Dea Ananda dan Ariel Nidji Punya Momongan, Dokter Ungkap Tingkat Kesuksesan Program Bayi Tabung
Dea Ananda membagikan kabar ia telah melahirkan, Buah cintanya dengan Ariel Nidji lahir pada 14 Juni 2022 lalu.
Editor: Anita K Wardhani
Lapran Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Dea Ananda membagikan kabar ia telah melahirkan, Buah cintanya dengan Ariel Nidji lahir pada 14 Juni 2022 lalu.
Setelah 12 tahun menanti akhirnya mereka dikaruniai seorang anak perempuan.
Baca juga: Lahirkan Anak Pertama Setelah Penantian 12 Tahun, Dea Ananda Banjir Ucapan Selamat dari Rekan Artis
Dalam unggahannya, Dea mengaku mendapat pecahan surga untuk keluarga mereka.
Kehamilan Dhea Ananda itu berhasil berkat program bayi tabung yang dijalaninya beberapa waktu lalu.
Kesuksesan program bayi tabung (IVF) telah dirasakan banyak pasangan, teranyar pasangan Dea Ananda dan Ariel Nidji yang telah dikarunia seorang bayi setelah 12 tahun penantian.
Namun, tak jarang juga proses bayi tabung tak semulus yang diharapkan.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Dr. dr. Ivan Rizal Sini, SpOG, MD, FRANZOG, GDRM, MMIS mengatakan, untuk mendapatkan buah hati dimulai dari kesehatan suami istri seperti gaya hidup yang sehat, banyak buah, sayuran, olahraga.
Baca juga: Jerinx Bebas Bulan Depan, Nora Alexandra Ungkap Rencana yang Tertunda: Fokus untuk Bikin Bayi Tabung
"Itu adalah bagian yang penting dari sisi istri maupun dari sisi suami," kata dia dalam sesi Fertility Talkshow yang digelar di Bogor, Sabtu (18/6/2022).
Selain itu faktor umur sangat penting menentukan persentasi keberhasilan bayi tabung.
Dalam proses bayi tabung (IVF) terdapat tahapan embrio transfer, yaitu proses pemindahan embrio hasil dari sel telur yang sudah dibuahi oleh sperma yang dicampurkan dalam media tertentu dan diproses di dalam laboratorium khusus.
Hal ini dilakukan ketika sulit terjadi pembuahan alami akibat masalah kesuburan.
“Hasil yang didapat dari proses transfer embrio bermacam-macam bergantung pada metode," terang dokter hewan dari IPB Prof. drh. Arief Boediono. Ph.D, PA. Vet (K)
Ia mengatakan, transfer embrio segar berpeluang berhasil sebesar 40-48 persen, sementara transfer embrio beku atau Frozen Embryo Transfer (FET) sebesar 50 persen peluang kehamilan
"Dari sebuah penelitian, embrio beku dapat digunakan sebagai transfer embrio tambahan yang dilakukan jika proses transfer embrio segar berpeluang mengalami kegagalan,” jelas Prof Arief.
Selama proses transfer embrio segar, secara bersamaan dilakukan pembekuan embrio. Jika transfer embrio segar gagal, maka sudah ada embrio beku yang siap ditransfer.
Sementara untuk tingkat keberhasilan atau kegagalan transfer embrio ditentukan berdasarkan faktor individu seperti kondisi genetik dari pasien, kondisi kesuburan, latar belakang ras, dan lain-lain.
Embrio transfer adalah proses yang terbilang mempunyai risiko rendah.
Namun, efek yang dialami pasien seperti infeksi, perubahan keputihan, dan pendarahan juga tidak jarang seperti yang terjadi saat konsepsi alami.
"Ada pula resiko besar yang dapat terjadi yaitu beberapa embrio menempel pada rahim. Akibat dari hal itu bisa menyebabkan kehamilan kembar yang memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan tunggal, baik bagi ibunya maupun bayi yang dikandung, seperti lahir premature,” jelas dia.
IVF menjadi salah satu metode yang paling efektif dari kategori teknologi reproduksi untuk mendapatkan kehamilan.
Namun kondisi tertentu dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan lebih dari satu siklus bayi tabung hingga akhirnya pasien berhasil.