskipun tengah kuliah S2 dan bekerja.
"Itu aku udah kerja sebenernya, udah praktek, lagi kuliah S2, ikut Puteri Indonesia."
"Jadi aku harus cuti 1,5 tahun," ujarnya kemudian tertawa.
Lebih lanjut, dokter Reisa melihat bahwa masyarakat saat ini memiliki persiapan yang jauh lebih matang dari tahunnya terdahulu.
"Jaman sekarang kalau menurut aku beda, aku ngeliat anak-anak sekarang ini lebih mateng dalam sisi persiapan."
"Karena mereka begitu jadi Puteri Indonesia, mereka udah punya platformnya untuk mengembangkan apa yang mereka selama ini perjuangkan."
"Kalau anak sekarang tuh udah bikin movement, udah bikin yayasan, udah bikin organisasi," tandasnya.
Hal tersebut membuat masyarakat sudah jauh lebih siap dan lebih memahami tujuan kedepan.
"Begitu berada di panggung Puteri Indonesia, 'Mereka udah tau apa nih yang mau saya usung'."
"Menurutku itu udah bagus banget, udah lebih matang, udah lebih prepare dan tau, fokus tujuannya apa," tutup dokter Reisa.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Berita lainnya terkait dokter Reisa
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.